Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lonjakan jumlah pasien Covid-19 semakin menjadi sejak Lebaran lalu.
Rumah sakit rujukan di Surabaya hanya memiliki 403 unit tempat tidur isolasi. Saat ini, ada 2.216 pasien positif corona dan 2.730 pasien dalam pengawasan.
Puncak pandemi di Surabaya Raya diprediksi terjadi pada akhir pekan ini, dengan akumulasi kasus positif Covid bisa tembus 6.000 orang.
JAKARTA – Sejak awal Mei lalu, penambahan pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur, tak kunjung surut. Wakil Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Surabaya, Arief Bakhtiar, melaporkan bahwa lonjakan jumlah pasien semakin menjadi pada Lebaran lalu.
Arief bercerita, hingga kemarin, pasien terinfeksi virus corona memadati ruang instalasi gawat darurat berbagai rumah sakit lantaran ruang isolasi penuh. Kondisi serupa terjadi di rumah sakit tempat Arief bertugas, yakni Rumah Sakit Dr. Soetomo dan Royal Surabaya.
Penumpukan pasien, menurut Arief, jelas menambah beban tenaga medis. Meski demikian, petugas kesehatan tetap bekerja sekuat tenaga untuk merawat pasien. "Bagaimanapun, kami tenaga medis. Tugas kami adalah membantu orang-orang tersebut," ujar dia kepada Tempo, kemarin.
Tugas tenaga medis di Surabaya kian berat, menurut Arief, karena sejumlah koleganya juga terjangkit Covid-19. Sebagian tenaga medis yang terjangkit virus tapi kondisi kesehatannya cukup baik masih bisa melakukan isolasi mandiri.
Membeludaknya jumlah pasien positif corona sudah diketahui Pemerintah Provinsi sejak awal Mei lalu. Masalahnya, menurut Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi, rumah sakit rujukan di Surabaya hanya memiliki tempat tidur isolasi sebanyak 403 unit. Padahal di Surabaya saat ini ada 2.216 pasien positif corona dan 2.730 pasien dalam pengawasan (PDP).
Sementara itu, di Sidoarjo, jumlah ranjang hanya 62 unit. Kondisi paling parah terjadi di Gresik, yang hanya memiliki 24 tempat tidur. Padahal rumah sakit kerap menangani ratusan pasien. Berdasarkan data terakhir, ada 153 pasien positif Covid-19 dan 221 pasien dalam pengawasan di Gresik. "Rumah sakit di Jawa Timur kelebihan pasien," Joni mengungkapkan.
Kemampuan daerah dalam menangani pasien kian rendah setelah Rumah Sakit Universitas Airlangga menghentikan penerimaan pasien corona sejak Selasa lalu. Pasalnya, menurut pihak Universitas, rumah sakit sudah penuh. Kasus serupa terjadi di Rumah Sakit Dr. Soetomo, dengan pasien yang menumpuk hingga di ruang gawat darurat.
Ketua tim surveilans Covid-19 Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan penumpukan pasien terjadi karena, sejak akhir Maret lalu, pemerintah Surabaya merawat semua pasien positif, pasien dalam pengawasan, berikut orang dalam pemantauan, di rumah sakit. Padahal, berdasarkan kajian Gugus Tugas Covid-19, hanya 20 persen pasien yang butuh penanganan intensif.
Beban berlebih rumah sakit ini berisiko meningkatkan angka kematian. Saat ini, jumlah pasien Covid-19 di Jawa Timur yang meninggal mencapai 320 orang atau sekitar 7,7 persen dari total jumlah kasus 4.142 orang. Angka tersebut lebih tinggi dibanding rasio kematian rata-rata nasional sebesar 6,2 persen.
Berdasarkan perhitungan Windhu per 22 Mei lalu, puncak pandemi di Surabaya Raya bisa meningkat hingga 6.000 kasus kumulatif pada akhir pekan ini. Prediksi tersebut dapat berubah menjadi lebih banyak karena pergerakan warga sangat tinggi saat Idul Fitri. Dia memperkirakan tenaga medis bakal kewalahan karena jumlah tempat tidur isolasi di semua rumah sakit rujukan hanya 1.800 unit.
Penumpukan pasien juga meningkatkan risiko tenaga medis terpapar virus. Windhu mengatakan saat ini sudah puluhan tenaga medis yang berstatus positif Covid-19. "Di Rumah Sakit Unair saja sudah lima tenaga medis yang positif," ujar dia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengemukakan bahwa pemerintah daerah terus menambah alat kesehatan dan rumah sakit rujukan. Dia memprediksi jumlah kasus positif terus bertambah setelah pemerintah provinsi mendapat tambahan delapan unit mesin tes polymerase chain reaction (PCR) yang berkapasitas 1.600 tes per hari. "Pasti akan langsung meningkat. Makanya kami harus siap dengan layanan pasien," ujar Khofifah, kemarin.
Sebelumnya, Khofifah menerangkan bahwa pemerintah Jawa Timur telah menambah jumlah tempat tidur di ruang isolasi dari 1.613 menjadi 3.276 unit di 99 rumah sakit. Rinciannya, 950 unit tempat tidur di ruang observasi, 551 unit di pengembangan ruang isolasi tekanan negatif, 950 unit di ruang isolasi tanpa tekanan negatif, 693 unit di ruang isolasi tekanan negatif tanpa ventilator, dan 132 unit di ruang isolasi tekanan negatif dengan ventilator.
Ranjang pasien juga tersedia sebanyak 100 unit di Gedung Humaniora Surabaya, yang menjadi rumah sakit darurat. Sisanya, sebanyak 500 unit, terdapat di tiga tenda rumah sakit darurat.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | ABDI PURNOMO (MALANG)
Invasi Virus ke Area Kampus
Surat pemberitahuan bernomor 13-11/UN3.9.1/TU/2020 itu beredar di media sosial. Isinya menyatakan, per 26 Mei, Rumah Sakit Universitas Airlangga menghentikan penerimaan pasien Covid-19. Surat itu menyebutkan dua alasan penghentian: ruang perawatan penuh dan tenaga kesehatan berkurang.
Surat yang ditandatangani oleh pelaksana tugas Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga, Hamzah, itu menerangkan bahwa rumah sakit tetap membuka instalasi gawat darurat (IGD) untuk melayani pasien yang terancam jiwanya. Itu pun dengan penerapan protokol yang ketat. Sedangkan instalasi rawat inap untuk sementara waktu difokuskan bagi pasien yang sedang menjalani perawatan.
Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih membenarkan adanya maklumat tersebut. Dia menerangkan bahwa rumah sakit kampus sudah tidak menerima pasien positif Covid-19 sejak 26 Mei lalu. Musababnya, semua kamar untuk pasien Covid-19 sudah penuh. “Karena (pasien lain) yang dirawat di IGD masih banyak dan mereka belum mendapat kamar,” ucap Nasih kepada Tempo, kemarin.
Menurut Nasih, pengelola Rumah Sakit Universitas Airlangga juga khawatir tak bisa menangani pasien umum dengan baik karena semua tenaga medis berkonsentrasi menangani pasien Covid-19. Penghentian penerimaan pasien Covid-19 juga untuk menjaga agar tenaga kesehatan tidak kelelahan.
Ketua tim surveilans Covid-19 Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengemukakan bahwa pengetatan pelayanan juga disebabkan oleh adanya lima orang tenaga medis yang positif terjangkit virus corona. Selain itu, empat tenaga laboratorium Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga berstatus positif. Akibatnya, laboratorium membatasi penerimaan sampel hanya dari rumah sakit kampus. "Karena angka kasus begitu tinggi, kami yang di hilir terkena imbasnya," ujar Windhu.
KUKUH S. WIBOWO (SURABAYA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo