Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA tiang beton penyangga atap teras membuat bangunan yang berdiri di bagian belakang kompleks Pondok Pesantren Nurul Jadid Al-Islami itu tampak mencolok. Gedung seluas dua kali lapangan voli tersebut lebih modern, baru selesai dibangun tahun lalu. Sudah setahun pula balai latihan kerja (BLK) ini beroperasi. “Dalam satu tahun ada dua pelatihan,” kata Abdul Muhaimin, Kepala Sekolah Pondok Pesantren Nurul Jadid Al-Islami, Rabu, 15 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abdul Muhaimin adalah suami Najmatul Millah, Ketua Yayasan Nurul Jadid Al-Islami. Sedekade terakhir, pondok pesantren yang didirikan pasangan tersebut kian berkembang. Tak hanya menjadi pusat belajar kitab-kitab Islam, tapi juga sebagai fasilitas pendidikan formal dan informal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yang terbaru, pada Februari 2019, pengurus pesantren menelurkan Akademi Komunitas—perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setara dengan diploma II. Adapun BLK berfokus menjadi wahana pelatihan sinematografi yang bisa diikuti santri Nurul Jadid dan santri pondok pesantren lain. “Saya ingin anak-anak tak sekadar mengkaji kitab, tapi juga punya basic skill yang terpakai,” ucap Najma—begitu Najmatul biasa dipanggil.
Sejauh ini peralatan yang tersedia di BLK belum lengkap. Baru ada beberapa unit kamera, drone, dan pengeras suara untuk mendukung kegiatan 16 peserta di setiap periode pelatihan. Dengan alat-alat ini, para peserta setidaknya bisa menghasilkan film pendek setelah mengikuti pelatihan selama sebulan. Muhaimin pun kini bersiap menambah perlengkapan berupa alat tata cahaya.
Untuk merangsang minat santri mengikuti pelatihan, Yayasan Nurul Jadid Al-Islami memberikan modul, seragam, makan siang, dan kudapan secara cuma-cuma. Yayasan juga mengirimkan seorang instruktur BLK untuk belajar di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta dan menularkannya ke peserta.
Menurut Najma, kegiatan vokasi semacam ini diperlukan agar pandangan para santri terhadap dunia di luar pondok pesantren makin terbuka. Selain itu, penguasaan teknologi, termasuk dalam produksi gambar bergerak, kian penting untuk keperluan pengembangan dakwah. “Mengingat sekarang musim media sosial,” ujarnya.
AISHA SHAIDRA, DAVID PRIYASIDHARTA (JEMBER)
Najmatul Millah
(Pendiri dan pemimpin Yayasan Nurul Jadid Al-Islami, Jember, Jawa Timur)
Tempat dan tanggal lahir: Lumajang, Jawa Timur, 10 Maret 1983
Pendidikan:
• Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Syarifudin
• Program S-1 Sastra Arab Sekolah Tinggi Agama Islam Malang (2000)
• Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember (2009)
Organisasi:
• Anggota Perhimpunan Rahima (2010-sekarang)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo