LIMA tahun yang lalu, Rudy mulai menjalin hubungan asmara dengan cewek centil, Mely. Kedua remaja ini - tentu bukan nama sebenarnya - sekarang duduk di bangku kuliah yang sama, tingkat I Fakultas Teknik Matematika Universitas Diponegoro, Semarang. Dua insan ini sudah sedemikian jauhnya berpacaran, sampai, "Saya sudah sering tidur di rumah Mely, begitu pula sebaliknya," kata Rudy. Tahun lalu, Rudy bahkan membelikan pacarnya sebuah tape deck dan jam dinding. Tanda cinta abadi, duhai. Entah karena "tanda cinta" itu kurang berharga atau cinta Mely mudah luntur, cewek centil ini mulai berkhianat. Mei lalu, Rudy memergoki Mely sedang diapeli Banu (yang ini juga bukan nama asli). Beberapa hari kemudian, Rudy berhasil menangkap basah mereka: Mely dan Banu tiduran di kamar Mely. "Kumpul kebo" gaya Semarangan ini membuat darah Rudy mendidih, tetapi kepalanya tetap dingin. Artinya, Rudy tak langsung berduel dengan Banu saat itu. Dua hari setelah itu, masih bulan Mei diam-diam Rudy datang ke rumah kos Mely. Tape dan jam dinding yang pernah dijadikan "tanda cinta sehidup semati" diambilnya dan dibawanya pulang. Untuk sementara, Rudy yang kerempeng ini puas. Tanpa diduga, 6 November lalu, lima bulan setelah Rudy membawa pulang jam dan tape miliknya, rumahnya digerebek polisi. Ia dituduh mencuri, dan sampai pekan lalu ditahan. "Saya jengkel, Pak Polisi," kata Rudy sambil menangis. Polisi pun membentak "Jengkel kok mencuri?" Tangis Rudy tambah menjadi-jadi, sambil berkata, "Saya mengambil barang saya sendiri, Pak Polisi." Polisi Sektor Semarang Selatan, tempat Rudy ditahan, ternyata tak luluh oleh tangis mahasiswa Undip ini. Tinggal sekarang Rudy menunggu kebaihan hati bekas pacarnya yang dibajak Banu agar mencabut pengaduannya. "Agar saya tak diperkarakan sampai ke pengadilan. 'Kan malu," kata Rudy kepada TEMPO. Kalau cerita Rudy benar, sungguh patut dikasihani, apalagi pemuda dari Semarang Barat ini bulan Desember nanti menghadapi ujian akhir semester.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini