MAKIN membiaknya jumlah beca di Pontianak tentu saja memerlukan
pengaturan yang rapi. Dari 2100 buah beca yang terdaftar oleh
Danres 1101 telah dibagi waktu-waktu operasinya. Sebanyak 1600
buah hanya diperkenankan beroperasi siang hari, sedang yang
selebihnya malam hari. Dan guna menggampangkan pengawasan
terhadap beca-beca tersebut oleh Danres yang waktu itu R.
Iskandar, masing-masing diberi tanda: siang berwarna merah, yang
beroperasi malam berwarna putih. Tak sekedar itu kepada para
abang beca, ini pun diwajibkan menggunakan SIM dengan warna
sesuai dengan beca yang dibawanya. Dengan kata lain bagi abang
yang sudah kebagian tugas siang, tak berhak lagi untuk
mengemudikan beca pada malam hari. Ini tentu saja dimaksudkan
agar rezeki bisa berbagi sesama rekan.
Namun bagi pengemudi beca di Pontianak yang selama ini sudah
terbiasa bekerja tanpa aturan alias tak pernah punya SIM,
ketentuan baru ini tak urung membuat mereka terkejut. Apalagi
Saliman yang sudah lima tahun mengemudi beca. "Selama ini saya
tak pakai SIM, karena tertangkap sekarang terpaksa saya urus",
tuturnya pada TEMPO. Untungnya, kata Saliman pula, saya kebagian
SIM warna merah sehingga tak mengurangi rezeki yang saya dapat
selama ini dari ibu bidan. Selain mencari penumpang bebas dia
juga punya langganan mengantarkan anak sekolah. Begitu juga
Harto yang setiap harinya mengantarkan 4 orang langganannya --
anak-anak sekolah -- dia merasa beruntung dapat SIM warna merah.
"Sebulannya saya dapat Rp 20.000 dari langganan tersebut",
tuturnya. Lain lagi dengan Ramijo, yang setelah pulang dari
Mekkah tahun lalu menunaikan ibadah haji mengganti namanya jadi
Sonhaji, dia buru-buru mengurus surat keterangan RT untuk
mendapatkan SIM. "Saya tak akan meninggalkan pekerjaan ini
karena dengan mengemudi beca saja saya bisa menunaikan ibadah
haji", tuturnya. Sebenarnya dia sudah lama bisa naik haji tapi
karena hidupnya liar tertunda terus.
Walaupun begitu tak semua pengemudi beca, sama seperti Saliman,
Harto dan Haji Sonhaji. Banyak juga di antara mereka yang masih
mencoba membawa beca tanpa memilki SIM. "Adu nasib", kata
seorang pengemudi beca. Cuma bagi pihak Kepolisian hal ini tentu
saja tak akan dibiarkan, "pokoknya saya akan terus menerus
melakukan razia ini, saya yang kapok atau mereka", kata
Letkol.Pol, Drs Haryoso Danres 1101.
Tak urung Haryoso pun menjelaskan bahwa diadakannya razia ini
semata-mata "agar mereka tak serampangan". Namun demikian maksud
mengalihkan para abang beca "cari makan" dengan cara lain
seperti yang pernah disarankan Gubernur Kadarusno yaitu memberi
mereka dua setengah hektar tanah untuk ditanami -- di Rasau Jaya
--nampaknya kurang dapat sambutan. Demikian juga untuk
menggant-ikan beca dengan Mebea. "Setorannya terlalu tinggi",
kata seorang penarik beca. Begitulah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini