Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WAJAH Aburizal Bakrie muncul setiap waktu di stasiun televisi miliknya. Kadang pagi buta dan lain kali menjelang tengah malam. Catatan Komisi Penyiaran Indonesia menunjukkan pariwara Ketua Umum Partai Golkar itu dipasang di TV One kepunyaannya bervariasi sejak pukul 03.00 hingga 23.00. Selain itu, berita-berita tentang dia ditayangkan stasiun televisi yang sama setiap hari.
Menurut Aburizal, reklame itu dipasang Freedom Institute—lembaga pimpinan Rizal Mallarangeng—yang ia danai. Apakah Freedom membayar iklan tersebut? "Iya. Kami bayar tunai, tapi mendapat banyak diskon," kata pria 67 tahun itu kepada Tempo, awal bulan lalu. Rizal Mallarangeng mengklaim materi iklan Aburizal diambil dari rekaman aneka kegiatan sang Ketua Umum.
Aburizal juga menjadikan pemberitaan di media massa sebagai sasaran. Ia mengatakan ribuan orang biasanya hadir dalam pertemuan yang ia datangi. Tapi, kata dia, jumlah yang hadir sebenarnya bisa saja sedikit. "Yang penting masuk media," ujarnya. "There is no such thing as bad publicity. All publicity is good publicity."
Semua berhubungan dengan satu hal: popularitas Aburizal tak kunjung beranjak. Sementara waktu pemilihan presiden semakin dekat, aneka lembaga survei yang relatif independen menyimpulkan tingkat kepopulerannya masih satu digit. Ia kalah jauh dibanding Gubernur Jakarta Joko Widodo dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Aburizal juga kalah jauh dibandingkan dengan tingkat keterpilihan Partai Golkar, yang ia pimpin sejak 2009.
Pengusaha senior ini tak kurang akal. Ia meminta survei "yang lebih realistis", yaitu mengukur tingkat keterpilihan "calon presiden yang mungkin". Jokowi disingkirkan karena belum pasti dicalonkan PDI Perjuangan. Adapun Prabowo dikeluarkan karena partainya dianggap tidak akan memperoleh tiket pencalonan dalam pemilihan tahun depan.
Jajak pendapat "versi riil" ini dilaksanakan Lingkaran Survei Indonesia, yang disewa Aburizal sebagai konsultan sejak 2011. Moh. Barkah Pattimahu, peneliti perusahaan itu, mengatakan mengikutsertakan banyak tokoh hanya tepat jika pemilihan umum masih jauh. Semakin dekat pelaksanaan pemilihan, menurut dia, survei harus lebih riil agar dekat dengan peta politik yang sebenarnya.
Lingkaran Survei mematok tiga syarat tokoh yang akan disurvei, yakni berada dalam struktur partai, didukung keputusan resmi partai, dan kemungkinan partai itu menangguk suara tiga besar. Berdasarkan Undang-Undang Pemilihan Presiden, calon hanya bisa diajukan oleh partai atau gabungan partai yang meraih 20 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat atau 25 persen suara nasional. Dengan kriteria itu, Lingkaran Survei memperkirakan peraih suara terbanyak pemilihan tahun depan adalah Golkar, PDI Perjuangan, dan Partai Demokrat.
Walhasil, nama yang dimasukkan ke kuesioner tinggal Aburizal, Megawati Soekarnoputri, dan Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, yang dianggap akan menjadi pemenang konvensi Partai Demokrat. "Survei ini mengabaikan kemungkinan koalisi partai untuk mencalonkan presiden," kata Iskandar Mandji, politikus Partai Golkar.
Toh, Aburizal tetap tak bisa menempati posisi teratas. Hasil sigi Lingkaran Survei pada Oktober lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Aburizal berada di peringkat kedua, di bawah Megawati. Angkanya memang tipis, yaitu 29,8 persen dan 28,6 persen. Popularitasnya juga kalah dibanding Mega. Data inilah yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar di Jakarta akhir pekan lalu. "Kami akan mengadakan survei lagi setelah rapat pimpinan," ujar Barkah, yang juga Direktur Konsultan Citra Indonesia, anak usaha Lingkaran Survei.
Lingkaran Survei bukan satu-satunya pembantu Aburizal mendongkrak suara. Dia juga meminta bantuan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Indobarometer, Matanusa, serta Celebes Research Center. Mereka dikerahkan untuk menggelar jajak pendapat di 77 daerah pemilihan. Biayanya Rp 75-100 juta per daerah pemilihan setiap kali survei.
Aburizal girang kalau berbicara tentang hasil survei Indobarometer di Jawa Timur pada Oktober lalu. Berdasarkan survei itu, elektabilitas dia di Sidoarjo, daerah luapan lumpur Lapindo, ternyata tertinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Maka ia mengklaim persoalan lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan sebagian Sidoarjo tak akan mengganggu pencalonannya.
Upaya mengerek tingkat keterpilihan itulah yang dilakukan Aburizal melalui media miliknya. Menurut data pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia pada April, misalnya, Aburizal memasang 148 reklame di TV One dan ANTV. Pada kurun waktu yang sama, ditayangkan sepuluh berita tentang Aburizal pada dua stasiun televisi itu.
Ical, begitu ia dipanggil, juga menggenjot popularitas lewat sayembara avatar dan poster ARB—singkatan namanya. Diselenggarakan Yayasan Atap Rumah Bangsa—kalau disingkat, juga ARB—lomba berhadiah total Rp 120 juta itu digelar selama setahun sejak Juni lalu. Pemenangnya diumumkan tiap bulan di acara berita Apa Kabar Indonesia, Kabar Petang, dan Kabar Malam.
Yayasan ARB dipimpin menantu Ical, Nia Ramadhani. TV One juga menggarap acara bincang-bincang dengan berbagai komunitas bertajuk Ayo Rembug Bareng—ini pun, kalau disingkat, menjadi ARB.
Menurut Wakil Ketua Umum Golkar Sharif Cicip Sutardjo, Aburizal belum begitu kuat pengaruhnya di media online dan televisi. Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengakui iklan ARB di TV One dan ANTV cukup bagus, "Tapi penonton stasiun televisi lain lebih banyak."
ABURIZAL memacak diri sejak ditetapkan sebagai calon presiden dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar pada Juni 2012 di Bogor. Ia menyusun program kampanye pencitraan. Tim yang bertugas khusus memermak tampilan dan performa Aburizal adalah Tim ARB, yang dipimpin Rizal Mallarangeng dan Fuad Hasan Mansyur. Tim ini menyiapkan materi iklan dan strategi kampanye.
Pengusaha itu juga dibantu Relawan Beringin dan tim khusus yang dipimpin Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Luhut Binsar Panjaitan. "Pak Luhut dan timnya juga bertugas menggalang dukungan kalangan TNI," tutur Cicip. Luhut juga memimpin "Tim Begawan", yang bergerak dalam analisis politik, berisi 22 politikus lintas partai. "Termasuk saya," kata Ketua Golkar Yorrys Raweyai.
Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Golkar Indra Jaya Piliang mengatakan tim-tim sukses itu bergerak bebas mendongkrak citra dan elektabilitas Ical sesuai dengan tugas masing-masing. Di kalangan internal Partai Beringin, dibentuk Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu. yang dipimpin Cicip. Menurut Indra, Badan Koordinasi menetapkan program "3 in 1", yaitu para calon legislator harus berkampanye untuk Aburizal, partai, dan pribadi masing-masing.
Demi kampanye pula panggilan populer Ical disingkirkan, diganti dengan ARB. Cicip menuturkan, semula nama panggilan Ical tetap akan dipakai dengan alasan sudah populer. Namun ia tak setuju dan minta nama itu segera diganti. Sebab, ical berarti "hilang" dalam bahasa Jawa dan Sunda. Dalam bahasa Sunda, diical juga berarti "dijual". Muncul pula usul panggilan Rizal. "Tapi sulit pengucapannya," kata Cicip. Perdebatan sempat seru karena Rizal Mallarangeng berkeras tetap menggunakan Ical. "Dengan gaya Amerikanya, dia bilang: what is a name?" ujar Cicip. Pada akhirnya, disepakati inisial ARB digunakan.
Cicip juga pernah meminta Ical mengganti materi posternya di daerah Jawa Tengah. Di situ terpasang "Pejah Gesang Nderek ARB"—hidup-mati ikut ARB. Menurut dia, ungkapan itu hanya pantas untuk seorang raja, sehingga dikhawatirkan bisa merugikan citra Ical.
Erwin Aksa Mahmud, Wakil Ketua Media Center Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu Golkar, mengatakan anggota tim yang mendampingi Ical selalu waspada kalau bos mereka tampil jelek. "Kadang duduknya melorot, ya, kami ingatkan supaya tegak lagi," katanya. Tim pun mengingatkan kalau Ical mulai berbicara pelan seperti bergumam atau memintanya istirahat jika ia terlihat sudah payah. Namun Erwin menambahkan, "ARB tak bisa diatur soal pakaian. Dia punya gaya sendiri."
Soal bahasa juga diatur. Menurut Erwin, tim meminta diselipkan beberapa istilah bahasa daerah ketika Aburizal berkunjung ke kota-kota. Terutama bahasa Jawa, lantaran populasi suku Jawa sangat besar. Apalagi istri Ical, Tatty Murnitriati, kelahiran Pati, Jawa Tengah. "Tapi, soal bahasa Jawa, saya lebih pintar daripada dia," kata Ical, yang berasal dari Lampung. Tim pun menggunakan idiom Jawa dalam beberapa iklannya.
Urusan road show diatur Tim ARB dan TV One. Indra menuturkan, sejak keliling daerah dimulai satu setengah tahun lalu, kini sudah lebih dari 250 kabupaten dan kota yang didatangi. Bahkan 70 persen lebih daerah luar Jawa diklaim sudah didatangi. Awalnya, Indra meneruskan, Ical sering cuci tangan setelah berjabat tangan di daerah. "Sekarang Pak Ical sering lupa cuci tangan, langsung makan," ujarnya berseloroh.
Tim ARB-lah yang menentukan ke mana saja Ical pergi, termasuk setting pertemuan dan jumlah pesertanya. Hidayaturohman, salah seorang anggota tim, mengatakan mereka memutuskan tak perlu ribuan atau ratusan orang yang datang dalam diskusi dengan Ical di daerah. Dengan jumlah pengunjung yang tak terlalu banyak, pesan Ical mudah dipahami. "Yang penting, kegiatan itu direkam video, lalu bisa diolah menjadi materi iklan di televisi," katanya.
GOLKAR mematok target perolehan suara minimal 20 persen kursi Dewan dalam Pemilu 2014 agar bisa mengajukan Ical dalam pemilihan presiden. Bila target tercapai, Partai Beringin bebas memilih calon pendamping jagonya. Tapi, kalau perolehannya di bawah target, Golkar bakal berkoalisi dengan partai lain yang mengajukan calon wakil presiden. "Kalau Golkar mendapat 30 persen, bisa mengatur siapa musuh yang hendak kami hadapi," kata Cicip.
Kini Aburizal sudah mulai melihat-lihat tokoh yang bisa menjadi calon wakil presiden. "Kami berkomunikasi dengan semua pihak," ujar Cicip. Sedangkan Luhut menyatakan timnya tak mendapat mandat untuk menjajaki calon wakil presiden. "Itu ada timnya sendiri di partai," ujar purnawirawan jenderal dan mantan Menteri Perdagangan ini.
Tokoh yang diincar antara lain mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo, Gubernur Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md., dan Jokowi. "Pak Mahfud mengatakan kepada saya sudah diajak bicara Pak Luhut, tapi dia belum menjawab," kata Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun muncul dalam daftar. Pramono dan Moeldoko dipertimbangkan karena dianggap mewakili tentara. Moeldoko tak mau menjawab ketika dimintai tanggapan, Kamis pekan lalu.
Aburizal turun tangan untuk mendekati calon partner. Soekarwo mengakui susah dilobi Ical. Tapi gayung tak bersambut. Politikus Demokrat itu menolak secara halus. "Sudah saya sampaikan: saya baru dipilih menjadi gubernur, masak saya meninggalkan pemilih?" ujarnya. Lagi pula, partainya memutuskan yang berhak mengajukan calon presiden dan wakil presiden adalah Ketua Majelis Tinggi dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Penjaringan calon wakil presiden pun sudah dilakukan terbuka di kalangan internal Golkar. Dalam rapat pimpinan nasional, Jumat pekan lalu, tiap pengurus provinsi diberi kesempatan memberikan pendapat. Namun, dalam pidato pengarahan, Akbar Tandjung meminta para pengurus lebih berfokus mengupayakan kemenangan Golkar sebelum memikirkan pencalonan presiden dan wakil presiden.
Jobpie Sugiharto, Widiarsi Agustina, Wayan Agus Purnomo (Jakarta), Agita Sukma Listyanti (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo