KOTA Bojonegoro, Jawa Timur, di awal tahun pelajaran baru 18 Juli lalu, geger. Di depan Sekolah Dasar Kadipaten I dan Kadipaten II, beberapa orang Satpam mengusir beberapa pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di depan gedung sekolah favorit itu. Hari itu kedua kepala sekolah menyatakan murid-murid dilarang jajan makanan dan mmuman. Ketentuan itu rupanya berkaitan dengan kejadian selama masa libur sekolah baru lalu. Begitu sekolah ditutup, 42 murid dari dua sekolah tadi harus berlibur di rumah sakit. Penyakit radang hati (hepatitis A) alias liver atau biasa disebut penyakit kuning, secara massal telah menyerang bocah-bocah belasan tahun tersebut. Sampai sekolah kembali dibuka, masih ada 5 orang anak yang terkapar di rumah sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojoneoro dalam dua bulan terakhir ini mencatat ada 48 anak terserang hepatitis A -- 42 di antaranya murid di dua sekolah tadi. Kejadian itu lebih menggegerkan lagi karena penyakit itu menyerang anak-anak dari semua kelas masyarakat: anak bupati, anak dokter, dan anak petinggi lokal lainnya. Tentu saja sebuah tim dari Dinas Kesehatan setempat segera menghambur memeriksa kedua sekolah dan lingkungannya. Dr. Rudy Adisusanto yang menjabat Kepala Seksi Pencegahan Penyakit DKK Bojonegoro mengepalai tim ini. Semua anak diperiksa. "Hasil laboratorium menyatakan mereka menderita hepatitis infectiosa," kata Rudy Adisusanto. Hepatitis A ini mudah ditularkan lewat oral. Menurut Rudy, dugaan sementara salah satu sumur tadi terkena pencemaran tinja yang berasal dari lubang penimbunan tinja. Karena itu sumur yang ada di kompleks sekolah (4 buah sumur galian dan 2 sumur pompa) segera ditutup. Hanya sebuah sumur yang boleh diambil airnya, itupun hanya untuk menyiram pohon dan halaman sekolah. Kata Rudy lagi: "Untung penyakit datang waktu liburan. Kalau tidak penderita akan lebih banyak lagi." SD Kadipaten I dan II dibangun pada tahun 1951 dan keempat sumur galian itu sudah ada sebelum sekolah berdiri. Cuma ada dua kakus dengan lubang penimbunan tinja yang terletak 2 meter dari sumur galian dari sekitar 5 meter dari sumur pompa. Rudy Adisusanto mencatat di Jawa Timur terdapat 24 kasus penyakit endemis ini secara sporadis sejak Januari 1983. Tahun lalu di Surabaya, SD Santa Maria keterjang hepatitis A. Ada 49 murid di bulan Mei 1982, terkapar akibat kebocoran septikteng sekolah. Tahun 1981, bahkan ada 300 murid SD Dapena, Surabaya, menderita penyakit yang sama karena penyebab serupa pula. Sebegitu jauh, menurut pemeriksaan laboratorium, anak-anak sekolah itu cuma terkena hepatitis A. Artinya bisa sembuh. Sebab kalau hepatitis B, penderita memang sembuh, tapi virus tetap menginap di tubuhnya. Tapi dengan kasus-kasus serupa itu agaknya sumur-sumur sekolah perlu diteliti secara menyeluruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini