Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertanyaan Budi Darmadi membuat sekitar tiga puluh pengusaha elektronik nasional tertegun. Mereka hanya saling tatap, hingga Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian itu harus mengulang kalimatnya. "Saya ingin tahu pengaruh Free Trade Agreement ASEAN-Cina bagi industri elektronik. Seberapa takut Anda menghadapinya?"
Budi memancing para pengusaha itu menanggapi kesepakatan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina yang berlaku mulai tahun depan. Pengusaha lain dari sektor tekstil dan baja telah menyatakan keberatan. Tapi para pengusaha produk elektronik yang sedang menghadiri seminar di kawasan industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, itu rupanya masih enggan menyampaikan pendapat.
Padahal serbuan produk elektronik dari Cina merupakan ancaman nyata yang mereka hadapi saat ini. Direktur Elektronik Departemen Perindustrian Syarif Hidayat menyatakan, akibat kesepakatan perdagangan bebas, produk asal Cina membanjiri pasar domestik sejak 2007. Di pasar loak sampai lapak dadakan seusai salat Jumat bisa dijumpai barang elektronik buatan Cina dengan harga murah.
Serbuan itu membuat pangsa pasar produk domestik makin turun dari sekitar 50 persen menjadi hanya 30-40 persen. Penurunan bea masuk barang elektronik memang sudah berlangsung secara bertahap. "Kita terlambat melakukan regulasi. Harusnya barang impor Cina itu bisa diatur dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)," kata Syarif di ruang kantornya pekan lalu.
Data Departemen Perindustrian menunjukkan, dari total penjualan produk elektronik tahun lalu sekitar Rp 29 triliun, 60 persen merupakan barang impor. Lemahnya daya saing produk dalam negeri antara lain disebabkan oleh masih tingginya ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor lantaran minimnya industri pendukung.
Berdasar Roadmap Kamar Dagang dan Industri Indonesia untuk Industri Elektronik 2010-2015, kandungan lokal bahan baku dan komponen hanya 40 persen. Komponen dan bahan utama seperti kompresor, motor, plastik, tembaga, dan baja masih diimpor. Tujuh puluh persen cetakan juga masih didatangkan dari luar negeri.
Data tak jauh berbeda disampaikan Gabungan Elektronik. Pada 2008, produk elektronik dalam negeri hanya menguasai 34 persen atau senilai Rp 9,8 triliun dari penjualan domestik, yang berjumlah Rp 24 triliun. Sisanya dicaplok produk elektronik impor, baik legal maupun ilegal.
Berkaca pada data tersebut, Departemen Perindustrian berupaya mengamankan pasar domestik untuk meningkatkan target pertumbuhan industri elektronik menjadi 10 persen pada tahun depan. Fokus pengamanan terutama pada pasar produk peralatan rumah tangga (household use).
Untuk itu, jalur masuk produk elektronik dari luar negeri bakal diawasi secara ketat. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56 Tahun 2008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu akan dipertahankan. Di sana diatur bahwa importasi lima komoditas-salah satunya elektronik-hanya bisa dilakukan oleh importir terdaftar.
Masuknya barang impor harus melalui pelabuhan yang ditetapkan, antara lain Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Perak, Surabaya; Tanjung Mas, Semarang; Belawan, Medan; Soekarno-Hatta, Makassar; serta pelabuhan udara internasional. Di luar itu akan dianggap barang ilegal.
Supaya produk domestik bisa bersaing dengan barang impor, barang elektronik yang dikenai Standar Nasional Indonesia akan ditambah. Selain itu, untuk meringankan industri yang masih mengimpor bahan baku, Departemen Perindustrian menyiapkan harmonisasi bea tarif. Syarif yakin, jika pasar domestik aman, penjualan meningkat, otomatis pabrik meningkatkan produksi. Iklim investasi pun akan lebih baik.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Electronic Marketer Club Agus Soejanto memprediksi penjualan produk elektronik bisa naik 10-15 persen tahun depan-kalau ekonomi stabil. Produk peralatan rumah tangga masih menjadi andalan penjualan. "Kalau daya beli naik, penjualan juga bisa naik," ujar Agus pekan lalu. Karena itu, stabilitas nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat menjadi faktor penting.
Agus menambahkan, desain dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat juga mempengaruhi penjualan. Produk efisien dan ramah lingkungan-hemat listrik dan air-semakin dicari. Sedangkan dari sisi bentuk, tren televisi bergeser ke LCD, sementara audio bergeser ke home theater in the box. "Biasanya home theater berupa speaker-speaker besar," katanya.
Saat ini sebagian besar produk elektronik domestik masih bergerak di tahap awal, seperti radio-kaset, televisi, kipas angin, setrika, dan pompa air. Produk seperti kulkas, mesin cuci, serta barang personal use seperti notebook, kamera digital, iPod, dan telepon seluler masih didominasi barang impor. Padahal, menurut Budi Darmadi, konsumsi produk jenis itu terus meningkat tahun depan. "Ini peluang untuk diisi produk elektronik dalam negeri," ujarnya.
Selain mengamankan pasar dalam negeri, kata Budi, pemerintah tetap berupaya meningkatkan ekspor. Pasal global mesti dimanfaatkan untuk pertumbuhan industri, apalagi dampak krisis diperkirakan bakal pulih tahun depan.
Akibat krisis, ekspor produk elektronik pada 2008 turun menjadi US$ 7,05 juta (sekitar Rp 70 miliar) dari US$ 7,22 juta pada 2007. Pembeli seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Thailand mengurangi pembelian. Ekspor kebanyakan berupa komponen elektronik dan kamera. "Kita mesti berpijak pada dua kaki, pasar dalam negeri dan ekspor," ujar Budi.
Data Ekspor, Impor, Dan Produksi Industri Elektronik 2006-2008
Tahun | Uraian | Ekspor | Impor | Produksi |
  |   | Nilai (US$) | Nilai (US$) | (Rp Miliar) |
2006 | Total | 7,997,302 | 3,208,180,852 | 107,964 |
  | Elektronik Konsumsi | 2,473,555 | 512,409,341 | 33,393 |
  | Elektronik Bisnis | 2,399,403 | 1,793,131,630 | 32,392 |
  | Komponen & Bagian | 3,124,344 | 902,639,881 | 42,179 |
2007 | Total | 7,226,281 | 3,599,137,784 | 97,555 |
  | Elektronik Konsumsi | 2,159,304 | 513,854,307 | 29,151 |
  | Elektronik Bisnis | 1,823,350 | 2,150,943,878 | 24,615 |
  | Komponen & Bagian | 3,243,627 | 934,339,599 | 43,789 |
2008 | Total | 7,056,163 | 3,550,482,291 | 95,258 |
  | Elektronik Konsumsi | 1,879,543 | 436,520,144 | 25,374 |
  | Elektronik Bisnis | 1,772,187 | 1,702,561,908 | 23,925 |
  | Komponen & Bagian | 3,404,433 | 1,411,400,239 | 45,960 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo