Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

BPBD Bogor Bacakan Hasil Investigasi Penyebab Pergeseran Tanah di Bojongkoneng

BPBD Kabupaten Bogor menjelaskan penyebab pergeseran tanah di Desa Bojongkoneng karena rayapan tanah

28 September 2022 | 08.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi lokasi bencana pergeseran tanah di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jumat, 16 September 2022 (FOTO ANTARA/M Fikri Setiawan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memaparkan hasil investigasi terhadap bencana pergeseran tanah di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakanmadang, yang terjadi sejak Selasa, 13 September 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hassan di Cibinong, Bogor, Selasa, menyebutkan, kajian BPBD bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa tempat kejadian bencana tersebut masuk dalam wilayah rawan rayapan tanah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi sekarang ada istilah baru namanya rayapan tanah, bergeraknya secara perlahan. Bahwa di situ memang merupakan daerah yang berpotensi rayapan tanah," Yani dikutip dari Antara.

Yani menjelaskan, kondisi rayapan tanah berbeda dengan longsor. Longsor terjadi seketika. Namun rayapan tanah terjadi secara perlahan. Pergerakan tanah yang mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah dan jalan desa itu juga dipicu oleh hujan deras di wilayah tersebut.

"Mungkin hanya 50 centimeter per hari, satu meter per hari, dan seterusnya. Di tempat-tempat tertentu sudah terjadi retakan tanah, ini juga diisi air semakin berpotensi rayapan tanah," paparnya.

Atas kondisi tersebut, langkah pertama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor adalah mengamankan warga dari ancaman pergeseran tanah susulan.

"Di daerah retakan-retakan, masyarakat tidak lagi diperkenankan (aktivitas), nanti kita bantu pakai semacam police line, semacam rambu bahwa mereka tidak dapat melakukan kegiatan," tuturnya.

Yani mengatakan bahwa pihaknya juga bakal mengusulkan moratorium pembangunan di wilayah rawan rayapan tanah sebagai langkah antisipasi bencana. Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk membuat kajian terhadap bangunan-bangunan di Bojongkoneng, agar tak ada korban jiwa di kemudian hari.

"Nanti kami mengusulkan moratorium terhadap pembangunan untuk menghindari, untuk pencegahan dari pembukaan itu menjadi pergeseran tanah," ujar Yani.

Diberitakan sebelumnya, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebutkan, pergerakan tanah di Bojongkoneng mengakibatkan 278 KK atau 1.020 jiwa terdampak.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bogor per Selasa, 20 September 2022, pukul 10.20 WIB, ada sebanyak 246 unit rumah terdampak. Sedikitnya, sembilan unit rumah mengalami rusak berat dan 73 unit rumah rusak sedang. Selanjutnya, satu unit fasilitas pendidikan dan musala juga terdampak.
Kemudian, ruas jalan Kampung Curug sepanjang 1 kilometer juga mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah ini sehingga tidak dapat dilewati semua jenis kendaraan.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus