Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERGI ke bilik suara pada 9 April nanti bukan ide yang menarik bagi Muhammad Hasanudin, 26 tahun. Karyawan di sebuah perusahaan telekomunikasi ini berencana melanjutkan aksi absen mencontreng yang telah dilakukannya sejak kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
"Saya kecewa," kata warga Petojo, Jakarta ini, Senin pekan lalu. Ia mengaku sulit mempercayai para calon karena tidak kenal, sehingga tak pernah bicara langsung tentang aspirasinya. "Saya ingin pungutan liar di instansi negara bisa dihapus."
Lain lagi cerita Emma Yulia Sari, 23 tahun. Warga Condet, Jakarta Timur, yang bekerja sebagai guru di sekolah swasta di Depok ini malah bersemangat mencentang. Mengaku kenal calon yang akan dipilihnya, "Saya tidak begitu peduli partainya apa," katanya.
Menurut hasil survei Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Februari lalu, level gairah partisipasi masyarakat untuk ikut memilih memang cukup tinggi. "Minat masyarakat untuk mencoblos masih di atas 90 persen," kata Fajar Nursahid, kepala divisi penelitian lembaga itu. "Ini membuktikan pemilih yakin ikut pemilu berpengaruh kepada kehidupan mereka sehari-hari." Dalam survei ini, LP3ES menggandeng Pusat Kajian Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia serta Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jajak pendapat ini melibatkan 2.957 responden di 33 provinsi secara acak. Survei berlangsung pada 9-20 Februari, yang dikerjakan melalui wawancara terstruktur. Margin kesalahan 1,8 persen.
Kuatnya ketertarikan publik untuk ikut mencoblos juga muncul dalam survei Lembaga Survei Indonesia, yang digelar pada 8-18 Februari. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani, masyarakat masih meyakini demokrasi sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan.
Dan itu dilakukan lewat pemilihan wakil rakyat atau pemimpin yang memperhatikan kepentingan publik. "Juga ada anggapan di tengah masyarakat, seseorang yang tidak menggunakan hak pilih bukan seorang warga negara yang baik."
Survei dari Lembaga Survei Indonesia ini melibatkan 2.455 responden dengan tingkat kesalahan 2,4 persen. Survei dilakukan dengan wawancara langsung.
Apakah Anda menyukai caleg asli daerah atau bukan asli daerah?
Sama saja
24%
Asli daerah
74%
Bukan asli daerah
2%
Tahukah Anda nama caleg yang akan Anda pilih?
Tidak tahu
70%
Tahu
30%
Apakah pemilih partai politik tertentu menyukai iklan partai yang dipilihnya?
(hanya untuk pilihan "menyukai")
PAN
82,4
PDIP
76
Golkar
69,3
PKS
58,2
Demokrat
55,3
Gerindra
11,7
Jenis iklan apa yang paling berpengaruh terhadap para pemilih? (dalam persentase)
Media cetak
2,2
Iklan televisi
59,7
Kaus
8,9
Spanduk
10,1
Baliho
2,8
Radio
1,9
Stiker
2,8
Lain-lain
11,6
Memilih partai, calon dan keduanya berdasarkan pilihan partai
Menandai partai | Menandai nama calon | Menandai partai dan calon |   |
12 | 7,5 | 2,5 | Pemilih Partai Demokrat |
9 | 6 | 2 | Pemilih PDIP |
7 | 6 | 2 | Pemilih Partai Golkar |
2,3 | 2,1 | 0,7 | Pemilih PPP |
1,9 | 2,4 | 0,6 | Pemilih PKS |
2,2 | 1,8 | 0,8 | Pemilih PKB |
1,5 | 2,5 | 0,6 | Pemilih PAN |
Apa alasan Anda memilih partai tertentu? (dalam persentase)*
  | PKS | Partai Demokrat | PAN | Partai Golkar | PDIP | PKB | PPP |
Figur | 15,2 | 31,8 | 34,2 | 13,6 | 23,4 | 19,2 | 18,3 |
Program terbukti | 15,2 | 15,8 | 11 | 5,8 | 7,0 | 7,7 | 7,7 |
Usulan program | 22,2 | 13,9 | 19,2 | 18,6 | 12,6 | 34,6 | 31,7 |
Bersih | 33,3 | 10,9 | 12,3 | 3,1 | 2,9 | 6,4 | 4,9 |
Lain-lain | 14,1 |   | 23,3 | 58,9 | 54,1 | 32,1 | 37,4 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo