SAMPAH yang menggunung di Los Pasar Beras, Parit Besar, Pasar
Seroja dan Los Ikan dalam Pasar Pontianak, seminggu lamanya awal
Januari lalu menyebar bau ke sekitarnya terutama kawasan jalan
Asahan. Tentu saja amat mengganggu hidung penduduk sekitarnya.
Dan tudingan pun terarah ke hidung PU-Pontianak. Kenapa
dibiarkan begitu? "Sejak 1 Januari urusan ini telah dilimpahkan
kepada pihak swasta", kata Tasmin Saeman, Kepala PU Pontianak
kepada pers setempat. Ternyata yang dimaksud Tasmin ialah usaha
orang pribumi lernama Saber Bhakti alias Sapu Bersih Bhakti.
Lantas kenapa itu dinas sampah swasta kerjanya tak sehebat
namanya? "Karena kontraknya kami teken 1 Januari, meskipun
perlengkapan sudah siap semua, toh kami kewalahan juga menghela
sampah di pasar Pontinak, uJar Mawardy Rivai Direktur Bagian
Dalam Saber Bhakti. Dan Mawardy pun berhelah, dengan sudah amat
sibuknya Jumadi Direktur Bagian Operasionil Luar badan usaha
itu, dengan sepeda motornya hur sana hur sini memberikan
petunjuk kepada para karyawannya yang berjumlah 72 orang itu.
Meski begitu toh masih terbentur juga kemacetan akibat truk yang
menghela sampah dari pasar yang jumlahnya semula 4 buah itu pada
pertama kali operasinya kejeblos di tempat timbunan sampah.
"Itulah yang membuat kami betul-betul kaget dan hampir tak
berkutik. Keempat truk itu terus terang ngambek di sana".
Rp 2 Juta
Apapun helah Mawardy, masih mengherankan juga cara kerja itu PT
sampah. Karena usaha swasta itu ternyata sudah lama disiapkan
dan ilhamnya ditimba dari kota yang lumayan jauhnya: Jakarta.
Menurut tutur Mawardy sendiri, sebelum ia benar-benar
melangkahkan usahanya itu, "selama seminggu ia mempelajari
masalah sampah di DKI Jakarta. "Bekal yang saya dapat dalam
waktu singkat itu saya tuangkan dalam perusahaan ini", tutur
Maardy kepada TEMPO.
Mestinya rapi sekali itu persiapan PT sampah. Apalagi selain
truk-truk, gerobak sampah yang bisa keluar masuh lorong juga
bak-bak sampah pun sudah digarapnya. Meski langkah yang terakhir
ini memancing kritik ramai juga. Karena perusahaan itu kelewat
cepat menggaruk uang harga bak-bak @ Rp 1.650 sekaligus. "Coba
kalau itu PT pintar", tukas seorang pedagang di sana, "jangan
dibayar sekaligus. Apalagi kwalitas kayu bak-bak itu kurang
cocok dengan harganya". Tak kurang dari 2000 bak sudah siap. Dan
dengan peralatan seperti itu, sampah diangkut dari bak-bak kecil
ke bak lebih besar di pinggir jalan lalu ke pembuangan sampah.
Anehnya lagi tugas tersebut masih mereka keluhkan sebagai "harus
kerja keras". Ditambah kewajiban membikin "gertak" alias
jembatan yang memakan waktu dan biaya. Itulah semua alasan
mereka kenapa itu sampah sempat menggunung. Tapi untuk tugas itu
menurut Walikota Barir SH, itu PT menerima imbalan sekitar Rp 2
juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini