Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lampu kuning itu dinyalakan beberapa lembaga survei independen. Begini kata mereka: pada tahun ketiga pemerintahan Presiden Yudhoyono, publik mulai tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Bagi SBY, tidak ada cara lain kecuali bergegas membenahi kekurangan jika dia masih ingin berlaga pada pemilu 2009.
Sejumlah lawan politiknya "menghadiahkan" dia beragam cap (name calling). Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, misalnya. Dalam pidato peringatan ulang tahun partai itu ke-34 di Bali, Januari 2007, Mega mengatakan Yudhoyono lebih banyak tebar pesona ketimbang bekerja.
SBY segera menampik: "Saya berkeliling ke daerah, berdialog dengan rakyat, memberi contoh mengatasi masalah," ujarnya, Maret lalu. "Meskipun sebagian mengatakan tebar pesona, ya inilah seninya berpolitik," dia menambahkan. Menurut Yudhoyono, berada hanya di belakang meja justru membuat dia jauh dari rakyat. Si "Peragu" adalah gelar lain yang melekat pada SBY. Cap ini, antara lain, dilemparkan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid pada Mei lalu tatkala SBY terlihat maju-mundur untuk merombak kabinet.
Kedua citra Yudhoyono itu ternyata tidak muncul dalam survei terbaru LSI. Mereka menolak "cap-cap" SBY. Baik penebar pesona, peragu, mementingkan diri, hingga koruptor.
Hanya, dari survei itu, ada sedikit variasi muncul manakala jawaban responden dipilah menurut etnis dan wilayah. Orang Bugis, misalnya, cenderung percaya Yudhoyono gemar tebar pesona. Masyarakat Minang amat yakin Yudhoyono tak seburuk itu. Para responden Madura lebih banyak abstain. Pada kategori wilayah, responden dari Sulawesi Tengah yang memberi ponten jelek kepada SBY. Tak jelas mengapa warga provinsi itu begitu alergi kepada Yudhoyono. Ada kemungkinan penilaian jelek itu terjadi karena warga Sulawesi Tengah yang banyak dilanda konflik horizontal seperti konflik Poso menilai SBY adalah representasi pemerintah pusat yang bikin repot. Soalnya, oleh responden Sulawesi Tengah penilai buruk juga diberikan kepada Jusuf Kalla meski secara etnik mereka dekat dengan wakil presiden itu.
Menurut pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali, berbagai cap terhadap Yudhoyono ini hanyalah "bunga-bunga" kampanye menyerang (attacking campaign) lawan-lawan politik SBY menjelang 2009. "Nggak ada nilainya," ujarnya.
Kampanye menyerang, kata Effendy, baru efektif jika lawan politik mengusung isu penting yang membedakan mereka dengan yang lain. "Jadi, misalnya, akan lebih efektif jika Megawati muncul dengan program dan janji akan mengadakan social security net bagi warga tak mampu."
Apa Kata Indonesia
Yudhoyono hanya melakukan tebar pesonaSetuju22%Tidak setuju68%Abstain10%
Yudhoyono hanya mementingkan diri dan kelompoknyaSetuju16%Tidak setuju73%Abstain11%
Yudhoyono peragu dalam mengambil keputusan
Setuju26%Tidak setuju62%Abstain12%
Yudhoyono melakukan korupsiSetuju5%Tidak setuju71%Abstain24%
Sang Penggugat Susilo
Sulawesi Tengah adalah satu-satunya provinsi yang terang-terangan menggugat SBY. Berikut data-datanya:
Setuju Yudhoyono hanya melakukan tebar pesona.70%Setuju Yudhoyono hanya mementingkan diri dan kelompoknya. 65%Setuju Yudhoyono peragu dalam mengambil keputusan 77%
Antara Bugis dan Minang (%)
Yudhoyono hanya melakukan tebar pesona | |||
  | Tak setuju | Setuju | Abstain |
Jawa | 68,2 | 24,6 | 7,2 |
Madura | 26,9 | 22,5 | 50,7 |
Bugis | 41,1 | 52,4 | 6,5 |
Minang | 87,6 | 8,7 | 3,8 |
Yudhoyono hanya mementingkan diri dan kelompoknya | |||
  | Tak setuju | Setuju | Abstain |
Jawa | 74,6 | 16,5 | 8,9 |
Madura | 28,3 | 19,7 | 52,1 |
Bugis | 46,0 | 49,2 | 4,9 |
Minang | 90,1 | 7,4 | 2,5 |
Yudhoyono peragu dalam mengambil keputusan | |||
  | Tak setuju | Setuju | Abstain |
Jawa | 59,9 | 30,3 | 9,8 |
Madura | 29,7 | 14,0 | 56,3 |
Bugis | 44,4 | 50,8 | 4,9 |
Minang | 87,6 | 9,9 | 2,5 |
Yudhoyono melakukan korupsi | |||
  | Tak setuju | Setuju | Abstain |
Jawa | 68,6 | 8,3 | 23,1 |
Madura | 35,2 | 4,2 | 60,5 |
Bugis | 88,7 | 0 | 11,3 |
Minang | 84,4 | 0 | 15,6 |
Jalan Panjang Reshuffle
Akhir 2006. Ada tuntutan Presiden mengganti beberapa menteri yang dianggap tak mampu.
Maret 2007. Kasus transfer uang Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto dari BNP Paribas, London, melalui rekening Departemen Hukum dan HAM terkuak. Presiden diminta menonaktifkan dua orang menteri yang diduga terlibat.
April 2007. Desakan Presiden mengganti menterinya yang bermasalah makin menguat. Yudhoyono tak berkomentar. Justru Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memastikan bakal ada reshuffle.
20 April 2007. Presiden Yudhoyono akhirnya menjanjikan adanya reshuffle kabinet. "Akan saya umumkan kurang lebih dua minggu dari sekarang," kata Presiden.
7 Mei 2007. Presiden mengumumkan perombakan kabinet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo