Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wuling Indonesia: Bukan Mengubah, tapi Menambah

Penjelasan Wuling Motor Indonesia soal lobi mengubah charger mobil listrik melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

24 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WULING Motors Indonesia memberi klarifikasi tambahan atas laporan majalah Tempo edisi 24 Desember 2023 yang berjudul "Beking Mobil Listrik Wuling". Direktur Penjualan dan Pemasaran Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani mengatakan alat pengisi daya atau charger standar GB/T yang digunakan pada mobil listrik Wuling Air ev sudah ekuivalen dengan charger IEC tipe BB yang telah memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Dian, Wuling saat ini sedang mengupayakan charger GB/T masuk ke regulasi pemerintah tentang ketentuan umum infrastruktur pengisian listrik untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, yang sekarang mengadopsi charger standar CCS2. Berikut ini petikan wawancara jurnalis Tempo, Fery Firmansyah, Khairul Anam, Aisha Saidra, dan Wawan Priyanto, dengan Dian di kawasan Jakarta Selatan pada 25 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengapa Wuling menggunakan charger GB/T yang tidak masuk Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2023 tentang Ketentuan Umum Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai? Padahal produsen mobil listrik lain yang masuk ke Indonesia memilih menyesuaikan standar charger mereka dengan regulasi....

Wuling memang market besarnya di Cina. Kami masih on progress development di market Cina yang besar. Charger GB/T sebetulnya sudah memenuhi standar internasional juga. Kami bukannya tidak bisa mengubah (mengikuti standar di Indonesia), pasti bisa. Cuma, memang ada plus dan minusnya. Kami melihat charger GB/T sudah memenuhi standar internasional dan di masa mendatang kami juga akan menjual mobil listrik lebih banyak di Indonesia. Toh, ini sebenarnya tidak menyalahi standar internasional. Kami berkaca pada beberapa negara di mana standar GB/T sudah masuk, seperti Thailand. Di Thailand ada banyak standar charger dan semuanya menjadi opsi. 

Seberapa besar biaya mengubah GB/T ke standar lain yang sudah diakomodasi regulasi di Indonesia? 

Setiap perubahan atau development pasti ada investment-nya. 

Tapi Wuling bisa mengubah itu (charger Wuling menjadi non-GB/T)? 

Bisa, tapi kami confident dengan GB/T. Sebagai contoh, cost untuk memakai charger GB/T jauh lebih murah, harga alatnya juga lebih murah. Artinya GB/T, secara investment, harga device-nya lebih murah. Kami merasa manfaat charger GB/T lebih banyak buat pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Kami pikir kenapa charger ini enggak dimasukkan ke standar saja.

Apakah ada permintaan dari pemerintah agar Wuling memakai tipe charger yang sudah ada di Indonesia saja? 

Itu pernah menjadi opsi. Cuma, kami pikir, untuk pengembangan kendaraan listrik di masa mendatang, charger GB/T bukan hal yang buruk. Lebih banyak positif dibanding negatifnya. Charging infrastructure di Cina itu sudah jutaan. GB/T sudah banyak sekali. Mumpung belum terlalu masif, untuk pengembangan infrastruktur ke depan, pemakaian GB/T positif buat Indonesia. Kenapa enggak kami usulkan saja? Bahwa ini lebih murah secara charging device, development, dan lain-lain.  

Benarkah Wuling menerima peringatan dari Kementerian Energi mengenai spesifikasi pengisi daya yang tidak sesuai dengan SNI?

Wuling Motors tidak pernah menerima surat peringatan dari Kementerian Energi. Informasi ini tidak benar dan tidak akurat. 

Kami mendapat informasi bahwa Wuling berusaha mengajukan charger GB/T masuk ke SNI dan diadopsi dalam regulasi Kementerian Energi melalui lobi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, yang juga menjabat Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo)....  

Sebenarnya kemarin kami mengajukan ke asosiasi (Periklindo), pengajuan GB/T untuk masuk ke SNI. Tapi, dalam perjalanannya, rupanya GB/T sudah ekuivalen secara teknis dan spesifikasi dengan IEC tipe BB yang sudah memenuhi syarat SNI. Sama, namanya saja yang beda. Yang sekarang kami kerjakan adalah mengupayakan ini (charger standar GB/T yang ekuivalen dengan charger standar IEC tipe BB) masuk standar Kementerian Energi. Ini sebenarnya sudah diakui, hanya butuh formal approval soal GB/T yang ekuivalen dengan IEC tipe BB. Bahwa IEC-BB sudah masuk SNI, dan kami minta ini juga diadopsi di Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2023 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Ini menurut kami wajar saja. 

Mengapa Wuling tetap mengusulkan hal tersebut? 

Banyak alasan menjadikan charger GB/T masuk ke peraturan itu. Device charging lebih murah. Enggak ada negatifnya karena sesuai dengan standar internasional. Dan kami enggak maksa agar pengusaha SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) menggunakan charger ini. Biar pasar yang memutuskan. Menurut kami, sebenarnya (permintaan ini) wajar. Standar CHAdeMO (standar Jepang) melakukan hal yang sama. Biarlah market yang menilai. Aspirasi kami ke Periklindo hanya sebagai anggota asosiasi. 

Tapi Ketua Umum Periklindo juga menjabat Kepala Staf Kepresidenan....

Sebenarnya yang menggunakan GB/T bukan hanya Wuling, tapi juga MAB (PT Mobil Anak Bangsa, produsen bus listrik milik Moeldoko). Dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2023 juga mengadopsi charger CHAdeMO. Rasanya buat kami hal yang wajar mengajukan charger standar GB/T untuk masuk regulasi. Soal keamanan, alat ini aman sekali, cuma belum masuk saja di peraturan Menteri ESDM. Ini aspirasi dari kami, tolong dimasukkan sekalian. Setelah bersurat melalui Periklindo, kami juga mendapat support dari Kementerian ESDM untuk melanjutkan prosesnya. Katanya, kalau mau dimasukkan, silakan dites bareng-bareng.

Kapan charger ini akan menjalani pengujian? 

Sedang on progress. 

Benarkah mobil listrik Wuling tidak aman ketika menggunakan charger lain, termasuk setelah menggunakan konektor (alat penghubung)? 

Kalau untuk fast charging DC (arus searah) tidak bisa. Tapi kalau AC (arus bolak-balik) bisa dan itu aman karena wattnya (daya) kecil. Kalau DC, tidak bisa pakai konektor karena wattnya besar. Kami sudah menyediakan fast charging GB/T, tapi hanya untuk SPKLU privat seperti yang ada di Wuling Centre. Bukan untuk komersial. 

Apa dampaknya setelah charger GB/T diakui dan diadopsi dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2023? SPKLU harus membuat penyesuaian agar ada nozzle jenis GB/T....  

Bukan mengubah, tapi menambah. Yang tadinya hanya ada dua nozzle (CCS2 dan CHAdeMO), bisa jadi nanti ada tiga jika GB/T telah masuk regulasi dan bisa dikomersialkan. Intinya, pengakuan dalam peraturan Menteri ESDM itu ditujukan untuk komersialisasi. Kalau untuk pemakaian privat, tidak apa-apa.

Kenapa charger GB/T tidak masuk ketika peraturan Menteri ESDM itu disusun?  

Kami tidak tahu. Cuma, yang jelas, jumlah pemakai Wuling makin besar dan kami juga butuh SPKLU lebih banyak. Kemarin kebanyakan private home charging, tidak ada masalah. Tapi, ketika ada kebutuhan charging untuk SPKLU komersial, ya sudah, kami coba. Kami sebenarnya ingin memastikan ke Kementerian ESDM karena charger GB/T sama dengan IEC-BB yang sudah memenuhi syarat SNI, jadi tidak menyalahi aturan. Peraturan Menteri ESDM ini setahu kami tidak memaksakan (penyediaan semua charger bagi SPKLU). Ini opsi saja. 

Sewaktu peraturan ini terbit, mobil listrik Wuling belum sebanyak saat ini.... 

Sebelum ada aturan mobil listrik, market share kami kecil. Mungkin (pemerintah) melihatnya (menentukan charger) (berdasarkan) market share yang lebih besar. Tapi perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia sangat pesat. Regulasi juga digodok dengan cepat. Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun  2023 digodok sangat cepat untuk mengatur jenis infrastruktur apa saja yang ada di Indonesia untuk bisa dikomersialkan. Ternyata yang diadopsi cuma tiga jenis charger, yaitu standar Type 2, CHAdeMO, dan CCS2. Sebenarnya ada banyak standar di dunia.

Di Thailand bagaimana? 

Banyak standarnya. GB/T juga diakui. Semua diakui, silakan pakai yang mana. Tinggal nanti investor SPKLU mau pakai yang apa. 

Wuling akan berinvestasi pada infrastruktur SPKLU jika charger GB/T sudah masuk regulasi? 

Iya, kami mau bikin 100 charging station sampai 2024. Kalau GB/T masuk, ini bisa jadi ada opsi untuk komersialisasi dari pihak ketiga. Kami ada strategic partner. Sudah ada tapi belum bisa kami ungkapkan sekarang. Kami sudah punya strategic partner sendiri yang juga menyediakan banyak SPKLU di Hong Kong. Cukup besar untuk bisa membantu memperbanyak SPKLU di Indonesia. 

Wuling tampaknya yakin bisa membuat pasar untuk charger GB/T dengan menyediakan 100 SPKLU…. 

Kami yakin. Apalagi kalau ini sudah masuk peraturan Menteri ESDM, ada peluang bagi yang lain untuk berinvestasi di SPKLU GB/T juga.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini tidak ada dalam versi cetak karena Wuling Motor Indonesia memberikan wawancara setelah edisi cetak terbit pada 25 Desember 2023

Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus