SILANG-sengketa tanah, punya cerita lain lagi di Desa Bence
Kulon, Garum, 9 km dari Kota Blitar, Jawa Timur. Selama 3 bulan
rumah Mbok Surip dipagari orang dengan onak dan duri, gara-gara
si mbok penjual kembang itu dituding ngotot berdiam di tanah
milik Paimin Haji Abu Hanifah. Akibatnya, Mbok Surip serta dua
cucunya harus merunduk-runduk bila keluar masuk rumahnya. Rumah
itu 4 x 6 meter terbuat dari gedek berlantai tanah, sedang tanah
itu sendiri luasnya sekitar 100 m2.
Meski giginya tinggal empat, Mbok Surip belum bungkuk. "Tapi
lebih seratus kali sehari saya harus membungkuk sekarang,"
tuturnya. Usahanya meminta sedikit saja pintu ke luar tak
digubris Paimin. Lurah pun konon kewalahan. Urusannya lalu
digarap Muspika setempat: Camat, Koramil, dan Kepolisian.
Riwayatnya ternyata harus membuka cerita 20 tahun yang silam.
Ketika itu, Mbok Surip hidup serba sulit. Lalu berutang pada
tetangganya, Paimin itu. "Tapi satu sen pun saya merasa tak
mengutangi Mbok Surip," ujar Paimin. Menurut pahamnya, tanah
yang didiami Mbok Surip itu sudah jadi miliknya, setelah dijual
oleh orangtua Mbok Surip. Bukti jual beli itu dibuat di kertas
segel tahun 1960, cuma tanpa tanggal, dan disahkan Carik Sukiman
-- yang kini menjadi kepala desa itu. Namun di tingkat Camat,
urusan jual beli tak beroleh pengesahan.
Paimin, pensiunan sersan mayor, kini 64 tahun -- sudah berkurang
pendengaran dan juga pelupa, waktu itu mengajak Mbok Surip damai
saja. Caranya: Mbok Surip mengembalikan uangnya Rp 100 ribu
(harga belinya Rp 45 ribu). Si mbok setuju, asal bisa dicicil.
Maka pembayaran pertama sudah diberikan sejumlah Rp 65 ribu. Itu
tahun 1972. Namun urusan macet ketika proses pelunasan. Paimin
menolak, karena dia menghitung harga tanahnya kini bernilai
lebih sejuta. Lalu dibujuknya lagi Mbok Surip supaya mau pindah
saja ke tanah lain, 300 meter dari rumah semula. Giliran Mbok
Surip menolak. Sejak itu Paimin ambil keputusan mengerangkeng
saja tanah kediaman Mbok Surip itu dengan pagar berduri.
Setelah perkaranya diusut poiisi, Muspika setempat bertindak:
pagar itu dibongkar, dan rumah Mbok Surip yang doyong itu malah
ramai-ramai diperbaiki. Waktu Lebaran barusan, tamu-tamu Mbok
Surip tak sampai menyuruk-nyuruk masuk ke pekarangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini