Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Disangka meninggal

Setelah mulai dimandikan, kustari kemudian bangun. ternyata dia sedang bermimpi. tetapi tetap diusung keliling desa. (ina)

1 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LELAKI itu bernama Kustari. Ayah seorang anak ini, 16 Oktober lalu, menyusul istrinya yang pulang ke rumah orangtuanya di Desa Morlombang, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jawa Timur. Karena malam tiba, Kustari dan istri tak sempat balik lagi ke rumahnya, di Desa Jetak, Kecamatan Bojonegoro. Tak ada cerita aneh ketika suami-istri itu tidur di rumah gedek keluarga Lasirun, mertua Kustari. Cerita baru aneh ketika menjelang pagi. Kustari seperti berontak melawan sesuatu, entah apa. Dan kemudian, buruh pabrik tembakau ini kaku di samping istrinya. Nadinya tak lagi berdenyut. "Kustari mati" teriak Lasmiati, istrimya. Keluarga Lasirun kalang kabut. Tetangga-tetangga diberitahu. Keluarga Kustari di Desa Jetak - 3 km dari Morlombang - juga dipanggil, dan segera datang. Seperti halnya mengurusi orang mati, kesibukan pun dimulai kain kafan disiapkan. Kubur digali. Baru semeter kubur digali di pekuburan Desa Jetak, datang utusan dari Desa Morlombang. Kustari hidup lagi. Ceritanya, ketika tubuh yang kaku itu akan dimandikan, Kustari merintih, yang membuat kaget petugas yang memandikan itu. "Selain kaget, kami semua ngeri dan berdiri bulu kuduk ini," cerita Mu'in, salah seorang keluarga Kustari kepada TEMPO. Dan yang lebih bingung, tentu saja, Kustari yang sudah mati, eh, hidup lagi. "Saya terbengong-bengong, bayangkan, ada kain putih, ada orang menangis dan tubuh saya dipangku," cerita Kustari. "Wong saya sehat, kok." Menurut ceritanya, saat ia diduga mati itu, sebenarnya dalam keadaan mimpi diikat orang, dan akan dibunuh. Tetapi, dalam mimpi, ia berhasil membuka ikatan itu dan lolos dari pembunuhan. Pada saat itulah ia bangun, dan dimandikan sebagai mayat. Setelah ketahuan benar-benar tidak mati, Kustari tetap diusung. Bahkan pengusungnya berteriak ramai-ramai, dengan gembira tentu saja. Masih dalam usungan, Kustari diarak dari Desa Morlombang ke Jetak, pulang pergi, diiringi ramai-ramai oleh kedua penduduk desa itu. "Seperti karnaval saja," cerita Kustari pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus