Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cara Sorong Menyorong Investor

Mengalokasikan 30 persen APBD untuk membangun infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandar udara. Masuk rencana proyek tol laut.

24 November 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UMAR Tahang masih ingat ketika empat tahun lalu membuka usaha di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Kawasan itu masih sangat sepi. Jalanan sempit dan berlubang. Jumlah toko pun masih sedikit. Bermodal Rp 30 juta, lelaki asal Makassar ini mengontrak bangunan seluas 2 x 3 meter untuk membuka toko alat tulis dan kebutuhan kantor kecil-kecilan.

Belum genap dua tahun berjalan, tokonya sudah maju. Pesanan alat tulis dari dinas-dinas pemerintah dan sekolah terus berdatangan. Merasa tempat sudah tak cukup, Umar membeli lahan di Jalan Nangka, Aimas, pusat kota Kabupaten Sorong, dan membangun toko sendiri. Umar beruntung, ia hanya butuh waktu seminggu mengurus perizinan. "Juga keringanan bebas pajak IMB selama dua tahun," kata Umar kepada Tempo, yang menemuinya pada awal November lalu.

Kini, setelah empat tahun, toko Umar melesat. Omzet penjualan alat tulis mencapai Rp 11 juta per hari. Dari modal Rp 30 juta, aset Umar kini menjadi Rp 700 juta. "Perputaran uang di Sorong sangat cepat," ujarnya.   

Menurut Umar, banyak pengusaha kecil-menengah seperti dia yang berkembang. Di sepanjang Jalan Nangka, sekitar tokonya, kini berjejer bangunan ruko dan perkantoran, dua-tiga lantai. Malah banyak warga setempat memanfaatkan halaman rumah mereka untuk membuka usaha.

Menurut Umar, selain perizinan yang mudah lagi pula gratis, pertumbuhan usaha disebabkan oleh pembangunan infrastruktur jalan di semua distrik di Sorong. Saat Tempo berkeliling di kawasan yang dikenal kaya minyak dan gas ini, banyak ditemui alat berat bergerak mengerjakan proyek perbaikan jalan di sekitar Distrik Aimas, Mariat, dan Mayamuk. Memang tak semua jalan beraspal, tapi jalur-jalur batu pasir atau tanah tetap layak dilalui kendaraan. "Ini memudahkan warga dari pelosok ke kota," katanya.

Bupati Sorong Stepanus Malak mengakui membuka akses jalan adalah cara ampuh menggaet investasi. Karena itu, dia berani mengalokasikan 30 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang sebesar Rp 1,3 triliun tahun ini untuk membangun jalan. Ia juga menyiapkan kawasan industri di sekitar Pelabuhan Arar seluas 6.000 hektare. Saat ini jalan menuju kawasan itu sudah mulus.

Malak sadar, jika Sorong mau maju, pemerintah pusat dan swasta harus dilibatkan. Karena itu, dia wira-wiri ke Jakarta untuk mengajukan proposal ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan serta badan usaha milik negara. Aksi jemput bola itu berhasil. Kementerian Perhubungan membantu membangun bandar udara di Segun. Kini, menurut Malak, pemerintah daerah sudah bergerak membebaskan lahan seluas 5 x 5 kilometer untuk membangun bandara dan jalan menuju ke sana.

Kerja sama lain dalam bentuk badan usaha milik daerah dilakukan dengan PetroChina International. Pemerintah Sorong membangun sebuah pembangkit listrik tenaga mesin gas yang murah karena tidak menggunakan bahan bakar minyak. Pasokan gasnya diambil dari PetroChina International Bermuda Ltd di wilayah Arar. "Kini listrik di Sorong sudah aman," katanya.

Bukan hanya jalan, listrik, dan bandara, pelabuhan juga dibangun di Sorong. PT Pelindo IV membantu membangun Pelabuhan Arar sejak 2009. Pelabuhan yang dirancang menjadi etalase Kota Sorong ini memiliki posisi strategis, yaitu menjadi pintu masuk ke Indonesia di lintasan perdagangan internasional antara kawasan Pasifik Indonesia dan Australia. Pelabuhan Arar juga masuk proyek jalur tol laut yang direncanakan Presiden Joko Widodo.

Masa depan cerah sudah di pelupuk mata. Meski pembangunan pelabuhan belum selesai, menurut Malak, sudah banyak kapal yang terlihat membongkar muatan. Pada akhir Oktober lalu, misalnya, ada tongkang pengangkut kayu besi dan kapal milik Semen Indonesia yang bersandar di bibir dermaga.

Di ujung kiri pintu masuk ke pelabuhan sudah beroperasi pabrik pengemasan semen (packing plant) seluas dua hektare milik PT Semen Indonesia Tbk sejak 2013, dengan nilai investasi Rp 162 miliar. Selain pabrik semen, sudah dibangun terminal aspal curah (TAC) milik Kalla Group, yang dikelola perusahaan PT Bumi Sara Utama.

Sedangkan Bosowa Group sudah menancapkan tiang pancang pembangunan pabrik semen (grinding plant) pada Januari tahun lalu. Perusahaan milik Aksa Mahmud ini menanam investasi senilai Rp 679 miliar untuk pabrik dengan kapasitas produksi 750 ribu ton semen per tahun. Menurut Chief Executive Officer Bosowa Erwin Aksa, pihaknya berani berinvestasi di Sorong karena kebutuhan semen di Papua terus meningkat mencapai 900 ribu ton per tahun. "Harga semen akan terjangkau dan investasi akan semakin banyak yang datang ke Sorong," katanya.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Sorong Jack Winarta menilai para pengusaha merasa nyaman dengan kemudahan investasi dan infrastruktur yang disiapkan pemerintah setempat. Ia berharap pelayanan terpadu segera dibentuk agar investor lebih tertarik menanam modal.


Potensi Daerah
Luas wilayah: 13.603,46 km2
Daratan: 845,71 km2
Lautan: 514,65 km2
Penduduk: 73.642 jiwa

Distrik:

  • 20 distrik
  • 18 kelurahan
  • 139 kampung

    Jumlah Industri Besar (2013)

  • Kayu lapis 1
  • Kilang minyak 1
  • Gas 1
  • Semen 1

    Stepanus Malak, Bupati Sorong:
    Saya Beri Kemudahan Izin dan Jalan

    BANYAK cara dilakukan Stepanus Malak untuk menarik minat investor datang ke Kabupaten Sorong. Salah satunya menggenjot perbaikan infrastruktur, seperti membangun jalan dan membuka akses warga dari pedalaman ke kota. Pelabuhan dan bandar udara pun kini disiapkan di kota di kawasan Papua Barat. "Karena infrastruktur itu adalah kunci bagi investor," katanya kepada Tempo, yang menemuinya untuk sebuah wawancara di Sorong, awal November lalu.

    Anda gencar mengundang investor untuk berinvestasi di Kabupaten Sorong....

    Sorong punya banyak potensi dari posisi wilayah, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan. Kalau sumber daya manusia dan keuangan daerah tak cukup mengembangkan, jadi perlu terobosan agar investor datang untuk membangun daerah. Dan, seperti yang Anda lihat, kami sudah menggeliat.

    Kemudahan apa yang Anda tawarkan?

    Saya beri kemudahan izin yang tak perlu lama dan gratis. Yang penting syaratnya beres, langsung saya tanda tangani.

    Anda tidak membentuk badan pelayanan terpadu?

    Lembaga pelayanan satu atap untuk penanaman modal belum terbentuk karena kami sedang mengkaji seperti apa sistem yang cocok bagi Sorong. Sementara ini masih dengan lembaga yang ada, tapi prosesnya cepat.

    Bagaimana Anda meyakinkan investor bahwa mereka akan untung jika berinvestasi di Sorong?

    Potensi Kabupaten Sorong besar dan saya yakin daerah ini akan maju. Lagi pula mereka tak bisa lagi mengandalkan Kota Sorong, yang sudah sempit. Agar mereka percaya kami serius, pemerintah menyediakan kawasan industri seluas 6.000 hektare di sekitar Pelabuhan Arar. Kami sudah menyiapkan infrastruktur jalan menuju ke sana.

    Anda membangun infrastruktur dulu untuk menggaet investasi?

    Enam tahun lalu jalan di daerah ini jelek, padahal infrastruktur menjadi pertimbangan utama investor. Saya babat hutan untuk membuka jalan dari desa ke kota agar aktivitas ekonomi masyarakat bergerak. Kami juga bekerja sama dengan Pelindo untuk membangun Pelabuhan Arar dan dengan pemerintah pusat membangun bandara di Segun. Kami siapkan lahannya dan akses jalannya.

    Seberapa jauh efeknya?

    Sekarang banyak berdiri pertokoan, harga tanah menjadi kompetitif. Di sekitar pelabuhan dan kawasan industri sudah masuk Semen Indonesia, yang membangun pabrik pengemasan; dan terminal aspal curah, Bosowa juga sudah melakukan groundbreaking pabrik semen.

    Bagaimana biayanya? Apakah semua dari APBD?

    Pada 2014, APBD kami Rp 1,3 triliun. Sumber terbesar dari transfer daerah, dana bagi hasil, dan hibah. Pendapatan daerah tak sampai Rp 100 miliar dan 30 persen dari APBD saya pakai untuk membangun jalan. Sisanya kami jemput bola ke pemerintah pusat dan membuat proposal untuk menjadikan sejumlah ruas jalan menjadi jalan nasional. Kami juga mewajibkan perusahaan minyak yang berinvestasi di sini membayar dana CSR-nya untuk membangun jalan. Ini harus dilakukan karena mengandalkan APBD pasti lama.

    Stepanus Malak
    Tempat dan tanggal lahir: Sorong, 26 Desember 1961

    Pendidikan:
    - Doktor Universitas Padjadjaran (2005)
    - S-2 Universitas Gadjah Mada (1997)
    - Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan Makassar (1986)

    Karier:
    - Bupati Sorong (2007-2012 dan 2012-2017)
    - Wakil Bupati Sorong (2002-2007)
    - Tim teknis Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Sorong (1998)
    - Kepala Bagian Perekonomian Daerah (1997)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus