Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Direktur Operasional PT. Tirta Asasta Depok (Perseroda) Dirman mengungkap alasan pembangunan tangki air kapasitas 10 juta liter di Jalan Janger Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok. Keberadaan tangki air raksasa ini ditakuti warga permukiman sekitarnya bakal mengundang bencana serupa jebolnya tanggul Situ Gintung pada 2009 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu takutnya sampai warga setempat menggugat PT Tirta dan Pemerintah Kota Depok ke PTUN. Sebagai bagian dari gugatan itu, sidang di tempat telah digelar PTUN pada, Jumat 18 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kata Dirman, alasan pertama pembangunan adalah untuk meningkatkan pelayanan ke masyarakat, terutama pelanggan. Ini terhubung dengan program peningkatan kapasitas PDAM di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong: awalnya 620 sekarang sudah menjadi 1300 liter per detik.
"Kalau dihitung-hitung untuk pelayanan di wilayah timur kami membutuhkan kurang lebih 37 ribu meter kubik atau 37 juta liter penampungan yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat," kata Dirman, Jumat, 18 Agustus 2023.
Dirman mengungkap kendala dalam pelayanan bila tandon air itu tidak dibangun. Saat musim banjir, dia menyebutkan, tingkat kekeruhan mencapai di atas 3000 NTU (Nephelometric Turbidity Unit), yang artinya IPA tidak bisa berproduksi. Pelayanan bisa terganggu keluhan pelanggan didulang karena saat musim hujan banjir bisa bertahan 8 jam.
"Kenapa sih dari dulu sampai sekarang perusahaan sebesar PT Tirta Asasta tidak mampu mengatasi kendala seperti itu? Seolah-olah kita yang sudah memiliki banyak teknologi tapi tidak bisa mengatasi keluhan atau keterbatasan," katanya.
Sehingga, kata dia, meningkatkan kontinuitas ini memang sudah menjadi standar pelayanan minimal PT. Tirta Asasta yang harus menjamin suplai 24 jam setiap harinya. Kalau kurang dari 24 jam pengaliran itu kinerja dinyatakan tidak baik. "Seperti itu, itu ada auditnya yang dilakukan oleh BPKP," katanya.
Kemudian, lanjut Dirman, alasan kedua di balik tandon air raksasa adalah terkait rencana-rencana pengembangan karena cakupan pelayanan secara administrasi PT. Tirta Asasta baru 16 persen. Ini terkait dengan reservoir yang disediakan agar memiliki fungsi sebagai penampung nanti akan dialirkan ke reservoir distribusi, untuk membantu detensi PT. Tirta Asasta.
"Jangan kalau ada gangguan setengah jam saja sudah habis air kita," katanya sambil membandingkan, "Kalau ini bisa membantu sampai 6 jam," ujarnya.
Mitigasi Risiko Tangki Air Raksasa
Dirman meyakinkan kalau sudah ada mitigasi risiko baik dari pabrikan water tank maupun konsultan perencana. Ini soal kekawatiran masyarakat sekitar jika tangki pecah. "Beban air dan beban material sudah dihitung," kata Dirman.
Kemudian, lanjut Dirman, kekhawatiran warga terkait struktur. Dia menyatakan sudah menjelaskan kepada majelis hakim PTUN Bandung yang memimpin sidang lapangan hari ini bahwa struktur yang dibuat sudah aman.
Selanjutnya umur teknis tangki air disebutnya 30 tahun. PDAM mendapat garansi 10 tahun pertama sedangkan untuk perawatan didampingi pabrikan selama setahun jika sudah beroperasi. Semua, menurut Dirman, telah disosialisasikan kepada warga. Termasuk kenapa saat ini belum dioperasikan.
PDAM baru akan operasikan tandonnya ini jika sudah benar-benar aman. Saat ini masih ada program-program lain, seperti membuat pagar di sekeliling lahan. "Kemudian juga kondisi sekarang itu kan seperti belum terurus, itu kami ada lanscaping-nya," katanya.
Pilihan Editor: Polisi Tangkap 2 Penjual Video Porno LGBT Anak di Telegram