KINI demonstrasi mahasiswa tak cuma bisa dilihat dan didengar, tapi juga dicium. Hanya, yang bisa dicium justru bau tak sedap. Ini terjadi pada unjuk rasa di depan perhelatan Sidang Tahunan MPR di Senayan, Jakarta, pekan lalu.
Karena bosan dengan aksi membaca puisi atau orasi, para mahasiswa membuat kreasi baru. Mereka mendatangkan kotoran yang diambil dari kandang sapi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). "Ini merupakan hasil kesepakatan rapat sebelum demonstrasi," kata Atang Trisnanto, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa IPB. Selain itu, mereka membawa tikus yang mereka pinjam dari laboratorium.
Mengumpulkannya memang soal gampang. Yang paling berat justru membawanya ke Jakarta. "Tersiksa banget. Kami harus menikmati aroma tahi sapi sepanjang perjalanan Bogor-Jakarta," kata Atang sembari tertawa terbahak-bahak.
Telanjur bau, ya sudah, jalan terus. Tahi sapi itu lalu mereka sebarkan di sepanjang jalan antara Gedung MPR dan Hotel Mulia, tempat anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang wangi-wangi itu menginap.
Tikus-tikusnya? Tak sempat beraksi. Soalnya, sebelum tikus dilepas, para anggota Majelis sudah keburu masuk ke gedung. "Mungkin bisa dipakai untuk aksi mendatang," ujar seorang demonstran yang menjinjing sekeranjang tikus. Hewan pengerat ini, menurut dia, cocok sebagai simbol para wakil rakyat kita sekarang yang suka menggerogoti apa saja.
Lain halnya kotoran sapi. Ini menggambarkan kondisi politik saat ini yang penuh dengan kebusukan. Para anggota Majelis yang terhormat pun punya andil besar menciptakan situasi yang tak sedap ini. Tapi mungkin mereka tidak mampu lagi menciumnya. "Itulah sebabnya saya bawakan oleh-oleh spesial," kata Atang sambil tersenyum puas.
Agung Rulianto, Dewi Retno, Imron Rosyid (Solo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini