SULAWESI Utara yang berpenghuni 1.841.766 manusia, setiap
9-bulan mampu merobah data sensus penduduk dengan angka
kelahiran 12%. Pembiakan anak manusia di kawasan Gubernur Hein
Victor Worang ini, memang tak boleh ditampik lagi, kalau
melihat jumlah pasangan subur tercatat berjumlah 220.870 pasang.
Tak heran kalau sang Gubernur yang mungkin cemas pasal lajunya
pembiakan ini, dalam tiap kesempatan berpetuah pada rakyatnya
terutama mereka yang masih tergolong subur, untuk tidak terlalu
rakus bersayang-sayangan di atas ranjang. Sudah tentu Worang
yang setiap mengucapkan petuah ini disambut gelak riuh khalayak
-- terutama senyum kecut Nyonya Henny Worang yang juga masih 22
tahun itu -- bukan sekedar cemas, tapi terdesak pula oleh rasa
tanggung jawabnya untuk mensukseskan Keluarga Berencana. Dan
seloroh sang Gubernur ternyata bukan sekedar pengocok perut
yang mampu dihasilkan para pelawak.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) Dati I Sulut menilai
pelaksanaan KB di kawasan ini sebagai "sangat berhasil dalam dua
tahun belakangan ini" seperti tutur drs. Jack Sumampouw Ketua
BKKBN Sulut. Yang dimaksud ialah dapat dilampauinya target
akseptor 288% untuk tahun 1974/75, sedangkan untuk tahun 1975/76
baru sampai dengan data September lalu sudah mencapai 130,7%.
BKKBN Sulut cukup bangga dengan angka-angka ini. Dan agaknya
orang Sulut gandrung spiral, terbukti hingga Oktober tahun lalu
dari jumlah 11.613 akseptor tercatat 35,65% yang berspiral.
PKBD & PKBD
Tetapi walaupun KB di Sulut berhasil baik dan tahun 1976/77
target akseptor bakal ditingkatkan menjadi 14.000, ini bukannya
tak ada hambatan. Masih tebalnya pengaruh sosial kulturil yang
dapat menimbulkan konflik dengan adanya inovasi baru yang
ditimbulkan program KB, masih kurangnya tenaga-tenaga medis
sebagai aparat pelaksana, dan kesulitan media komunikasi yang
belum teratasi, merupakan tiga serangkai penghambat. Untuk itu
prda tahun-tahun mendatang dalam rangka menggalakkan perjuangan
menciutkan jumlah keturunan umat manusia di Sulut khususnya,
Gubernur Worang sudah mengomando sampai ke desa-desa, "bentuk
PKBD dan adakan PKBD". Apa itu PKBD yang dua ini? Tak lain
adalah Pembantu Keluarga Berencana Desa yaitu suatu badan yang
akan mensuply alat-alat kontrasepsi pada akseptor baru maupun
lama untuk tidak terjadi dropshot di desa, dan yang satu lagi
adalah Peta Keluarga Berencana di Desa, hingga dapat dilihat
di tiap desa, keluarga mana yang sudah ikut KB dan mana yang
emoh. Bukan itu saja. Sejumlah unit klinik KB akan diadakan,
untuk menambah 97 buah klinik KB yang ada sekarang, terdiri dari
milik Pemerintah, ABRI dan swasta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini