Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ke Mana Pepi Berkiblat

Sempat diduga sebagai sel longgar yang mandiri, simpul kelompok Pepi dan jaringan lama mulai terkuak. Bersinggungan dengan NII.

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI mantan petinggi Negara Islam Indonesia, Imam Supriyanto tak pernah melupakan seniornya, Abdul Rosyid alias Abdul Kholis. Dua tahun lalu, ke rumah Kholis di Ciputat, Tangerang Selatan, Imam bersilaturahmi. ”Dia dulu pembina saya,” kata Imam di Jakarta, Rabu pekan lalu. Ketika itu Imam sudah dua tahun keluar dari organisasi. Selama dua tahun pula Imam tak pernah bertemu dengan lelaki sepuh itu.

Abu Kholis memimpin NII wilayah Sumatera, di bawah pimpinan Tahmid Rahmat Basuki, anak Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pemimpin tertinggi Negara Islam Indonesia. Adapun Imam selama 20 tahun bergabung dalam organisasi itu dan pernah menjabat Menteri Penguatan Produksi. Pada 2007, ia memutuskan meninggalkan organisasi yang bercita-cita mendirikan negara Islam tersebut.

Setelah ngobrol ke sana-kemari, Abu Kholis mulai menyinggung soal NII. ”Kalau mau aktif lagi, ikut saja sama Pepi,” katanya kepada Imam, seraya menunjuk pemuda yang ikut duduk di ruangan. Menurut Kholis, Pepi mengkoordinasi NII wilayah Bekasi. Jabatan persisnya Ketua Dewan Perwakilan Ranting NII Non-Teritorial Wilayah Bekasi.

Imam tak tertarik. Percakapan akhirnya hanya seputar pupuk organik. ”Pepi ingin ikut mendistribusikan pupuk buatan saya,” ujarnya. Sejak keluar dari NII, Imam memang menekuni bisnis pertanian. Pekan lalu, ketika polisi mengumumkan Pepi Fernando sebagai tersangka pemasangan bom di Gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Imam memastikan: Pepi-lah yang ditemuinya di rumah Abdul Kholis.

Cerita Imam membuka sedikit tabir yang menutup kaitan kelompok Pepi dengan jaringan lain. Dianggap tak memiliki hubungan dengan jaringan terorisme sebelumnya, Pepi sempat dianggap sebagai pemain baru. Ia berbeda dengan Muhammad Syarif, pelaku bom bunuh diri di masjid markas Kepolisian Resor Kota Cirebon, 15 April lalu.

”Kalau jaringan Muhammad Syarif di Cirebon itu jelas kaitannya dengan kelompok lama,” kata seorang perwira polisi yang menyidik kasus ini. Ia menunjuk pada jaringan Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Adapun Pepi menentukan target serta membiayai dan melaksanakan sendiri aksinya.

Alumnus Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini tidak memiliki riwayat radikal. Teman-temannya di kampus mengenal dia sebagai mahasiswa yang tidak aktif dalam kegiatan kampus. Kepada polisi, Pepi menyebutkan seorang tokoh yang menghubungkannya dengan Abu Kholis, sebut saja namanya Wahyu.

Wahyu adalah pemimpin NII non-teritorial yang banyak bergerak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Wahyu pulalah yang ”membimbing” Pepi di organisasi itu sejak 2008 hingga kemudian ia diangkat menjadi koordinator di wilayah Bekasi pada tahun berikutnya. Pada kurun itu, Pepi semakin intensif mengaji dan bersilaturahmi di rumah Abu Kholis. Dari sana pula ia mulai mempelajari buku-buku yang mengajarkan jihad. Beberapa di antaranya Masterplan Al-Qaeda 2020, Kontra Intelijen Amerika, 12 Jilid Tarbiyah Jihadiyah karangan Syekh Abdullah Azam, dan Tiga Arsitek Jihad.

Seiring dengan banyaknya pemahaman baru soal jihad itu, Pepi membangun jaringannya sendiri. Kelompok intinya adalah kawan-kawannya semasa di UIN, seperti Hendi Suhartono alias Jokaw, Muhammad Maulana Sani alias Alan alias Asaf, serta Muhammad Fadil.

Di tengah kesibukannya di ”dunia dakwah”, Pepi memikat hati Deni Carmelita, seorang reporter tayangan hiburan yang ia kenal sejak 2007. Meski tak mendapat restu dari orang tua Carmelita, Pepi nekat menikahi gadis yang kemudian diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Badan Narkotika Nasional pada 2008 itu. Pernikahan berlangsung di rumah Hendi alias Jokaw di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Di tempat ini pula ia merakit bom-bomnya. Kini Carmelita hamil tujuh bulan dan telah memberi Pepi dua momongan berusia tiga dan satu setengah tahun.

Pernikahannya dengan Carmelita merupakan pernikahan kedua bagi Pepi. Fitnawati Setianingrahayu, istri pertamanya, ia nikahi pada 2003. Keduanya berpisah delapan bulan kemudian meski tak pernah bercerai secara resmi.

Y. Tomi Aryanto, Anton Septian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus