SEJAK kota ini berada di tangan Walikota Adolf Pelealu sejak
awal tahun 1975 keadaannya tenang-tenang saja. Tamu-tamu agung
sebangsa mereka yang perlu dibenderai, dan memerlukan pengerahan
kaum jelata untuk berjejal di tepi jalan, boleh dikata untuk
tahun ini agak sepi ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Kesibukan
bergunjing-gunjing juga hampir tidak ada. Begitu pula ulah
anak-anak remaja yang suka bikin pusing orang tua dan para
hamba hukum, sepanjang tahun ini seakan menyembunyikan
sengatnya. Tak kedengaran lagi mereka yang ugal-ugalan dengan
kendaraan bermotor di jalan raya, atau kelompok kelompok yang
berpesta morphin, serta jenis "kera" (kenakalan remaja) lainnya.
"Sekarang mereka tersalur di meja-meja bilyard" seperti tutur
Letda Pol. Tampilang dari Resmob Komres 1901 Manado, yang
paling getol menanggulangi ulah para remaja di kota Manado waktu
lalu.
Rapat Gelap
Tahun ini Manado memang mengalami kemajuan dalam sodok menyodok.
Di beberapa gedung besar, telah terpancang merk-merk megah
sebagai arena bilyard yang diperlengkapi peralatan mewah dan
pramuria memikat. Lalu siapa yang terpikat dengan bola tusuk
ini? Seperti kata Tampilang tadi anakanak muda. Meski terdapat
juga mereka yang sudah lanjut usia, tapi tidak mengalahkan
jumlah anak-anak muda. Dan mereka yang dibilang anak muda di
sini, tentu dapat difahami kalau bukan mereka yang anak
kampung. Sebab dapat saja dilihat di pelataran tempat parkir
kendaraan di tiap pusat bilyard yang ada di Manado, bahwa
mobil-mobi mewah yang nangkring di situ sejak pagi
sampai jauh malam, adalah punya mereka yang agak tinggian di
masyarakat. Dan jenis mereka yang suka berpesta morphin seperti
di waktu lalu, sekarang nampaknya berganti selera dengan bola
sodok. Apa benar begitu? Inipun di-iakan oleh seorang manager
snack bar di Manado. "Sekarang bar saya sudah sangat kurang
pengunjung, sejak adanya tempat-tempat bilyard" ucapnya dengan
nada keluh. Dan menurut pengusaha bar ini, para langganannya
yang biasa bermukim di sudut-sudut barnya sampai-sampai larut
malam, paling banter sekarang hanya singgah sebentar untuk
seteguk minuman, setelah mereka letih sodok menyodok, lalu pergi
lagi. Sampai kapan daya pikat bola sodok ini mampu merekat
hati kaum muda di Manado, tak tahulah.
Cuma tiba-tiba ada semacam godaan baru yang muncul di sudut lain
kota Manado. Di jalan Liliroyor dekat gedung kesenian yang
sudab jadi bioskop Wenang, ada sebuah gedung yang punya
kesibukan lain sejak Nopember lalu. Di situ orang-orang yang
bermuka serem berhimpun. Semacam Monte Carlo kecillah alias
tempat judi. Entah dari mana datangnya ijin buat pusat penjudian
Yang bernama rolet itu. Sepanjang diketahui penduduk Manado,
masih sangat asing dengan tempat sejenis ini, dan belum tentu
dapat menyambutnya dengan hangat. Meskipun penduduk Manado
bukannya suci dalam soal berjudi, cuma saja kebanyakan kelompok
judi, biasanya diadakan diaun-diam seperti rapat-rapat gelap.
Dan judi di Manado yang bukannya tidak ada, persis sama dengan
kegiatan WTS yang tidak ada lokalisasi. Karenanya dapat difahami
kalau secara resmi masyarakat masih malu-malu menerimanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini