Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Manfaat apa?

Teknologi baru melanda aceh utara. pabrik-pabrik besar dibangun, dan dibutuhkan banyak tenaga kerja. tapi cari kerjaan sulit, kehidupan menjadi keras, sehingga masyarakat setempat tak merasakan manfaatnya.

28 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEJUTAN-KEJUTAN teknologi baru sudah terlanjur meledak di kawasan Aceh bahagian Utara. Pertamina sedang giat-giatnya merubah wajah pertanian menjadi ladang-ladang gas. Sampai akhirnya menggelitik juga telinga mereka yang menamakan dirinya teknokrat di sana. Mereka pun berkumpul dan saling tarik suara. Maksudnya, "bagaimana membuat rakyat bisa mendapat hidup yang lebih baik di samping industri berat yang sedang berdiri itu", ujar seorang peserta Seminar tentang Pembangunan Wilayah Aceh Utara akhir Januari yang lalu. "Pengalaman sudah banyak", kata mereka itu pula. "Lihat saja apa yang diperoleh oleh rakyat Banten dari Krakatau Steel", tambah mereka lagi. Golongan rakyat ini, sudah disebut antara lain: yang benar-benar langsung terkena proyek LNG serta tergusur ke tempat lain dan mereka yang mencoba mengalihkan modal untuk ikut mendapat pekerjaan di sana. Bagi rakyat bekas pemilik tanah, jangankan datang untuk melihat-lihat tanah pusakamereka. "mendekat saja sudah tidak bisa" ujar seorang penduduk di Lhokseumawe. Areal proyek sudah terpagar. "Lalu apa manfaat proyek ini untuk kami?", tanya mereka pula, "kalau untuk cari kerjaan di sini saja sudah tidak bisa". Sebab memang ada semacam perjanjian antara pihak-pihak yang berwenang agar anak-anak daerah didahulukan untuk diterima bekerja di sini. Tapi toh kericuhan meledak juga. Pada awal Januari tahun ini kantor Bechtel di Lho' Seumawe telah diserbu oleh pelamar-pelamar pekerjaan yang merasa terkatung-katung oleh beberapa petugas perusahaan asing itu. Soalnya para pelamar merasa sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan plus telah membayar sejumlah uang yang diminta oleh petugas Bechtel itu. Sementara itu tenaga kerja dari luar terus saja berdatangan ke kawasan ini. Pada bulan Juli tahun lalu saja Menteri Tenaga Kerja telah mengizinkan Bechtel untuk mengangkut 600 orang tenaga Indonesia dari luar Aceh ke daerah Arun. Di samping itu harian Aceh Post menyebutkan bahwa ada amoy-amoy yang dimasukkan kemari untuk berbagai "tugas rangkap" Suasana kerja yang keras telah pula menimbulkan berbagai kejadian. Aceh Post 19 Januari 76 menurunkan artikel yang menyebutkan bahwa ada 700 orang karyawan dipecat begitu saja. Lalu ada pula kejadian lain, "hukum rimba yang berkuasa di sini", ujar seorang wartawan lokal yang meninjau ke daerah ini. Perkelahian di antara buruh sering terjadi. Terutama yang dikontrak oleh PT Injoko. Polisi setempat telah ditarik perhatiannya dengan adanya ceceran darah di sekitar komplek perusahaan ini. Dan sesosok mayat telah puia ditemukan terapung di laut. "Suasana ini telah menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja", ujar seorang buruh di sana. Dari seminar pembangunan daerah Aceh Utara itu telah pula terungkap berbagai masalah. Antara lain rencana membuka pabrik lain yang menggunakan bahan baku gas alam. Dow Chemical bermaksud untuk menanam modal sekitar $ 1,2 milyar di daerah ini. Survey sudah dilaksanakan dan sekitar Juli 1976 pabrik sudah mulai didirikan. Nico Daryanto, pimpinan Dow untuk Indonesia menyebutkan "6000 tenaga kerja diperlukan untuk masa pembangunan dan pada saat operasi akan menampung 2000 tenaga kerja". Apa yang akan dihasilkan oleh pabrik baru ini? "Bahan untuk membuat plastik", kata Nico, "90% akan diekspor dan yang 10% akan digunakan di Indonesia". Diperkirakan pabrik Petro Kimia dan LNG akan menambah jumlah penduduk sekitar 15.000 orang (buruh plus keluarga). Ngobyek Uang hasil ganti rugi tanah yang sudah beredar di Aceh saja ada sekitar Rp 5,2 milyar. Jumlah ini akan bertambah dengan pembukaan pabrik petro-kimia di sana. Nah sebelum uang itu keburu habis, diusulkan agar beberapa usaha bisa dilaksanakam Buruh dan keluarga pabrik-pabrik itu adalah manusia yang perlu makan dan rninum. Untuk itu berbagai proyek pertanian diusulkan pula. Mulai dari peternakan ayam, hingga produksi buah-buahan. Untung saja sudah sejak lama daerah Aceh Tengah (Takengon) terkenal sebagai sumber buah-buahan dan sayur-mayur untuk daratan Aceh bahkan juga diekspor ke daratan Malaysia serta Singapura. "Nah tinggal menanam modal serta memperbaiki mutunya". "Hingga tuan-tuan di proyek akan bersedia membelinya", ujar seorang pemilik modal yang berminat dalam usaha itu. Selain itu diharapkan agar Universitas Syiah Kuala bisa berkembang dengan baik hingga bisa menghasilkan tenaga yang "bisa bekerja". Cuma sayangya pada akhir-akhir ini pimpinan Universitas terlalu sibuk dengan kerja-kerja non pendidikan. "Ngobyek di luaran", seperti ujar Nurdin AR anggota DPRD-Aceh. Nurdin AR menambahkan lagi: "Pimpinan Universitas terlalu banyak terlibat dalam royek pembangunan, hingga waktunya hanya tersisa sedikit untuk Universitas". "Kalau ngobyek untuk menunjang Universitas kita sih tidak keberatan, tapi buktinya dosen-dosen tetap saja tidak bertambah sejahtera". Sebagai contoh ia sebutkan, "sedangkan binatang yang disuruh meluku punya kandang, masakan dosen-dosen tidak disediakan perumahan".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus