Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Kisah Hidup Pengungsi Rohingya Terlunta di Banyak Negara

Pengungsi Rohingya menyebar ke banyak negara. Hidup terkatung-katung tanpa kepastian masa depan.

24 Desember 2023 | 00.00 WIB

Seorang pengungsi wanita etnis Rohingya dan anaknya melihat kamp pengungsian mereka pasca terjadi kebakaran di kamp Cox's Bazar, Banglades, 24 Maret 2021. Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Perbesar
Seorang pengungsi wanita etnis Rohingya dan anaknya melihat kamp pengungsian mereka pasca terjadi kebakaran di kamp Cox's Bazar, Banglades, 24 Maret 2021. Reuters/Mohammad Ponir Hossain

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK hanya di Aceh, pengungsi Rohingya juga terdampar di banyak negara di Asia. Umumnya mereka membayar jasa para penyelundup manusia agar bisa keluar dari Myanmar yang dikuasai junta militer yang menindas mereka. Salah satunya Yasmin, yang mendarat di Malaysia pada 2017 setelah menempuh perjalanan darat selama 15 hari.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Raihan Lubis dari Banda Aceh berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mereka yang Hidup Mengapung". Artikel ini diperbarui pada 25 Desember 2023 dengan perubahan mengenai kerusuhan pada 2012 di paragraf ke-2.

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus