Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 20 orang korban lumpur panas Lapindo menumpahkan unek-unek tentang ganti rugi yang tak kunjung cair, Juni lalu. Esok harinya, Presiden melakukan kunjungan mendadak dan kemudian berkantor tiga hari di Sidoarjo, daerah yang terkena semburan lumpur itu di Jawa Timur. Seminggu kemudian, pembayaran pun dilakukan.
Sketsa kecil yang menunjukkan sikap simpatik SBY itu ternyata cukup membetot hati rakyat. Terbukti, kendati kinerja pemerintahannya dinilai merosot, popularitas pribadinya jauh mengungguli tokoh nasional lain yang dinilai potensial menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum 2009 mendatang. Paling tidak begitulah hasil survei kepemimpinan nasional yang digelar Lembaga Survei Demokrasi dan Pembangunan, Indo Barometer, Lingkaran Survei Indonesia, dan Lembaga Survei Indonesia.
Secara khusus, Lembaga Survei Indonesia menunjuk urutan kriteria pemimpin yang diidamkan rakyat: bisa dipercaya (jujur), perhatian pada rakyat, mampu mengambil keputusan (tegas), dan pintar. Dari kriteria ini muncul enam nama teratas: SBY, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, Wiranto, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Sutiyoso.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego, tak heran dengan keunggulan SBY. "Bagi rakyat, belum ada yang bisa mengimbangi kinerjanya," katanya. SBY dinilai cerdik menarik simpati, antara lain dengan membuka jalur khusus pengaduan masyarakat, rajin berkunjung ke daerah bencana, dan cakap berbahasa Inggris.
Analis politik dan perubahan sosial dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Indra J. Piliang, berpendapat senada. "SBY diuntungkan dengan posisinya sebagai presiden, sehingga bebas bermain di ranah citra," ujarnya. Ia menyitir tingginya tingkat publikasi SBY lewat berbagai isu, seperti penculikan anak, penganiayaan wasit Indonesia di Malaysia, bahkan merespons informasi harta mantan presiden Soeharto dengan berkunjung ke Markas PBB di New York, Amerika.
Adapun mantan presiden Megawati Soekarnoputri, menurut Indria Samego, akan menjadi lawan terkuat SBY di pemilu mendatang karena memiliki nilai plus. "Mega mampu mengefektifkan faktor struktural melalui kinerja PDIP," kata Piliang. Sebagai ketua partai, dia berperan besar menentukan kebijakan partai, seperti penolakan atas kenaikan bahan bakar minyak dan impor beras.
Munculnya Sutiyoso cukup menyegarkan, tapi popularitasnya belum mampu menandingi SBY dan Mega. Ketokohannya dinilai masih skala lokal. "Apalagi sosok Sutiyoso kontroversial, salah satu yang dihindari masyarakat kita," kata Samego. Demikian pula sosok Sultan, orang Jawa yang kepemimpinannya belum tentu bisa diterima masyarakat di luar Jawa. Amien Rais yang berasal dari Muhammadiyah memiliki baju berbeda dengan kaum Nahdlatul Ulama (NU). Peluang Wiranto pun dinilai kecil mengingat sejarah mengaitkan Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini bagian dari rezim Soeharto.
Hasil survei ini tentu saja menuai tanggapan beragam. Ganjar Pranowo, Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, mengatakan pihaknya tak akan mengabaikan sisa dua tahun pemerintahan SBY. "Tak tertutup kemungkinan ada perubahan cara pandang masyarakat terhadap ketokohan SBY," ujarnya. Ke depan, partai berlambang kepala banteng ini akan memilih calon wakil presiden yang bisa mengalahkan pamor SBY. Sebaliknya nada optimistis muncul dari Ketua DPP Partai Demokrat, Joni Ellen. "Masyarakat tidak butuh pemimpin pandai, mereka lebih butuh pemimpin yang jujur," katanya.
Ditilik dari pendidikan dan gelar yang diraih, hanya tiga tokoh nasional-dari 7 nama-yang memiliki gelar bergengsi:
Tokoh reformasi Amien Rais. Setelah meraih gelar PhD di bidang ilmu politik dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, tahun 1981, mantan Ketua PAN dan Ketua Muhammadiyah ini sejak 10 April 1999 menjadi guru besar Fisipol UGM.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Dia tergolong tokoh nasional yang memiliki sederet gelar. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong ini menyandang gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lima gelar doktor kehormatan dari berbagai instansi pendidikan, baik luar maupun dalam negeri.
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1967, dan The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, 1977.
Di luar tiga nama tersebut, mantan Pangdam Jaya Wiranto menyandang gelar sarjana hukum dari Universitas Terbuka. Selebihnya, mantan Gubernur DKI Sutiyoso lulusan Akademi Militer Nasional tahun 1968 dan bekas presiden Megawati Soekarnoputri sempat mengecap pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tapi tak lulus.
Yang Jujur Lebih DipercayaMasyarakat Indonesia punya selera khusus dalam memilih calon pemimpin. Kejujuran seorang pemimpin justru lebih utama daripada kepintaran.
Tipe pemimpin yang diidamkan rakyat:
Mampu mengambil keputusan alias tegas 9%Pintar 5%Bisa dipercaya alias jujur 62%Perhatian pada rakyat 24%
  | Yudhoyono | Megawati | Amien Rais |
Tokoh yang dinilai lebih bisa dipercaya | 30% | 18% | 8% |
Tokoh yang dinilai lebih perhatian pada rakyat | 35% | 23% | 5% |
Tokoh yang dianggap lebih tegas | 34% | 15% | 7% |
Tokoh yang dianggap lebih pintar | 26% | 14% | 15% |
Tokoh yang dinilai mampu mengatasi masalah paling mendesak | 35% | 22% | 6% |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo