UNTUK tahun anggaran 1975/1976 ini Kabupaten Asahan kejatuhan
dana Inpres cukup besar juga, hampir Rp 600 juta. Tak heran
kalau sejak pertengahan Nopember yang lalu, Bupati H. Abdul
Manan mulai sibuk meresmikan berbagai proyek yang sudah
selesai dibangun dengan biaya Inpres tersebut. Bagi sarana
pendidikan saja Asahan mendapat dana sebesar Rp 340 juta yang
digunakan untuk membangun 75 buah gedung SD dan merehabilitasi
80 buah bangunan SD yang selama ini sudah parah keadaannya.
Sedang bagi sarana kesehatan rakyat kabupaten ini mendapat
bagian ebesar Rp 49 juta di luar biaya obat-obatan Inpres
sebesar Rp 30 juta. Dengan uang tersebut telah dibangun proyek
pompanisasi dan Puskesmas di 2 kecamatan yaitu Medang Deras dan
Buntu Pane yang menghabiskan biaya sebesar Rp 32 juta
seluruhnya.
Masih dalam bidang sarana kesehatan rakyat, telah dibangun pula
1000 buah jamban dan 40 buah sumur pompa tangan yang lokasinya
terserak di seluruh Kabupaten dengan menelan biaya sebesar Rp 19
juta. Dan bagi sarana pertanian rakyat - juga dari dana Inpres
Pemda setempat telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 99 juta.
Dengan perincian Rp 44 juta untuk membangun Pabrik Pengolahan
Udang di desa pantai Perupuk Kecamatan Limapuluh, Rp 25 juta
bagi pembangunan tanggul di 2 Kecamatan yaitu Pulau Raja dan
Air Putih serta Rp 30 juta untuk membangun dam di 3 Kecamatan,
Bandar Pulau, Sei Kepayang dan Air Batu.
Belum lagi biaya membenahi kota Kisaran yang sedang dipersiapkan
sebagai ibukota Kabupaten Asahan itu. Sekitar Rp 82 juta telah
dikeluarkan untuk membangun terminal bis dan pengaspalan
jalan-jalan serta membangun riolering. Konon terminal bis yang
dibangun dengan biaya Rp 36 juta ini merupakan terminal termolek
di seluruh kawasan Sumatera Utara. Namun demikian, menilik
banyaknya proyek yang akan diresmikan bukan tak mungkin Bupati
Manan dalam bulan-bulan terakhir ini akan menghabiskan
hari-harinya dalam meresmikan berbagai proyek tersebut. Tapi ini
tak berarti semua beres. Ada beberapa proyek yang akhirnya
terpaksa tertunda atau boleh disebut nyaris terlantar. Di Sei
Kepayang misalnya, 3 buah bangunan gedung SD yang seharusnya
selesai akhir Nopember yang lalu--sesuai dengan kontrak yang
dibuat oleh CV Panca Ganda dengan Pemda Kabupaten Asahan --
sampai sekarang belum sempat dijamah kontraktor tersebut. Begitu
pula rehabilitasi 6 buah gedung SD--juga di Sei Kepayang belum
30% pekerjaannya selesai, Pemborong CV Harapan Tanjung Balai
telah kabur. Kebetulan baik CV Panca Ganda maupun CV Harapan
dipimpin oleh orang yang sama yaitu Suhaimi Arda. Menurut
sas-sus berbagai pihak, larinya Suhaimi ini karena keliwat
banyak mengeluarkan cek tanpa dana di BRI alias cek kosong.
Bahkan Kepala BRI Tanjung Balai M. Drmawijaya dalam keterangan
nya kepada Pembantu TEMPO Amran Nasution juga mengatakan hal
yang sama "dia lari karena cek kosong", tutur Darmawijaya.
Keadaan ini tentu saja membuat Bupai jengkel. Apalagi dengan
melihat adanya 6 buah bangunan SD di Kecamatan Air Putih yang
tak sesuai dengan bestek yang sudah ditentukan. Tak urung Bupati
segera memerintankan agar membongkar kembali bangunan tersebut.
Demikian pula dengan proyek pompanisasi yang dikerjakan CV Tani
Mulya di Kecamatan Medang Deras, belum sempat proyek tersebut
diserah terimakan kepada Pemda sebagian bangunannya sudan rontok
dilanda air laut yang sedang pasang. Lain lagi dengan proyek
pengerasan jalan sepanjang 6 Km di Kecamatan Bandar Pasir
Mandoge--juga dari biaya Inpres--yang terlantar. Menurut sumber
Kantor Bupati sisa uang yang masih ada di kas hanya tinggal 5%
yang belum diambil pemborongnya. Padahal masih memerlukan biaya
yang besar, karena yang ada di proyek tersebut baru batu-batu
padas tersusun dan belum digiling. Meskipun demikian khusus
tentang terlantarnya beberapa bangunan seholah dasar, Humas
Kabupaten Asahan Irawan Mehta rupanya cukup optimis, "tak ada
yang perlu dikhawatirkan sebelum kalender 75 tutup semua sudah
selesai", katanya kepada Arman Nasution pembantu TeMPO.
Mudah-mudahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini