Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Membujuk akseptor

Angka kelahiran di daerah sulawesi utara terus meningkat, karena banyaknya jumlah pasangan subur. gubernur worang mencanangkan peningkatan target ak- septor dengan menambah klinik kb sampai ke desa. (dh)

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SULAWESI Utara yang berpenghuni 1.841.766 manusia, setiap 9-bulan mampu merobah data sensus penduduk dengan angka kelahiran 12%. Pembiakan anak manusia di kawasan Gubernur Hein Victor Worang ini, memang tak boleh ditampik lagi, kalau melihat jumlah pasangan subur tercatat berjumlah 220.870 pasang. Tak heran kalau sang Gubernur yang mungkin cemas pasal lajunya pembiakan ini, dalam tiap kesempatan berpetuah pada rakyatnya terutama mereka yang masih tergolong subur, untuk tidak terlalu rakus bersayang-sayangan di atas ranjang. Sudah tentu Worang yang setiap mengucapkan petuah ini disambut gelak riuh khalayak -- terutama senyum kecut Nyonya Henny Worang yang juga masih 22 tahun itu -- bukan sekedar cemas, tapi terdesak pula oleh rasa tanggung jawabnya untuk mensukseskan Keluarga Berencana. Dan seloroh sang Gubernur ternyata bukan sekedar pengocok perut yang mampu dihasilkan para pelawak. Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) Dati I Sulut menilai pelaksanaan KB di kawasan ini sebagai "sangat berhasil dalam dua tahun belakangan ini" seperti tutur drs. Jack Sumampouw Ketua BKKBN Sulut. Yang dimaksud ialah dapat dilampauinya target akseptor 288% untuk tahun 1974/75, sedangkan untuk tahun 1975/76 baru sampai dengan data September lalu sudah mencapai 130,7%. BKKBN Sulut cukup bangga dengan angka-angka ini. Dan agaknya orang Sulut gandrung spiral, terbukti hingga Oktober tahun lalu dari jumlah 11.613 akseptor tercatat 35,65% yang berspiral. PKBD & PKBD Tetapi walaupun KB di Sulut berhasil baik dan tahun 1976/77 target akseptor bakal ditingkatkan menjadi 14.000, ini bukannya tak ada hambatan. Masih tebalnya pengaruh sosial kulturil yang dapat menimbulkan konflik dengan adanya inovasi baru yang ditimbulkan program KB, masih kurangnya tenaga-tenaga medis sebagai aparat pelaksana, dan kesulitan media komunikasi yang belum teratasi, merupakan tiga serangkai penghambat. Untuk itu prda tahun-tahun mendatang dalam rangka menggalakkan perjuangan menciutkan jumlah keturunan umat manusia di Sulut khususnya, Gubernur Worang sudah mengomando sampai ke desa-desa, "bentuk PKBD dan adakan PKBD". Apa itu PKBD yang dua ini? Tak lain adalah Pembantu Keluarga Berencana Desa yaitu suatu badan yang akan mensuply alat-alat kontrasepsi pada akseptor baru maupun lama untuk tidak terjadi dropshot di desa, dan yang satu lagi adalah Peta Keluarga Berencana di Desa, hingga dapat dilihat di tiap desa, keluarga mana yang sudah ikut KB dan mana yang emoh. Bukan itu saja. Sejumlah unit klinik KB akan diadakan, untuk menambah 97 buah klinik KB yang ada sekarang, terdiri dari milik Pemerintah, ABRI dan swasta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus