Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAPORAN keuangan sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan pada kuartal ketiga tahun ini banyak yang biru. Membaiknya kinerja perusahaan memperlihatkan dunia mulai lepas dari krisis ekonomi. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia Priyo Pribadi Soemarno mengatakan, pada 2010, sektor komoditas akan menikmati pemulihan itu. Perusahaan tambang bakal menumpuk banyak keuntungan. "Yang penting regulasinya dibenahi," kata Priyo.
Namun, menurut dia, setelah keluar Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral, dan Batu Bara, semestinya pemerintah segera membuat peraturan pelaksanaannya. Jika tidak, akan banyak proyek tambang yang tertunda. Direktur Produksi dan Eksplorasi Batu Bara dan Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Gatot Ariyono menyatakan pemerintah sedang membahas empat peraturan yang terkait dengan undang-undang tersebut. "Mudah-mudahan Desember sudah keluar," katanya
Jika janji ini terlaksana, Priyo yakin sektor pertambangan tahun depan akan melaju pesat. Perkiraannya, dana sekitar US$ 8 miliar akan diinvestasikan untuk membuka tambang baru. Ekonomi Cina dan India yang bergerak cepat haus akan bahan baku tambang. Jika Indonesia menjadi pemasok utama, Priyo yakin kejayaan sektor tambang di negeri ini akan kembali seperti tiga dekade lalu.
Emas dan Tembaga
Sejak 2005, penjualan tembaga dan emas ke Cina terus meningkat. Tahun lalu, Negeri P
anda itu mengolah bahan baku tembaga dari Indonesia hingga 8 juta ton. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, emas banyak diburu sebagai pilihan investasi. Menurut Priyo, pemborong utama emas juga dari Cina karena kelebihan likuiditas.
Nikel
Tiga tahun terakhir, permintaan nikel tumbuh pesat. Nikel, yang mempunyai sifat antikarat, dapat menghemat penggunaan besi dan baja. Banyak material industri dan elektronik membutuhkan nikel, seperti untuk baterai yang tahan lama. Untuk sumber alam ini, penyerapan dalam negeri cukup besar.
Besi dan Mangan
Infrastruktur yang terus digenjot memerlukan banyak hasil tambang ini. Sayangnya, Indonesia belum mempunyai smelter yang mengolah bahan baku besi dalam volume besar. PT Krakatau Steel baru memproses bijih besi asal Brasil. Padahal hampir seluruh pantai selatan Sumatera-Jawa mengandung pasir besi, bahan baku yang sangat bagus untuk baja. Indonesia belum bisa memprosesnya karena mengandung banyak kanium. Penggunaannya masih untuk bahan baku semen, selebihnya diekspor. l
Pemain di Ring Utama
PT Aneka Tambang
Badan usaha milik negara dengan modal dasar Rp 3,8 triliun ini mempunyai tujuh anak perusahaan. Hingga akhir tahun lalu, Antam memiliki total cadangan nikel saprolit 362,7 juta wet metrik ton dan nikel limonit 372,5 juta. Sedangkan cadangan emas dari tambangnya 4.450 wet metrik ton, dan bauksit 70.900 wmt.
PT Freeport Indonesia
Grasberg, area penambangan Puncak Jaya di Papua, menjadikan Freeport pemilik tambang emas terbesar pertama dan tambang tembaga terbesar ketiga di dunia. Dengan karyawan sekitar 19.500 orang, tiga tahun lalu tambang ini memproduksi 610,8 ton tembaga, 58,5 juta gram emas, dan 174,5 juta gram perak. Kapasitas pengolahan Freeport hampir 300 ribu ton per hari.
PT Newmont Nusa Tenggara
Perusahaan patungan Nusa Tenggara Partnership dan PT Pukuafu Indah ini menandatangani kontrak karya pada 1986 untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di dalam wilayah kontrak karya di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Batu Hijau adalah tambang terbuka yang mengandung konsentrat tembaga dan emas. Proyek Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat itu memiliki cadangan tembaga 6,3 miliar pon dan cadangan emas 7,2 juta ons.
PT International Nickel Indonesia
Salah satu produsen nikel utama dunia ini memulai konstruksi pabrik pertama di Indonesia pada 1973. Produksi nikelnya terus meningkat setiap tahun. Pada 2003, untuk pertama kalinya Inco berhasil melampaui kapasitas terpasang dengan produksi 70.216 metrik ton. Saat ini wilayah kontrak karyanya semakin besar di Indonesia bagian timur, seperti di Bahudopi, Lingke, Bulubalang, Latao, Suasua, dan Paopao, dengan luas 218,5 hektare.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo