Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Demokrasi 'Cyber'

Noudhy Valdryno, digital strategist tim kampanye Prabowo Subianto-Hatta Rajasa

15 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA 2014, Indonesia melaksanakan pesta demokrasi paling menarik dalam sejarah. Pertarungan sengit antara pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla membuat bangsa ini bergemuruh. Tim kedua pasangan melakukan berbagai cara untuk merebut hati rakyat, yakni melalui media tradisional, seperti televisi, koran, dan radio, ditambah media baru yang sangat menarik: social media. Pertarungan di media sosial ternyata menjadi tolok ukur elektabilitas pasangan tersebut di dunia nyata. Banyak survei membuktikan bahwa media sosial dapat dijadikan patokan sepak terjang kampanye kedua pasangan di lapangan.

Sebagai digital strategist tim kampanye Prabowo-Hatta, saya ingin memberi penilaian obyektif terhadap tim digital—atau biasa disebut tim cyber—Jokowi-JK yang dinamai Jasmev dan dipimpin Kartika Djoemadi. Bagi saya, kekuatan terbesar yang dimiliki tim cyber Jokowi-JK adalah kekuatan sporadis yang dapat mereka galang.

Selain menggaet banyak warga Ibu Kota yang tanggap Internet dan trendsetter, mereka bisa meraih dukungan dari tokoh asing, seperti Jason Mraz dan Arkarna. Di luar itu, mereka beruntung karena mempunyai aset lama yang sangat berharga, yaitu baju kotak-kotak yang dipakai Jokowi. Hal itu memudahkan publik kembali mengingat kampanye Jokowi-Ahok pada 2012.

Kekuatan Jasmev juga terletak pada training yang mereka adakan secara berkala. Training ini memudahkan pasukan Jasmev menangkal isu negatif dan mendorong isu positif yang diarahkan kepada Jokowi-JK. Singkatnya, pasukan mereka terlatih. Pasukan ini memiliki kemampuan membanjiri Twitter atau Facebook dengan konten yang terarah dan positif. Ini adalah faktor pembeda yang sangat krusial. Tim Prabowo-Hatta lebih banyak bertumpu pada tim resmi yang memiliki anggota terbatas, sedangkan tim Jasmev sudah banyak melatih anggota pasukan yang tersebar di Indonesia.

Sosok Kartika Djoemadi, yang biasa disapa Mbak Dee, juga berperan besar. Mbak Dee selalu berhasil mempererat koordinasi antarpengurus Jasmev. Ini berdampak pada pengerahan massa, yakni Jasmev berhasil mengkonversi massa digital yang mereka punya menjadi massa riil. Kita bisa melihat, setiap kali ada acara publik untuk Jokowi-JK, perwakilan massa Jasmev selalu hadir dengan jumlah yang tak sedikit.

Tentu, di balik kelebihannya, Jasmev punya kekurangan. Menurut saya, kekurangan terbesarnya adalah tidak adanya kontrol isu yang mereka lakukan. Hal itu disebabkan oleh gerakan sporadis yang mereka anut. Sementara itu, tim Prabowo-Hatta sadar bahwa ada banyak isu negatif yang beredar sehingga kami terus melakukan sweeping untuk memastikan konten positif lebih diminati daripada konten negatif atau kampanye hitam. Hal seperti ini hanya bisa dilakukan jika gerakan cyber memiliki pengawasan yang dilakukan tim resmi pasangan tertentu.

Itulah pengalaman saya selama berkampanye pada 2014. Pemilihan presiden tahun ini akan menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Saya teringat malam debat presiden edisi ketiga, saat Bapak Prabowo berhadapan dengan Bapak Jokowi satu lawan satu. Saat itulah saya menyadari bahwa pertarungan cyber yang terjadi di media sosial sangat ketat dan ada begitu banyak masyarakat Indonesia yang akhirnya peduli terhadap masa depan bangsanya.

Ada begitu banyak kelebihan dan kelemahan tim Jasmev pada malam tersebut. Namun, pada titik itu, saya menyadari bahwa tahun 2014 bukan tentang Prabowo versus Jokowi atau tim Prabowo-Hatta versus Jasmev, melainkan tentang perjuangan bangsa ini menjadi negara yang lebih baik.

Saya pribadi salut terhadap kerja sama yang digalang Jasmev, kekuatan yang nyata dan berperan sangat penting dalam kampanye Jokowi-JK. Semoga Jasmev bisa menjadi contoh dan pionir dalam menggalang kampanye positif dan kreatif di Indonesia. Tentu kami juga akan terus berbenah dan memperkuat barisan untuk menyongsong kampanye-kampanye mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus