Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan perhatian Silda Meliani, 25 tahun, jarang beranjak dari perangkat BlackBerry-nya. Jari-jarinya hampir tak henti menari di atas papan ketik nan mungil itu. Soal ongkos, karyawati perusahaan pembiayaan di Jakarta itu tak perlu lagi deg-degan menunggu tagihan bulanan.
Dengan iuran bulanan hanya Rp 160 ribu, Silda, yang menggunakan operator Indosat, sudah bebas "berseluncur" di Internet, ngobrol (chatting) sepuasnya dengan puluhan temannya, atau sekadar memperbarui status di Facebook. Dengan enteng saja, dia juga sering meminjamkan BB-nya kepada teman-teman sekantor yang hendak berburu informasi di Internet.
BlackBerry memang sedang menjadi idola operator telekomunikasi. Si Berry Hitam itu kini menjadi lokomotif baru bagi bisnis telekomunikasi Indonesia. Hanya dalam tempo setahun, pelanggan BlackBerry di Indonesia sudah berlipat lebih dari sepuluh kali. Salah satu yang menikmati berkah ponsel pintar ini adalah PT Excelcomindo Pratama (XL). Setahun lalu, pelanggan BlackBerry di XL hanya 9.000 orang. Sampai awal November kemarin, pelanggan si Berry Hitam XL sudah menembus 205 ribu orang.
Berkah operator telekomunikasi tak cuma bersumber dari pelanggan BlackBerry, tapi juga dari paket penjualan ponsel "pengekor" BB. Jumlah pelanggan BlackBerry hanya berlipat lebih dari sepuluh kali, sedangkan penjualan ponsel serupa tapi tak sama dengan BlackBerry, seperti NexianBerry dan htMobile, sungguh dahsyat. NexianBerry, misalnya, sejak Mei lalu sudah berhasil menjual lebih dari sejuta ponsel.
Yang sebenarnya diincar operator telekomunikasi tentu bukan hasil penjualan BlackBerry ataupun NexianBerry, melainkan pertumbuhan jumlah pelanggan plus pengguna layanan data dan Internet mereka. Menurut General Manager Devices and Wireless Data Services XL Ari Tjahjanto, kontribusi pendapatan dari layanan data semakin besar. Layanan data XL menyumbangkan pendapatan Rp 2,87 triliun atau 29 persen dari total pendapatan operasi mereka. Itu berarti lebih besar ketimbang tahun lalu, yang hanya menyumbangkan 26 persen pendapatan.
Pertumbuhan pendapatan dari layanan data XL, 19 persen, juga jauh lebih tinggi ketimbang layanan suara, yang hanya bertambah 0,2 persen. Pertumbuhan signifikan juga ditunjukkan layanan data dua operator besar lain, PT Indosat dan Telkomsel, masing-masing 14,7 persen dan 16 persen. Angka-angka itu lumayan menghibur di tengah gejala melambatnya pertumbuhan pelanggan dan pendapatan operasional. Analis telekomunikasi BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, memprediksi gejala itu masih akan berlanjut tahun depan. "Booming sektor telekomunikasi sudah lewat," katanya.
Menurut dia, kendati jumlah pelanggan terus bertambah, pertumbuhannya akan cenderung datar, tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya. Sebab, di beberapa tempat, tingkat penetrasi seluler sudah sangat tinggi. Di Jabotabek, misalnya, dia memperkirakan penetrasi seluler sudah mendekati angka 100 persen. Walaupun, berdasarkan pengalaman negara lain, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, yang penetrasi selulernya sudah sangat tinggi, jumlah pelanggan masih terus tumbuh.
Nithin Bhat, Senior Vice President ICT Practice Frost & Sullivan, meramal melambatnya pertumbuhan jumlah pelanggan dan pendapatan per pelanggan telekomunikasi di Indonesia akan terus berlanjut hingga 2014. Bahkan, pada 2012, total pendapatan semua operator telekomunikasi akan turun akibat kombinasi perang tarif dan landainya pertambahan penggunaan (minutes of use). "Kalau operator tidak berinovasi, mereka akan habis," kata Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Sekretaris Jenderal Masyarakat Telematika Indonesia.
Peluang itu ada di layanan data. Kecuali untuk urusan pesan pendek alias SMS, kata Nithin, layanan data operator telekomunikasi di Indonesia belum digunakan optimal. Apalagi jika dibandingkan dengan operator telekomunikasi di Jepang, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Penetrasi layanan data dan Internet di Indonesia juga masih rendah, dus berarti ceruknya masih sangat lebar.
Ari Tjahjanto meyakini, dengan semakin murahnya harga modem dan ponsel yang bisa mengakses Internet plus tarif, pengguna layanan data akan melesat. Buktinya sudah kasatmata. "Setahun terakhir, lalu lintas data di jaringan XL meroket 800 persen," kata Ari. Walaupun sekarang kontribusinya masih kecil, layanan BlackBerry akan menjadi mesin uang baru bagi XL. Selain pelanggan BlackBerry berkantong lebih tebal, kata Ari, mereka bukan kutu loncat yang dengan enteng berpindah-pindah operator.
Namun ada yang perlu diwaspadai dari melonjaknya trafik data tersebut. Chief Marketing Officer Indosat Guntur S. Siboro mengingatkan, melonjaknya trafik data malah bisa merepotkan operator jika tidak diikuti kenaikan pendapatan. Sebab, sistem tarif layanan data belum secanggih pentarifan layanan suara. Model tarif layanan data saat ini tak banyak beranjak dari volume base, time base, atau model gelondongan seperti BlackBerry.
Layanan data ini dalam beberapa tahun akan tumbuh tinggi. Layanan BlackBerry atau Facebook bisa jadi mendongkrak trafik data operator. Tapi, kata Guntur, kontribusi layanan data terhadap pendapatan operator tetap tidak akan bisa menggantikan mesin uang layanan suara. "Anda masih lebih sering menelepon kan daripada mengirim e-mail?" kata Guntur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo