Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dirazia terus

Danres 1101 pontianak mengadakan penertiban terhadap beca dengan membatasi waktu-waktu operasinya. para pengemudi diwajibkan mempunyai sim, yang diberi warna sesuai dengan waktu operasinya. (kt)

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAKIN membiaknya jumlah beca di Pontianak tentu saja memerlukan pengaturan yang rapi. Dari 2100 buah beca yang terdaftar oleh Danres 1101 telah dibagi waktu-waktu operasinya. Sebanyak 1600 buah hanya diperkenankan beroperasi siang hari, sedang yang selebihnya malam hari. Dan guna menggampangkan pengawasan terhadap beca-beca tersebut oleh Danres yang waktu itu R. Iskandar, masing-masing diberi tanda: siang berwarna merah, yang beroperasi malam berwarna putih. Tak sekedar itu kepada para abang beca, ini pun diwajibkan menggunakan SIM dengan warna sesuai dengan beca yang dibawanya. Dengan kata lain bagi abang yang sudah kebagian tugas siang, tak berhak lagi untuk mengemudikan beca pada malam hari. Ini tentu saja dimaksudkan agar rezeki bisa berbagi sesama rekan. Namun bagi pengemudi beca di Pontianak yang selama ini sudah terbiasa bekerja tanpa aturan alias tak pernah punya SIM, ketentuan baru ini tak urung membuat mereka terkejut. Apalagi Saliman yang sudah lima tahun mengemudi beca. "Selama ini saya tak pakai SIM, karena tertangkap sekarang terpaksa saya urus", tuturnya pada TEMPO. Untungnya, kata Saliman pula, saya kebagian SIM warna merah sehingga tak mengurangi rezeki yang saya dapat selama ini dari ibu bidan. Selain mencari penumpang bebas dia juga punya langganan mengantarkan anak sekolah. Begitu juga Harto yang setiap harinya mengantarkan 4 orang langganannya -- anak-anak sekolah -- dia merasa beruntung dapat SIM warna merah. "Sebulannya saya dapat Rp 20.000 dari langganan tersebut", tuturnya. Lain lagi dengan Ramijo, yang setelah pulang dari Mekkah tahun lalu menunaikan ibadah haji mengganti namanya jadi Sonhaji, dia buru-buru mengurus surat keterangan RT untuk mendapatkan SIM. "Saya tak akan meninggalkan pekerjaan ini karena dengan mengemudi beca saja saya bisa menunaikan ibadah haji", tuturnya. Sebenarnya dia sudah lama bisa naik haji tapi karena hidupnya liar tertunda terus. Walaupun begitu tak semua pengemudi beca, sama seperti Saliman, Harto dan Haji Sonhaji. Banyak juga di antara mereka yang masih mencoba membawa beca tanpa memilki SIM. "Adu nasib", kata seorang pengemudi beca. Cuma bagi pihak Kepolisian hal ini tentu saja tak akan dibiarkan, "pokoknya saya akan terus menerus melakukan razia ini, saya yang kapok atau mereka", kata Letkol.Pol, Drs Haryoso Danres 1101. Tak urung Haryoso pun menjelaskan bahwa diadakannya razia ini semata-mata "agar mereka tak serampangan". Namun demikian maksud mengalihkan para abang beca "cari makan" dengan cara lain seperti yang pernah disarankan Gubernur Kadarusno yaitu memberi mereka dua setengah hektar tanah untuk ditanami -- di Rasau Jaya --nampaknya kurang dapat sambutan. Demikian juga untuk menggant-ikan beca dengan Mebea. "Setorannya terlalu tinggi", kata seorang penarik beca. Begitulah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus