Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LELATU berhamburan dari satu sudut pabrik Ankai di Hefei, Provinsi Anhui, Cina, pada Senin sore pekan lalu. Seorang pria berbaju mekanik merah marun sedang menghaluskan sambungan las pada rangka sebuah bus dengan mesin gerinda. Menjelang senja, pekerjaan pegawai tersebut adalah sumber kebisingan di dalam bangunan seluas lapangan sepak bola itu.
Pegawai di dalam pabrik tinggal hitungan jari. "Sebagian besar sudah pulang," ujar Brand Manager Ankai, Pu Zhao, kepada Tempo. Menurut Zhao, pada jam kerja, ratusan pegawai beraktivitas di bawah atap bangunan itu, dari merakit rangka, mengecat bodi, hingga memasang mesin bus. Ankai, kata Zhao, punya lebih dari 3.000 pegawai. Mereka tersebar di sejumlah bangunan lain di kompleks pabrik yang luasnya hampir satu kilometer persegi itu.
Hefei terletak sekitar 450 kilometer ke arah barat daya dari Shanghai. Untuk menuju ibu kota Provinsi Anhui ini, orang bisa menggunakan pesawat atau kereta cepat dari Shanghai. Jarak sejauh itu bisa ditempuh selama tiga jam dengan kereta cepat. Pabrik Ankai ada di timur Kota Hefei.
Di pabrik inilah sebagian bus Transjakarta yang dipesan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada akhir tahun lalu diproduksi. Ankai merakit 548 bus, meliputi 60 bus gandeng yang panjangnya 18 meter, 142 bus single (12 meter), dan 364 bus sedang (9 meter). Bus didatangkan lewat sejumlah perusahaan pemenang tender. Pemerintah DKI merogoh Rp 751 miliar untuk pengadaan bus sebanyak itu.
Pada Senin sore pekan lalu, Ankai sudah tak mengerjakan bus Transjakarta. Bus pesanan sudah selesai dibuat dan dikirim pada November tahun lalu. Menurut Zhao, hanya bus gandeng yang dibuat utuh dengan karoserinya (completely built-up). Untuk bus single dan sedang, Ankai hanya membuat sasisnya. "Karoserinya dibuat di Indonesia," kata Zhao.
Menurut Zhao, bus gandeng Transjakarta mengambil model bus Kota Ankai tipe G02D. Ia mengatakan tak mengetahui harga bus tipe tersebut. Tapi di salah satu situs disebutkan bahwa tipe G02D dijual seharga US$ 70-90 ribu. Spesifikasi bus Transjakarta dibuat sesuai dengan pesanan, antara lain deknya tinggi. "Harganya tergantung spesifikasinya," ujar Zhao. Pemerintah DKI Jakarta membayar Rp 3,6 miliar per bus-atau hampir tiga kali lipatnya-kepada perusahaan pemenang tender.
Kenyataannya, dari ratusan bus Transjakarta produksi Ankai, belasan bus rusak sebelum dioperasikan. Bus itu meliputi bus gandeng dan sedang. Karat merongrong sejumlah komponen, di antaranya engine mounting, velg, tabung oli power steering, dan tabung saluran pembuangan. Kerusakan lain di antaranya tutup pelindung katup tabung gas rusak dan pintu belakang samping tak dapat menutup sempurna.
Zhao menyanggah kabar bahwa kerusakan sejumlah bus terjadi selama pembuatan. "Itu terjadi dalam proses pengapalan," ujarnya. Karat yang merongrong sebagian komponen, kata Zhao, bisa jadi disebabkan oleh air laut yang masuk ke kapal. Alasan serupa dikemukakan pejabat Dinas Perhubungan Jakarta. Zhao membantah pernyataan bahwa komponen bus adalah barang bekas.
Zhao tak tahu kapan persisnya bus Transjakarta mulai dipesan ke Ankai tahun lalu. Yang ia hafal, pesanan 548 bus Transjakarta dikerjakan selama dua-tiga bulan. Ia juga mengatakan tak kenal orang dari Jakarta yang mengorder bus ke perusahaannya. "Yang menangani orang dari divisi lain," ujarnya.
Iwan Tjandra, Line Manager PT Arpeni Pratama Ocean, yang mengangkut bus Transjakarta merek Zhongtong, tak sepakat bila pengapalan disebut sebagai penyebab rusaknya bus. Ia mengatakan kerusakan pada saat pengapalan kecil kemungkinannya terjadi. Sebab, mobil biasanya ditaruh di dalam lambung kapal (under deck), seperti yang dilakukan perusahaannya terhadap bus Zhongtong. "Kecuali kalau barangnya ditaruh di atas dek," katanya.
Anton Septian (Hefei)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo