Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit pengguna mobil atau motor memilih menggunakan ban dalam pada ban tubeless miliknya dengan alasan supaya makin aman. Tapi bagi sejumlah ahli, penggunaan itu justru menghilangkan fungsi utama dari ban tubeless itu sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu buat tokonya untung aja, karena bisa jual ban dalam. Tapi ban akan kehilangan fungsi tubelessnya,"ujar Manager Trainer PT Sumi Rubber Indonesia (Dunlop), Bambang Hermanu Adi di Cikarang, Jawa Barat, Kamis, 20 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjelasannya, kalau ban tubeless tertusuk paku atau material lain, angin yang keluar sedikit. Apalagi kalau paku atau material yang menusuk tidak dilepas. Kondisi ini berbeda jika menggunakan ban dalam, kata Bambang, angin dari ban dalam akan keluar melewati lubang pentil di velg.
"Pentil pada ban dalam itu kan renggang di velg,"ujarnya.
Kondisi itu membuat angin di dalam ban dalam akan cepat hilang. Di saat yang bersamaan, mobil tidak bisa berhenti dengan cepat karena karena cengkraman berkurang.
"Jalan beberapa ratus meter, kegilas velg, bisa rusak semua. Ban dalam rusak dan ban luarnya juga rusak. Jadi itu gak aman,"ujarnya.
Selanjutnya, Bambang juga menyentil kecendrungan masyarakat Indonesia yang malas memperhatikan ban. Dia mencontohkan pada kondisi di mana kendaraan harus menggunakan ban serep saat ban utamanya bocor.
"Ban serep (temporer) kecil itu, harusnya dipakai sampai ke toko terdekat, kemudian diganti. Ban aslinya diperbaiki lalu dipakai lagi,"ujarnya. Bahayanya apa, ucap Bambang, jangan sampai tertusuk paku lagi kemudian anginnya hilang mendadak dan membuat ban dan velg Anda rusak.
"Tapi (kebanyakan) orang Indonesia malas, kalau ban serep udah turun, nah dipakai teruslah itu sampai gak ada masalah," ujarnya.