Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cemas Berganti Pasrah

Warga sekitar rumah Iwan Siswara tak lagi cemas. Yang penting hidup bersih dan sehat.

25 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senja telah turun di Perumah-an Vila Melati Mas, Tangerang. Ke-diaman keluarga almarhum Iwan Siswara Rafei di kompleks pe-rumahan itu tampak dipenuhi ke-sibukan, Rabu pekan lalu. Para ibu hi-lir-mudik membawa makanan dan minuman.

Lelaki dewasa menggotong kursi dan meja ke luar rumah. Mereka kemu-dian menggelar karpet dan tikar. ”Kami sedang menyiapkan tahlilan,” kata Nyonya Sunaryo, 60 tahun, istri Ketua RT di tempat Iwan tinggal. Perempuan tua itu ikut sibuk bolak-balik mengambil sesuatu dari rumahnya yang terpisah lima rumah dari kediaman Iwan.

Selepas isya, rumah tipe 45 di Jalan Pon-dok Cempaka 2 Blok SR 14/7 itu di-datangi para tamu. Dalam hitung-an me-nit, rumah bercat krem itu telah di--sesaki tamu. Lalu lamat-lamat terde-ngar orang membaca ayat kitab su--ci dan memuji asma Allah. Seusai tah--lil-an, beberapa warga masih tinggal di rumah itu. Ada yang mengobrol de-ngan Lin Rosalina, istri almarhum Iwan, ada yang membereskan ruang tamu.

Didi Hawadi, paman Lin, yang setiap hari ada di rumah itu sejak musibah ter--jadi, tampak terlibat obrolan serius dengan para tamu di luar rumah. Me-reka membicarakan pengumuman Men-teri Kesehatan Siti Fadilah Supa-ri, yang menyatakan penyebab kematian Iwan dan dua anaknya virus Avian influenza (AI) jenis H5N1.

Ke-betulan hasil tes darah Iwan di- laboratorium Hong Kong diumumkan pada hari yang sama dengan hari tah-lilan. ”Kami lega, telah mengetahui penyebab kematian Iwan dan dua anaknya. Padahal sebelumnya pembe-ritaan di media massa masih simpang-siur. Itu sempat membuat warga cemas,” kata Didi.

Lantaran khawatir dan bingung, be---berapa warga sempat mengenakan- mas-ker di sekitar perumahan. ”Bahkan saya dengar ada warga yang meng-ungsi,” ujar Didi. Perasaan waswas ju-ga pernah diutarakan Sofyan Husein, koordinator paguyuban duka cita war-ga muslim perumahan itu. ”Dulu warga sempat cemas, karena pemerin-tah be-lum mengumumkan penyebab kematian mereka,” ka-ta Sofyan. Tapi, setelah ada pengumuman itu, warga mulai tenang.

Apalagi Menteri Kesehat-an Siti Fadilah sempat men-datangi perumahan itu, be--be-rapa hari setelah keja-di-an, untuk memberikan pe-nyuluhan. ”Saat itu Bu Men-teri bilang, virus itu tak me-nular dari manusia ke ma-nusia. Jadi kita te-nang saja. Yang penting kita hidup bersih dan sehat,” ujar Sofyan.

Fariz Rizki Nurahman, 12 ta-hun, putra sulung Lin Rosa-li-na, juga sudah kem-bali ceria. Dia sudah bisa ber-main la--gi dengan teman sebayanya. Para te-tangganya juga tak me-larang anak-anaknya bergaul dengan Fa-riz. ”Ngapa-in harus melarang-larang anak ber-main de--ngan siapa. Toh, urusan mati dan hi-dup adalah urusan Tuhan,” kata Sof-yan.

Setelah mengetahui penyebab kema-ti-an Iwan, tak ada lagi warga yang me-makai masker dan tak terdengar lagi ada warga yang mengungsi. Bahkan ke-tika Tempo mendatangi lokasi itu pada Jumat pekan lalu untuk kesekian kali-nya, tak terlihat kecemasan di wajah me-reka.

Justru komentar mereka lebih banyak pasrah. ”Ngapain harus panik. Toh pemerintah sampai kini juga belum tahu sumber virus yang menye-rang Pak Iwan dan dua anaknya dari mana? Apakah dari babi atau unggas? Itu belum jelas,” kata Fahrul Rozi, 32 ta-hun, tetangga Iwan. ”Hidup dan kematian itu urusan Tuhan, kenapa kita harus takut?” Sofyan ikut menimpali.

Sunaryo, Ketua RT di tempat tinggal Lin Rosalina, menyatakan warga sa--ngat berempati atas musibah yang te--lah menimpa keluarga Iwan. Perasa-an simpatik yang tulus itu terlihat da-ri banyaknya warga yang melayat maupun menghadiri acara tahlilan.

Di mata warga, pegawai Badan Pe-me-riksa Keuangan itu adalah sosok orang baik dan pandai bersosialisasi. Dia aktif sebagai pengurus masjid dan Lin Ro--salina tak pernah absen mengikuti ke-giatan organisasi PKK di perumah-an itu.

Bahkan dua pekan setelah kematian Iwan dan kedua anaknya, tamu masih terus datang mengalir. Ini membuat gang yang hanya berisi 10 rumah yang biasanya sepi itu kini selalu ramai.

Eni Saeni, Joniansyah (Tangerang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus