Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BELAJAR dari Internet, kata polisi, Pepi Fernando merakit puluhan bom. Daya ledak bom ”karya” lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini memang rendah. Tapi, jika dapat diledakkan, bom-bom yang dipasang Pepi dan kelompoknya di sejumlah tempat tak kalah dengan ledakan teror kelompok Jamaah Islamiyah. Sasarannya beragam: dari rombongan Presiden sampai tempat yang mereka duga punya instalasi nuklir.
Target
a. Bom Buku
b. Bom Tabung
Agustus 2010:
Ditanam di Cawang, Jakarta Timur, dengan target konvoi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tapi gagal meledak.
18 Maret 2011:
Bom dalam kemasan termos di Kota Wisata, Cibubur, ditujukan untuk rombongan Presiden Yudhoyono. Gagal karena ketatnya penjagaan. Bom dibuang di pinggir jalan dan meledak ketika diambil polisi.
25 Maret 2011:
Bom di Jalan Raya Puspiptek, Kecamatan Setu, Tangerang, yang disangka kelompok Pepi memiliki instalasi pengembangan tenaga nuklir. Gagal karena ketatnya penjagaan. Bom meledak di selokan.
27 Maret 2011:
Bom dengan tabung gas 3 kilogram di Kanal Banjir Timur, Kali Malang, dibuat untuk uji coba. Menewaskan seorang pemulung bernama Jaka.
c. Bom di Gereja Christ Cathedral, Serpong
- Lima rangkaian bom tabung ditanam di dua titik di dalam gorong-gorong bergaris tengah hampir dua meter: tiga di depan samping kiri dan dua di kanan gereja.
- Beberapa bungkus berisi bongkahan karbit kurang-lebih 100 kilogram digantung dengan tali pada pipa Gas Negara berdiameter 10 inci yang melalui gorong-gorong saluran air.
- Lokasinya tepat di bawah pos pengamanan gerbang masuk gereja.
- Total bahan peledak sekitar 150 kilogram. Disiapkan dan dirangkai dalam dua pekan, selesai dipasang pada 17 April 2011, pukul 03.00. Waktu ledakan disetel pada Jumat pagi, 22 April, secara beruntun sebagai berikut:
a. Pukul 08.50
Detonator peledak kecil dirancang agar memutuskan tali pengikat karbit.
b. Pukul 09.00
Diatur untuk memantik detonator pada dua tas berisi lima tabung rangkaian bom di depan kanan-kiri gereja. Ledakannya diharapkan memicu ledakan lain dari gas karbit yang terlarut air, juga gas di pipa PT Perusahaan Gas Negara.
Dikemas dalam pipa paralon dan buku, bom buatan Pepi memiliki ”sidik jari”:
Potasium nitrat atau potasium perklorat
Bahan tambahan:
Detonator
Detonasi dipicu dengan alarm jam yang disetel dari telepon seluler dengan daya baterai 3,7 volt. Bom tidak dikendalikan dari jarak jauh dengan sinyal telepon seperti umumnya bom buatan kelompok Jamaah Islamiyah.
Mereka yang Dituduh
Ditangkap dan diperiksa: 29 orang
Dilepas: 5 orang (Doni Ramdani, Yuyun Supriatna alias Andre, Osum Sumarna alias Asum, Ahmad Hidayat, dan Opi Yuhendra alias Zipil)
Tersangka: 17 orang
(Pepi Fernando alias M. Romi alias Ahyar, Hendi Suhartono alias Jokaw, Muhammad Maulana Sani alias Alan alias Asaf, Muhammad Fadil alias Fadil)
(Ade Guntur alias Sagod, Fajar Dwi Setyo alias Phecun, Riki Riyanto alias Ibenk, Matun Maulana alias Matun)
(Febri Hermawan alias Awi alias Toge, Mugianto alias Mugi, Darto, Irman Kamaluddin alias Firman alias Abu Azzam, Watono alias Tono alias Anton alias Anton Burger alias Jafar, Juni Kurniawan, Muhammad Syarif alias Syarif alias Aip alias Culix)
- Deni Carmelita alias Umi Najla, istri kedua Pepi Fernando, anggota staf Humas Badan Narkotika Nasional.
- Imam Mochammad Firdaus alias Imam, juru kamera Global TV yang dijanjikan liputan eksklusif.
Ditangkap 27 April (status belum jelas): 6 orang di Aceh dan seorang di Bogor.
Catatan
Sumber: Polri dan wawancara | Naskah: Y. Tomi Aryanto | Foto-foto: ANTARA | dok. tempo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo