Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Buku, Sebuah Taman di Dalam Saku

Untuk ke-13 kalinya Kota Edinburgh menyelenggarakan festival buku internasional. Inilah festival buku terbesar di dunia yang menarik jarak dari komersialisme.

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BINGUNG, nih," kata Christine, seorang pensiunan guru sekolah, memperlihatkan agendanya kepada TEMPO. Jadwalnya padat. Wajahnya hampir selalu muncul pada setiap acara dalam festival buku sepanjang 16 hari (10-26 Agustus) ini. Hari itu ia baru saja mengikuti sesi debat mantan Uskup Edinburgh Richard Holloway, yang dikenal punya pendapat kontroversial mengenai moralitas. Kemudian, agar bisa mengikuti sampai tiga diskusi sehari, ia harus bergerak cepat. Inilah Festival Buku Internasional Edinburgh di Charlotte Square Garden, Edinburgh, Skotlandia, yang menyedot banyak pengunjung kendati harus bersaing dengan tiga acara besar—festival jazz, festival film, dan festival fringe (seni pertunjukan)—yang kebetulan juga berlangsung di Edinburgh. Pengunjung meliputi semua lapisan generasi, dari anak-anak sampai kaum lanjut usia. Termasuk yang duduk santai menikmati matahari (meski musim panas kali ini lebih banyak hujannya) dan yang menikmati wine tasting di berbagai anjungan. Suasana di sini sangat berbeda dengan di festival buku lain—katakanlah Festival Frankfurt, yang beraura bisnis. Festival yang dimulai pada 1983 ini menawarkan suasana santai tapi cukup bagus untuk menjaga suasana intelektual. "Festival buku terbesar di dunia yang tak menekankan sisi komersial," kata Catherine Lockerbie, Direktur Festival Buku Edinburgh tahun ini, bangga. Panitia menyediakan 650 mata acara yang berkaitan dengan urusan buku berikut kandungannya. Lebih dari 550 penulis, termasuk penulis politik, sains, medis, etika, dan sastra, hadir dalam festival ini. Mereka melakukan diskusi dan jumpa pengarang di berbagai tenda yang dipasang di Taman Charlotte Square. Tenda-tenda itu hampir selalu penuh dan kegiatannya selalu dimulai tepat waktu. Meski para pembicara atau pengarang hanya diberi "uang tanda mata" 100 pound, biasanya diskusi berjalan hangat. Hadirin berpartisipasi aktif dan sudah membaca buku yang dibahas sebelum festival berlangsung—walaupun sebagian diskusi mengenakan 8-15 pound pada pengunjung. Dengan simbol Bunga Matahari, tahun ini festival ini mengangkat tema East-West, Timur-Barat. Di antara para penulis tampaklah penulis muda Kamila Shamsie asal Pakistan, novelis Radjah Saadah dari Ramallah, Palestina, dan penulis terkenal Israel Amoz Oz. TEMPO sempat menemui Amoz Oz saat ia membahas bukunya, The Same Sea. "Palestina dan Israel adalah dua negara berdaulat," ungkapnya tegas, "dan sebaiknya Israel membagi tanah suci bersama dan hidup bertetangga." Tiga organisasi beken hak asasi manusia, Amnesty International, International PEN, dan Index on Censorship, bergabung mengadakan acara yang disebut Imprisoned Writer. Ada sesi khusus mengenai Nguyen Chi, penyair Vietnam kelahiran 1932 yang mendapat hukuman penjara 27 tahun. "My eyes shut tight, I'm lying sleepless here, The gong rings loud and long. It's morning now, I am lying still, dead still, no thought, no dream Just slumbering in shadows, dreary, sad," seorang penulis membacakan puisinya. Pada kesempatan yang sama, Richard Holloway naik ke panggung, menceritakan kisah nahas Grigory Pasko, seorang wartawan, penyair, dan aktivis lingkungan asal Rusia yang hingga kini ditahan di Moskwa. Pasko ditahan gara-gara membuat film dokumenter Extra Dangerous Zone, yang bercerita tentang kapal tanker angkatan laut Rusia yang membuang sampah radioaktif di perairan Jepang. Pasko ditangkap dan dicap pengkhianat negara pada 1997 setelah televisi Jepang NHK menayangkan film itu. Pengadilan memasukkannya dalam kamp kerja paksa. Sesi paling seru terjadi saat diskusi dengan Nawal al-Saadawi, novelis Mesir, penulis buku Perempuan di Titik Nol. Dengan lantang ia mengkritik agama-agama monoteis, Yahudi, Kristen, dan Islam. Baginya, tidak ada teks yang suci. "Kalau Tuhan sendiri tidak jelas dengan apa yang Ia maksudkan tatkala mewahyukan sabdanya, apalagi kita manusia…?" katanya kepada hadirin yang memadati tenda Moulin Rouge. Festival ini juga memperlakukan anak-anak secara istimewa. Di sudut-sudut Taman Charlotte Square tersebar sekitar 300 acara anak, baik yang menyangkut cerita anak maupun kegiatan kreatif-imajinatif anak lainnya. Anak-anak sibuk mencorat-coret, mewarnai gambar, ataupun mendengarkan juru dongeng berkisah tentang anak yatim miskin atau aneka fabel sambil makan es krim. Dalam sesi Fiction for Young Readers, hadir Michael Morpurgo, pengarang Kensuke's Kingdom, buku anak terbaik tahun 2000. Di samping itu, hadir Elizabeth Laird, sosok yang mendapat penghargaan pada 1997 atas karyanya, Kiss the Dust, sebuah novel anak. Kedua pengarang ini bercerita kepada anak-anak mengenai proses kreatif mereka. Laird, sastrawan kelahiran Selandia Baru yang mengembara hidup dari Malaysia, Etiopia, Irak, hingga India, berkisah tentang kehidupan di alam bebas. Ia melihat sendiri seorang bocah suku Samburo Zambia berumur 12 tahun yang membunuh singa dengan tombak. Akan halnya Morpurgo, ia menceritakan bagaimana ia menerima banyak surat protes dari pembacanya lantaran pernah menulis kisah seekor beruang yang mati dalam keadaan patah hati, sehingga akhirnya dia merevisi bukunya. Kensuke's Kingdom bercerita mengenai pengalaman Michael, bocah 12 tahun, yang terdampar bersama anjingnya, Stella, di satu pulau Pasifik terpencil. Michael mengira hanya mereka berdua yang tinggal di situ. Mereka bertemu dengan makhluk-makhluk yang disangkanya babon dan orang utan tapi ternyata bekas serdadu Jepang yang hidup di pulau tersebut sejak Perang Dunia II. Buku Morpurgo menawan hati banyak anak-anak. Mereka berdiri, berdesakan dalam barisan panjang, demi mendapatkan tanda tangan sang pengarang. Semua acara untuk anak dikelola oleh Edinburgh Children Book Group (ECBG), organisasi orang dewasa yang tertarik kepada buku anak-anak dan membantu anak-anak mendapatkan buku yang diperlukan. Organisasi ini didirikan pada 1965. Pada 1968, saat makin maraknya kelompok buku anak-anak di berbagai tempat di Inggris, organisasi ini dibentuk secara nasional. Kegiatan yang diadakan beragam, dari piknik, menyelenggarakan pameran, mendongeng di berbagai tempat, mengadakan kompetisi, hingga mengulurkan tangan kepada anggotanya yang ingin membangun ruang baca keluarga. Organisasi ini juga memilih buku anak terbaik setiap tahunnya dan anak-anaklah yang menentukan. Untuk tahun ini, pilihan anak-anak jatuh pada buku Noughts and Crosses karya Malorie Blackman. Anak-anak di sana memang sadar buku, tapi tetap dipandang masih membutuhkan perhatian lebih besar. Tatkala TEMPO keluar-masuk tenda buku anak, pihak tuan rumah selalu menyambut dengan tepuk tangan hangat. Mereka rupanya sedang "bertempur" melawan dominasi buku orang tua, yang ternyata lebih menarik perhatian pengunjung dan wartawan. Sungguh sebuah festival yang hangat, ceria, tapi terpelajar. Festival Buku Internasional Edinburgh yang ke-13 berakhir sukses. Catherine Lockerbie, direktur festival ini, menanggapi ending yang bagus itu dengan seloroh, "Kerja kami lebih baik dari PBB." Tapi organisasi berbentuk yayasan sosial penyelenggara festival ini memang telah bekerja keras sejak awal tahun. Penyelenggara yang berpengurus 10 anggota dewan pengawas, tujuh di antaranya perempuan, dan 90 sukarelawan itu optimistis bahwa festival kali ini minimal sesukses sebelumnya. Proyeksi anggarannya jelas: 80 persen dana kegiatan diperoleh dari hasil penjualan tiket, buku, dan berbagai acara. Termasuk dari sumbangan pengunjung yang membeli bangku kayu seharga 50 pound dan bibit rumput 5 pound. Di Taman Charlotte Square, kita sadar bahwa buku adalah sebuah hiburan, tetirah, petualang imajinasi, dan kecerdasan yang harus mendapat perhatian, perawatan khusus. Persis seperti moto festival ini, A Book Like Garden in Your Pocket, setidaknya itulah yang diingat Eanor Brown, 43 tahun, yang sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya di bagian katering Bandar Udara Edinburgh untuk festival ini. Ia pengagum berat Ian Rankin dan Quintin Jardine, dua penulis cerita kriminal dan detektif yang selalu mengambil seting Kota Edinburgh dalam cerita-ceritanya. Maria Pakpahan (Edinburgh), SJS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus