Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Politik Dunia Maya

MEREKA bergerak secara virtual, menggelindingkan kepedulian publik, mengawal politik yang menerbitkan harapan. Memandang dunia tanpa sekat-sekat negara, mereka mendekatkan diri kepada Indonesia, tanah airnya, lewat dunia maya: anasir baru demokrasi kita.

15 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jalan Ilahi Pandawa Lima
Tinggal terpisah di pelbagai negara, mereka mendirikan kawalpemilu.org karena cemas data pemilihan presiden direkayasa. Tak memihak salah satu calon.


Ketinggalan pesawat menuju California dari Singapura menjadi "blessing in disguise" bagi Felix Halim. Pemuda 30 tahun yang bekerja di Google California ini mampir ke Singapura setelah menjadi juri lomba pemrograman komputer di Moskow pada 9 Juli 2014. Lantaran keasyikan membuat web kawalpemilu.org, situs partikelir yang menjadi rujukan hasil Pemilihan Presiden 2014, dia lupa mengecek tiketnya ke California. Seharusnya ia harus terbang balik untuk kembali di kantor pusat Google di California, Amerika Serikat.

Ia mengira pesawat take-off pukul 2 siang. Nyatanya jadwal pesawat pukul 2 pagi. Sampai lewat pukul 2 pagi, ia masih berkutat menyelesaikan kode-kode web hingga mudah diklik dan ringan. "Biaya keterlambatan itu US$ 300, lebih mahal dari biaya beli web," katanya terbahak.

Singapura bukan tempat yang asing bagi Felix. Alumnus Bina Nusantara ini lulus doktoral dari National University of Singapore pada 2012. Ia juga mengantongi izin tinggal tetap di Singapura. Tatkala mendarat di Singapura itu, ia dikontak Ainun Najib, sahabat lamanya. Ainun adalah lulusan Nanyang Technological University yang kini bekerja di Singapura. Ainun mengontaknya lewat Facebook mengajak berdikusi tentang hasil pemilihan presiden. Felix telah lama mengenal Ainun. Keduanya pernah menjadi finalis lomba pemrograman komputer di Tokyo pada 2007

Dalam percakapan itu, Ainun menggamit Andrian Kurniadi, yang juga bersama mereka ikut lomba pemrograman Tokyo 2007. Sekarang Andrian bekerja di Google Sydney, Australia. Andrian adalah alumnus Universitas Bina Nusantara pada 2008, dua tahun di bawah Felix. "Ainun mengajak membuat situs yang menampilkan hasil pemilihan presiden yang valid," kata Felix pada Sabtu tiga pekan lalu di apartemen Ainun di Singapura.

Beberapa jam setelah tempat pemungutan suara ditutup, lembaga-lembaga survei merilis hasil pemilihan lewat metode hitung cepat. Sebagian besar lembaga survei memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sebagian kecil yang lain Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang disiarkan TV One, televisi milik Ketua Golkar Aburizal Bakrie, yang mendukung Prabowo. Publik kian terbelah ketika Partai Keadilan Sejahtera merilis bahwa Prabowo, calon yang mereka usung, unggul 5 persen.

Ide membuat Kawal Pemilu awalnya datang dari Ruly, konsultan teknologi informasi di perusahaan multinasional di Singapura. Saat pemilihan presiden, ia sudah kembali ke Jakarta. Laki-laki kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, pada 1972 ini cemas terhadap suhu politik akibat saling klaim pendukung kedua kubu. "We have to do something, Nun," katanya kepada Ainun, yang bekerja di perusahaan pesaingnya di Singapura.

Ainun yang sedang flu berat awalnya menolak, tapi pengumuman PKS mengusiknya. "Mengapa data mereka bisa berbeda?" katanya. Ia pun membeli kawalpemilu.org seharga US$ 12. Namanya diambil dari web yang sudah ada tapi rontok diretas pendukung salah satu calon presiden, kawalsuara.com. Setelah domain situs di tangannya, konsultan teknologi informasi kelahiran Gresik, Jawa Timur, 29 tahun lalu itu mengontak Felix.

Felix menerima ajakan itu. Apalagi, kata Andrian, Komisi Pemilihan Umum membuka data perolehan di bilik suara plus formulir rekapitulasi C1. "Kami juga penasaran siapa sebenarnya yang menang dalam pemilihan," ujar Felix. Di gudang rumah Stephen Halim, kakak Felix yang mengajar di National University of Singapore, keduanya mulai membangun web Kawal Pemilu.

Untuk menampung data besar rekapitulasi suara dan foto formulir C1 dibutuhkan web dalam yang tertutup agar tak dibobol peretas dan mendaftarkannya di Google. Ainun mengajak empat temannya di Facebook yang bermukim di Singapura mengunggah perolehan suara TPS di web KPU yang sudah masuk 30 persen. Waktu itu baru Gorontalo yang datanya masuk 100 persen.

Karena di-input satu per satu secara manual, data 2.000 TPS itu baru kelar dua hari. Ia menghitung setidaknya perlu relawan seribu orang jika ingin mengunggah data 477.291 bilik suara. Untungnya, Felix selesai membangun web itu dalam semalam. "Gila ini. Programmer hebat saja butuh berbulan-bulan mengerjakannya," kata Ainun.

Setelah tampilan luar yang sederhana dan ruangan-ruangan dalam web terbangun, para relawan lebih mudah mengunggah data. Satu TPS hanya perlu lima detik. Dan Ainun kebanjiran pendaftaran relawan dari segala penjuru. Dalam tiga hari, ia diserbu 400 akun. Ainun menerimanya dengan mengecek status Facebook mereka. Relawan yang menjadi pendukung buta salah satu calon presiden ia tolak.

Ainun tak mementingkan preferensi politik relawan. "Yang penting dia tak merusak suara karena dukungan butanya," katanya. Dengan relawan yang banyak dan situs yang mudah diklik, data KPU seluruhnya bisa diunggah dalam tiga hari. Kawal Pemilu pun segera populer dan menjadi rujukan bagi yang ingin melihat hasil pemilihan presiden dari waktu ke waktu. Ainun tak meminta relawan mengunggah C1 langsung dari bilik suara karena ingin mempertahankan validitas data jika mengambil dari KPU.

Seiring dengan popularitas web itu, kritik menderas kepada para pengelola Kawal Pemilu. Ainun pasang badan sebagai juru bicara. Ia menyembunyikan Andrian dan Felix. Apalagi ketika itu ada seorang anggota tim sukses salah satu calon presiden meminta bertemu. Ainun menolak dengan alasan pengelola Kawal Pemilu tak berpihak kepada calon mana pun.

Kritik terutama pada C1 yang keliru akibat relawan meng-input formulir yang belum final atau tertukar dengan TPS lain. Karena itu, Felix menambahkan kotak "Koreksi C1" sehingga relawan saling memperbarui data yang final dan benar. Pada awal berdiri, setidaknya ada 4.000 kesalahan yang terdeteksi. Berbeda dengan PKS, Kawal Pemilu mencatat Jokowi sebagai pemenang pemilihan.

Tak hanya kritik, serangan terhadap Kawal Pemilu menderas dari para peretas. Ainun mencatat serangan paling masif terjadi pada 18 Juli 2014, hampir 40 gigabita per menit. Andrian Kurniadi lalu mengontak dua temannya yang jago menangkal serangan hacker: Ilham Kurnia, programmer di Jerman, dan Fajran Rusadi, yang bermukim di Amsterdam.

Serangan-serangan akhirnya mereda sendiri dan kawalpemilu.org tetap bisa diakses publik. Menurut Felix, server Kawal Pemilu tak bisa ditembus karena tersimpan di Google. Jika ingin menghancurkan Kawal Pemilu, kata dia, para peretas mesti menghajar server Google lebih dulu. "Semua server Indonesia digabung jadi satu pun masih lebih kecil dibanding server Google," katanya.

Para relawan kian bertambah seiring dengan popularitas akurasi data Kawal Pemilu. Ainun menyetopnya ketika jumlahnya 700 orang. Mereka melaporkan data suara dari TPS di pelosok, mengoreksinya, hingga kelar pada 22 Juli, hari pengumuman oleh KPU. Seperti data Kawal, KPU mengumumkan bahwa Jokowi-Kalla menjadi pemenang dengan 70,99 juta suara atau 53,5 persen, unggul 8,4 juta suara atas Prabowo.

Hingga kini hanya Felix dan Andrian yang bersedia dipublikasikan tempat kerjanya. Felix melapor ke kantornya ia yang membuat kawalpemilu.org. Google malah mempublikasikannya di blog mereka bahwa salah satu programmer-nya menjadi pendiri web yang menjadi rujukan pemilihan umum di Indonesia.

Adapun Ruly dan Ainun meminta nama perusahaan mereka tetap dirahasiakan. "Kami ini Pandawa Lima yang dipertemukan jalan Ilahi," kata Ainun, yang berjanggut dan selalu berpeci sebagai bentuk protesnya kepada PKS, partai yang mengampu asas Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus