JIKA batok kepala kita dibelah, akan tampak otak. Itu zat berwarna kuningkeabuan, kurang-lebih 1,7 liter, dan terdiri atas 100 milyar sampai 1 trilyun sel saraf yang terbelit dalam acuan sel pembungkus. Otak memang berwujud dapat ditimbang, dibedah, dianalisa. Tapi pikiran, atau akal budi, berupa apa? Ruh, barangkali Atau energi? Para sarjana, menurut Gina Maranto dalam majalah Discover Mei 1984, menggambarkannya sebagai lapisan abstraksi yang transparan, "pucat seperti hantu," katanya. Selama berabad-abad para filosof dan ilmuwan mengira, akal budi dan otak bekerja menurut ketentuan terpisah. Otak bekerja menurut hukum-hukum fisik, sementara akal budi mengikuti prinsip yang belum diketahui. Di Abad Pertengahan kaum filosof dan ilmuwan mengira bahwa akal budi manusia menerawang beberapa inci di atas kepalanya, menerima pesan dari Tuhan. Tetapi Leonardo da Vinci, filosof, ilmuwan, dan seniman terkenal menggambarkan akal budi berada bersama otak di dalam tengkorak. Sementara itu filosol dan ahli matematika Prancis abad ke-17, Rene Descartes, melukiskan keadaan itu secara lebih modern, walaupun intinya sama saja dengan pandangan da Vinci. Ia menyatakan ada dua zat di dunia: materi, yang sifatnya sesuai dengan hukum fisik, dan spirit (ruh) yang tak berdimensi dan tak berwujud. Tubuh atau jasad bersifat materiil, sementara akal budi bersifat spiritual. Menurut Descartes, akal budi atau "jiwa rasional" berada dalam kelenjar pada otak, yang diberi nama pinus ( pineal gland. Kendati mirip dengan pendapat Leonardo da Vinci, Descartes percaya bahwa akal budi menerima pesan dari tubuh dalam bentuk partikel-partikel yang bergerak cepat dalam darah, yang disebutnya ruh hewan (animal spirit. Dalam hal ini Descartes lebih menekankan proses pancaindera karena itu ia tak bisa menjelaskan bagaimana materi dan ruh bisa berhubungan, khususnya bagaimana pancaindera mentransformasikan fenomena. Toh pendapat Descartes itu, yang dengan kata lain menyimpulkan adanya jurang pemisah yang lebar antara jasad dan jiwa - dan karena itu juga antara otak dan akal budi - hingga kini masih berpengaruh. Ilmuwan yang berkeyakinan religius tentu saja beriman bahwa manusia mempunyai ruh yang menyebabkan jasad tetap hidup. Yang agak "kurang iman" pun masih beranggapan bahwa materialisme tak pernah memadai dalam meniti segi falsafah. Dua pemikir terkemuka Barat mutakhir, Filosof Sir Karl Popper dan Fisiolog Sir John Eccles, masih menyatakan - dalam buku mereka The Mind and its Brain (1977) - bahwa di samping proses dan tenaga fisik, ada "suasana mental" yang berinteraksi dengan jasad. Belakangan sebagian besar ilmuwan menganggap bahwa dualisme seperti itu tak dapat dipertahankan terus, meski tidak berarti mereka dengan sendirinya menolak ruh. Tiga puluh tahun belakangan ini penelitian otak makin meningkat. Ilmuwan yang turun tangan bukan cuma kalangan biolog, tapi juga kelompok linguistik, ilmu komputer, reka yasa, dan fisika Hasilnva lahirlah berbarai teori baru tentang hubungan antara akal budi dan otak. Salah satu yang kontroversial adalah hasil penelitian para ahli yang belum lama ini bertemu dalam simposium di Universitas Johns Hopkins, AS. Mereka dengan tegas menolak anggapan bahwa otak dan akal budi terpisah secaratotal. Mereka cenderung berpendapat bahwa pikiran, perasaan, mimpi, dan hasil kerja otak lainnya adalah kegiatan kimiawi dan elektris dalam jaringan sel yang membentuk otak itu. Walhasil, otak dan akal budi tak terpisahkan. Dan bila teori ini benar, bisa terjadi perubahan dramatis. Patricia Churchland, ahli filsafat ilmu di Universitas Manitoba, berkata, "Teori yang menjelaskan akal budi secara materi akan mempengaruhi konsep kita tentang pujian, kesalahan, dan tanggung jawab, dan merombak cara kita memandang diri sendiri." Agak mengerikan. Sebelum tahun 1950, manusia tak begitu mengenalseluk-beluk dan rahasia otak. Sedangkan kini selukbeluk yang misterius itu dianggap hampir lengkap tersingkap. Ahli anatomi saraf dan ahli susunan kimia saraf kini sudah memahami secara terperinci struktur dan susunan kimiawi otak yang terdiri atas dua jenis sel: glia(semacam sel pengikat) dan neuron(sel-sel saraf sendiri dan cabang-cabang halusnya). Glia melaksanakan banyak tugas biokimiawi dasar, sedangkan neuron melaksanakan pekerjaan utama otak, "merambatkan" getaran dari saraf pancaindera yang tersebar di seluruh tubuh. Menurut penelitian ahli anatomi Spanyol, Santiago Ramon y Cajal, neuron dipisahkan satu sama lain oleh celah-celah kecil yang disebut synaps Untuk menyampaikan getaran ke berbagai synaps, neuron menggunakan sekitar enam lusin bahan kimia pengantar yang berlainan dan dikenal sebagai neuro transmitter. Neuron bekerja bersama-sama, tersusun dalam jaringan luas tempat berlangsungnya kegiatan elektrik dan kimiawi yang hiruk-pikuk - siang malam. Mereka terhimpun dalam kelompok yang menggunakan satu atau beberapa neuro transmitter secara terpisah. Jenis neuro transmitter menentukan kemampuan tiap-tiap kelompok. Menurut Flovd Bloom dari Klinik Scripps di La Jolla (California, AS), sifat-sifat otak - dan demikian pula akal budi berasal dari sifat tiap-tiap kelompok neurotransmitter itu. Pendapat ini didasarkannya pada kenyataan bahwa gejala mental, seperti persepsi, memori, dan kesadaran diri, jadi kacau jika proses kimiawi otak itu kacau. Penyakit parkinson misalnya (otot gemetar,kaku, dan lemah, umumnya terjadi pada orang usia lanjut) dikaitkan pada kurangnya dopamine neurotransmitter. Penelitian menunjukkan pula, gangguan pada neurotransmitter men jadi penyebab penyakit Alzheimer (lemah pikiran, yang terjadi pada orang di bawah 50 tahun), depresi, schizophrenia, dan berbagai kelainan yang kini umumnya dianggap karena gejala psikologis. Padahal bukan, menurut mereka. Para ahli ilmu saraf berpendapat, bagaimana cara neuron dihubungkan penting pula artinya dalam menentukan bagaimana akal budi berfungsi. Hubungan jaringan yang menjadi penyampai getaran, menurut anggapan ini, "dibina" selama pertumbuhan otak pada masa kanak-kanak. Semakin jauh jaringan neuron bisa mencapai otak, semakin baik. Banyak eksperimen menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya jalinan hubungan ini menentukan tingkat kemampuan mental. Dari eksperimen tahun 1983 di rumah sakit Paris, La Salpetriere, juga di Universitas Ottawa, datang laporan. Yakni pola berpikir penderita schizophrenia jadi kacau karena adanya kelainan yang tak memungkinkan neuron dan otak penderita memproses getaran secara efisien. Ketika penderita schizophrenia disuruh menjalani tes pendengaran yang standar, dan diminta beraksi terhadap nada tertentu, mereka menunjukkan reaksi lambat. Kegiatan elektrik dalam otak mereka sangat lemah. Ini menandakan, ada yang tak beres dalam jaringan saraf. Dari eksperimen itu mereka yakin, penderita schizophrenia akan segera bisa menghimpunkan segala informasi untuk menyusun gambaran yang jelas tentang akal budi, bila seratus elektroda dimasukkan ke daerah cortexyang kecil. Dengan itu para peneliti berniat mempelajari bagaimana isyaratisyarat diolah melalui serangkaian neuron pada satu ketika. Penjelajahan tahap demi tahap seluk-beluk otak dengan cara itu akhirnya akan menunjukkan kesimpulan bahwa proses akal budi merupakan "konsekuensi kegiatan otak". Dan bukan dari luar. Toh, penelitian tahap demi tahap, yang mengamati gejala-gejala kecil untuk mengetahui keadaan menyeluruh itu, dianggap banyak ilmuwan lain amat terbatas jangkauannya. Cara yang telah ditempuh dianggap merupakan pengamatan keseluruhan untuk membuktikan hal-hal khusus. Alan Gevins, misalnya, dari Laboratorium Sistem EEG di San Francisco, mencoba menerapkan sebuah metode untuk mengamati sejumlah besar isyarat dalam otak, yang berkaitan dengan hanya satu proses mental tertentu. Ia melakukan pengukuran aktivitas neuron dengan elektroda pada saat seseorang melakukan dua gerak mekanis yang berbeda, dan kemudian menganalisa dan memperbandingkan hasilnya secara matematis. Dengan metode ini ia berharap menemukan pola-pola tertentu untuk proses mental yang berbeda-beda. Lain lagi yang dilakukan John Hopfield, ahli biofisika di Caltech dan Bell Laboratories. Untuk memahami kegiatan akal budi, ia menciptakan sistem persamaan yang memungkinkan sebuah komputer menyusun jaringan seperti otak manusia untuk mengenal, menyimpan, dan mendapatkan kembali memori secara matematis. Tapi Hopfield mengakui, sistem yang menyerupai otak itu ternyata menghasilkan pula memori yang bukan-bukan, antara lain karena menggabungkan fragmen-fragmen memori yang benar. Untuk memperlancar sistemnya, Hopfield memasang sistem "tidak kenal". Sistem ini ternyata membuat memori yang tak keruan itu hilang dan yang ada hanya yang benar. Proses "tak mengenal" berlangsung pula pada otak. Mimpi yang terjadi, yang ditandai gerakan mata yang cepat (REM = rapid eye movemen waktu tidur - menurut peneliti lainnya - mungkin merupakan cara akal budi melepaskan beban yang memberatinya. Ini bisa menjelaskan mengapa sebagian besar mimpi yang diikuti REM sifatnya campur aduk. Dengan cara ini otak menyingkirkan beban yang merusakkan atau tak perlu dan dengan demikian mengefektifkan beban yang berguna. Pandangan tentang mimpi semacam ini bertentangan diametral dengan asumsi dasar psikoanalisa yang berpendapat bahwa menganalisa mimpi adalah terapi yang sangat bermanfaat. Pemenang Hadiah Nobel Francis Crick dan rekannya Graeme Mitchinson menentang teori psikoanalisa ini dan mengajurkan agar, "Jangan mengingat-ingat mimpi, karena hal itu bisa mengakibatkan mengendapnya hal-hal yang ada kalanya lebih baik dilupakan." Selain sarjana yang meneliti akal budi dan otak dari titik tolak biologi, terdapat pula kelompok lain yang mengamati hubungan akal budi dan otak dari simbol-simbol yang memberi bentuk alam-pikiran manusia. Dengan titik tolak ini mereka percaya akan memperoleh wawasan yang sangat berguna tentang ciri dan sifat akal budi. Menurut para peneliti ini, menguraikan akal budi dari titik tolak ilmu fisika dan kimia kurang bermanfaat. Sementara itu, dari titik tolak simbol-simbol, bisa ditemukan tanda-tanda hubungan yang sangat mirip dengan hubungan otak dan akal budi. Pernyataan ini dibuat Patrick Hayes, ilmuwan kognitif (salah satu cabang ilmu jiwa) di Universitas Rochester. "Kita bisa melihat komputer dan piranti lemahnya (software) untuk membantu menjelaskan bagaimana akal budi - yang terdiri atas abstraksi dapat berada dalam otak, yang terbuat dari bahan kongkret," katanya. Software merupakan serangkaian petunjuk yang direkam secara simbolis dalam bahasa komputer untuk mengatur piranti keras (hardware) mesin itu menurut pola-pola. Komputer memproses kata-kata atau menambahkan nomor atau menarik garis, tergantung bagaimana bagian dalamnya disusun. Interaksinya penting bagi peneliti otak karena menunjukkan bagaimana simbol-simbol bisa memulai kegiatan fisik, dan selanjutnya bagaimana kegiatan fisik bisa menghasilkan simbol-simbol. Simbol mendorong diambilnya tindakan, misalnya jika pikiran membentuk gagasan "Saya harus bangkit dari tempat tidur" - dan tubuh, betapapun enggannya, memberikan reaksi. Kegiatan fisik menghasilkan simbol ketika cahaya dari suatu benda mengenai mata, menyentuh retina, dan menjalar ke otak sebagai getaran elektrik-kimiawi. Getaran ini memungkinkan pikiran menghasilkan simbol: ia "mengenal" obyek itu. Meskipun ada perbedaan cara kerja komputer dan otak, menurut Hayes analogi antara komputer dan otak dapat dikatakan benar. Tapi ia tak bermaksud mengatakan bahwa otak sama dengan komputer. "Keduanya merupakan pengolah informasi," katanya. Rodolfo Llinas dan Andras Pellionisz, dua ahli saraf di Universitas New York, mengemukakan penjelasan lain tentang otak - kendati intinya sama saja. Mereka mencoba menelitinya sebagai "obyek geometris" yang mempunyai satu fungsi pokok: mengubah getaran saraf menjadi gerakan fisik. Mereka menggunakan bentuk matematis yang disebut tensor calculus untuk menggambarkan transformasi yang penting ini. Misalnya ada seekor lalat terbang di sisi seekor katak. Isyarat tentang warna lalat dan suara terbangnya - gelombang cahaya dan suara - datang pada kodok, diterima mata dan telinganya lalu masuk ke otaknya. Otak menangkap getaran-getaran yang tak ada kaitannya ini dan merekonstruksikannya ke dalam wujud citra yang sangat geometris berupa: terbangnya lalat, melokalisirwaktu, tempat, dan arah gerakan. Citra itu lalu melahirkan isyarat-isyarat yang menyebabkan katak menjulurkan lidahnya untuk menangkap lalat yang sedang terbang. Kurang lebih demikian pulalah proses yang terjadi pada otak manusia. Kelebihannya adalah otak manusia mengandung akal budi. Dan menurut Llinas, akal budi sesungguhnya adalah proses yang melahirkan hubungan di antara berbagai getaran yang berubahubah dan berbeda-beda. "Akal budi memungkinkan kita melihatsuatu kejadian," katanya, "dan kemudian mengejawantahkannya berupa kata-kata yang diucapkan - yang merupakan rangkaian bunyi. Orang yang mendengarkan Anda kemudian bisa menyusun kembali bunyi-bunyi itu ke dalam gambaran mental suatu kejadian." Akal budi membangun lebih banyak pikiran dan hubungan kompleks yang pada dasarnya mengikuti cara yang sama seperti katak merangkaikan getaran-getaran yang tak berkaitan. Yaitu, metafora merangkaikan kata-kata yang tak ada hubungannya untuk menambah dimensi pada arti. Menurut skema ini, akal budi sesungguhnya merupakan mesin metafora yang masih misterius sampai kini Meskipun berbagai konsep tentang akal budi berlain-lainan, dalam satu hal terdapat kesepakatan. Semua peneliti mutakhir itu tak mau menganggap seluruh akal budi hanya akibat kegiatan kimiawielektrik atau sebangsa piranti halus. "Kita ini manusia, makhluk yang sempurna, bukan hanya daging belaka," kata Llinas. Yang dikhawatirkan, penemuan para ahli ilmu saraf dewasa ini membuyarkan kepercayaan manusia tentang dirinya. Anggapan yang seperti menyodok bahwa akal budi manusia sebenarnya produk otak. Dengan kata lain manusia adalah mesin-mesin yang sudah disetel sebelumnya. Peri laku manusia jenius, atau tindak kepahlawanan hanyalah contoh hasil kerja mesin pada tingkat efisiensinya yang tertinggi. Dengan sendirinya, yang paling jadi pertanyaan ialah dapatkah akal budi yang bercokol dalam "daging" memilih mana yang baik dan mana yang jahat. Apakah seorang penjahat berhak merasa kurang bersalah karena mekanisme itu? Apakah orang yang merasa dirinya terhormat tidak berhak menerima pujian karena tindakannya sebenarnya sudah diprogramkan? Karena itu, para peneliti beranggapan bahwa penelitian mereka tidak akan menciutkan manusia menjadi mekanisme semata-mata, atau menjadikan kebebasan kehendak sebagai respons yang telah disetel sebelumnya. "Kemampuan saya mengambil keputusan sama sekali tidak rusak karena adanya penjelasan tentang akal budi sebagai akibat fungsi otak," ujar Floyd Bloom. John Hopfield di sisi lain menyatakan, jika akal budi berpangkal pada suatu zat yang kongkret, maka zat tersebut sifatnya kompleks dan tak bisa diramalkan. Tingkah laku suatu sistem mekanisme dalam ilmu alam, seperti mesin uap, bisa diramalkan dengan tepat, katanya, sementara sistem lainnya, seperti cuaca - dan juga proses kesadaran akal budi - tidak bisa. Dikatakannya, para ahli ilmu saraf tidak akan bisa meramalkan arah perkembangan akal budi dengan hanya mengamati kegiatan otak. Namun, dengan berkembangnya pengetahuan mengenai otak manusia, para sarjana tahu lebih banyak tentang hal-hal yang menyangkut penyakit mental dan kesehatan mental. Dalam hal ini akal budi kembali jadi tanda tanya. Sebelum berkembangnya penelitian otak beberapa puluh tahun yang lalu, para sarjana menganggap otak sebagai organ tunggal, dengan semua neuronnya berfungsi sama. Anggapan ini tak banyak membantu tumbuhnya perawatan medis: prosedur seperti lobotomy(dengan memotong baga otak) dan terapi kejutan listrik (elektroshock) berasal dari eksperimen dengan binatang yang hanya samar-samar dimengerti. Sebaliknya, di masa kini para ilmuwan menemukan otak memiliki struktur yang kompleks dari banyak jaringan neuronyang melaksanakan berbagai fungsi. Dengan menganalisa jaringan tersebut, para peneliti mengetahui banyak masalah khusus dalam otak,tidak lagi berspekulasi, menebak gangguan jiwa apa yang menimbulkannya. Sedemikian jauh, cara yang paling bermanfaat dalam pengobatan saraf ialah dengan memberinya obat, atau bahan-bahan kimia. Para ahli ilmu saraf melihat kemungkinankemungkinan luar biasa di masa datang untuk pengobatan penyakit-penyakit saraf. Di antaranya memasukkan jaringan ke dalam otak untuk merangsang produksi dopamine untuk mengobati penyakit parkinson, atau bahkan memulihkan saluran saraf yang rusak karena terluka. Tapi, menurut Rodolfo Llinas, peranan utama pengobatan neuron ialah pemeliharaan preventif, yang memungkinkan orang memeriksakan fungsi otak dan kecerdasan mental mereka, seperti halnya pemeriksaan jantung dewasa ini, bahkan mungkin meningkatkannya. Tapi adanya kemungkinan memperbesar kemampuan inteligensi manusia nantinya akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan etik, karena timbul masalah siapa saja yang berhak mendapat tambahan itu. Lebih lagi, di masyarakat yang tingkat kebebasannya lebih rendah, peningkatan ini akan menimbulkan masalah mengenai penggunaan pengetahuan. Karena itu, Alan Gevins berharap para sarjana lebih baik mencurahkan perhatiannya untuk memecahkan masalah-masalah otak daripada mencari aplikasi teori-teori mereka. Kemajuan luar biasa yang dicapai dalam penelitian mutakhir tentang otak tidak berarti bahwa rahasia otak yang paling tersembunyi - misalnya proses pengenalan atau belajar yang kompleks, memori dan menghitung - segera dapat dipahami. Para sarjana mengakui bahwa rahasia yang terkandung dalam akal budi manusia masih tetap tak terpecahkan dan tak terjangkau penelitian, meskipun dari segi kimia, listrik, dan matematika sudah banyak pertanyaan yang terjawab. Menurut Gevin, fungsi otaklah yang akan menjelaskan sebagian besar jenis peri laku, meskipun barangkali tidak seluruhnya. "Jika sudah sampai pada rahasia kreativitas, ilham, dan aspek lain akal budi yang lebih halus dan musykil, baru kita akhirnya dapat menyingkap kabut misteri," katanya. Gevin tegas membantah bahwa akal budi dapat dijabarkan secara sederhana berupa arus elektronelektron . ** Di sisi lain, studi khusus telah dilakukan oleh para sarjana di Institut Teknologi Massachusetts untuk menyingkapkan rahasia di balik proses memori. Dalam ilmu jiwa, memori adalah kesadaran tentang pengalaman masa lampau yang bisa dihidupkan kembali. Ada kalanya pengalaman memang tidak dapat diingat kembali tetapi menjelma sebagai kebiasaan aneh dan sering mengganggu. Dalam studi itu para sarjana mendapatkan bukti biologis pertama bahwa memori merupakan sistem banyak segi yang menyimpan informasi yang berbeda-beda dengan cara yang berbeda-beda pula. Seorang lelaki setengah baya, dengan IQ 108 dan disebut hanya dengan nama H.M., jadi obyek dalam studi itu. H.M. menderita amnesia (kehilangan memori atau ingatan, sebagian atau seluruhnya) yang berat setelah menjalani operasi otak 30 tahun yang lalu untuk menyembuhkan sakit ayan. Ia disuruh memasukkan balok-balok dalam permainan anak-anak yang dikenal sebagai Menara Hanoi. Permainan itu terdiri atas lima balok kayu yang berbeda ukuran, masing-masing dengan lubang di tengahnya, dan tiga pasak kecil. Ia diharuskan memindahkan kelima balok yang sudah tersusun seperti piramid di pasak sebelah kiri ke pasak kanan, menggunakan pasak tengah sebagai perantara. Berkali-kali H.M. mencobanya tapi selalu gagal. Baru kemudian, setelah diingatkan, bahwa ini permainan anak kecil - H.M. pasti pernah memainkannya waktu kanak-kanak - tibatiba ia berhasil memindahkannya dalam 31 gerakan, yaitu jumlah minimal gerakan yang wajar untuk ukuran normal. Inilah yang mengejutkan para sarana yang menelitinya. H.M., meski masih bisa mempertahankan hampir semua memorinya sebelum menjalani pembedahan, tak mampu membentuk memori yang baru. Ia tak bisa ingat nomor teleponnya, alamatnya, tanggal, atau bahkan nama parasarjana yang sedang menelitinya. Kenyataan bahwa ketidakmampuan H.M. tidak menghambatnya menguasai permainan Menara Hanoi menunjukkan, penderita amnesia - dan setiap orang - mungkin masih mempunyai daya mengenal yang sampai kini belum dipahami sepenuhnya oleh para ahli. Hal ini seakan membenarkan teka-teki lama tentang memori, seperti mengapa bau bisa merangsang ingatan, kenapa kenangan masa kanak-kanak begitu samar. Di samping itu, benarkah aktivitas manusia merupakan sesuatu yang berjalan otomatis berdasarkan memori seperti yang dianut kaum behavioris. Atau, sebaliknya, memang disadari, dan disengaja, hingga senantiasa merupakan hal baru seperti kata kaum kognitif. Pada tingkat yang lebih mendasar, para sarjana meneliti binatang yang sederhana. Dari percobaan ini mereka mengetahui mekanisme yang membuat sel-sel saraf mengenal sesuatu. Ini mendorong penelitian obat-obatan untuk memperbaiki daya kerja memori - yang sangat dinanti-nantikan oleh tiga sampai empat juta penderita kerusakan memori di Amerika. Memori tidak lagi bisa disebut lubang hitam di pusat neurobiologi, sebagaimana dijelaskan oleh Gary Lynch, psikolog di Universitas California di Irvine. Memori merupakan satu fenomena yang sejak lama memukau parafilosof dan iltnuwan. Karl Lashley, ahli yang memelopori psikologi saraf, pada tahun 1920-an mulai berusaha menyingkapkan misteri "engram" (perubahan fisik dalam otak bila seseorang memahami sesuatu). Namun, Lynch menyatakan kalah, setelah mengadakan penelitian 30 tahun, ia tak mampu membuktikannya. Pada pertengahan 1970-an, para ilmuwan mencoba mencari bukti bagi Lynch. Di antara mereka ialah Neil Cohen, sarjana ilmu saraf dari Universitas California di San Diego, dan pembimbing tesisnya, Larry Squire. Mereka melihat sesuatu yang aneh pada penderita amnesia yang mereka teliti di Pusat Kesehatan Veteran setempat. Meskipun para penderita tersebut kurang atau tidak ingat pada kata-kata, bentuk, dan wajah yang digunakan dalam suatu tes memori, mereka biasanya bisa mengetahui aturan tes jika cukup sering menjalaninya. Ini mengingatkan kedua ilmuwan itu pada observasi yang dilakukan belasan tahun sebelumnya oleh Brenda Milner dari Universitas McGill di Montreal-ilmuwan yang meneliti H.M. Brenda mendapatkan bahwa H.M. dan para penderita amnesia lainnya sebagaimana halnya orang normal - bisa belalar menggambar walau kelihatannya sulit, dengan memperhatikan gerakan tangan mereka yang terbalik di cermin. Kebanyakan ilmuwan menganggap ini kemampuan motoris semata-mata. Tapi, karena kemampuan ini merupakan salah satu bentuk pengenalan dan karena itu melibatkan memori Cohen dan Squire segera mempertanyakan janganjangan penderita amnesia juga memiliki kemampuan memori lain. Untuk memecahkan persoalan ini, pada tahun 1980 mereka mencoba menguji seorang pasien amnesia berat dengan permainan Menara Hanoi. Permainan ini ditemukan oleh ahli matematika Prancis, FrancoisEduoard-Anatole Lucas, tahun 1883, dan ia menamakannya menurut kota di wilayah yang waktu itu baru di jajah Prancis. Para psikolog menganggap, permainan ini hanya menyangkutproses kesadaran. Tapi, seperti yang ditemukan Squire dan Cohen, pasien mereka mempelajari permainan itu dengan mengulanginya berkali-kali sebanyak yang mereka lakukan dengan tes lainnya. Kata Cohen, "Mereka bahkan bisa melakukannya dengan posisi-poslsl yang blasa, sehingga kitatahu bahwa mereka memiliki pengertian mendalam akan permainan itu." Observasi ini tampaknya cocok dengan hasil eksperimen sebelumnya di San Diego dan tempattempat lain. Squire dan Cohen mengetahui bahwa penderita amnesia bisa membaca terbalik dari pantulan cermin, meski mereka tak pernah ingat apa yang mereka baca Dan David Olton di Universitas Johns Hopkin menunjukkan bahwa ti kus yang amnesia bisa ingat lika-liku jalan yan simpang-siur secara garB besar, meskipun jalar yang ditempuhnya masih salah-salah. Di Lembaga Nasional Kesehatan Mental (NIHM) di Bethesda, Maryland, ahli psikologi saraf Mortimer Mishkin dan para pembantunya menemukan pula kemampuan memori tersembunyi yang sama pada monyet yang menderita kerusakan otak seperti H.M. Pengkajian ini menyebabkan para ilmuwan berkesimpulan bahwa paling sedikit ada dua kategori memori: memori "fakta" ( "fact" memor dan memori "kecakapan" ("skill" memor. Memori fakta, kata mereka, ialah kemampuan mengenal informasi yang eksplisit: nama, tanggal, tempat, wajah orang, kata-kata, peristiwa penting, dan sebaPainva. Memori inilah yang kuran pada penderita amnesia, sedang pada orang lain sudah ada dengan sendirinya. Memori fakta bisa diperoleh dengan cepat, biasanya direkam bersama dengan konteks yang membuatnya dikenal ("Saya bertemu dengan si Anu dan si Polan di pesta pekan lalu"), dan sering kali gampang pula terlupakan (suatu nomor telepon baru kita ingat jika kita sering memutarnya, atau, misalnya, nomor telepon rumah atau kantor sendiri yang ada kaitan langsung), meskipun bisa pula disimpan untuk waktu lama. Memori kecakapan, sebaliknya, kurang berkaitan dengan pengenalan secara sadar: naik sepeda, memainkan alat musik, menyelesaikan teka-teki, atau permainan tertentu. Memori kecakapan diperolen hanya melalui latihan atau kebiasaan. Memori kecakapan tidak mengandung proses pengenalan yang sesungguhnya (pemain bola tentu tak akan ingat secara terperinci teknik dan gerakan menendang bola). Karena itu, memori kecakapan sulit diubah kalau yang dipelajari salah. Berbeda dengan memori fakta, memori kecakapan tak bisa diingat secara eksplisit kecuali jika dipraktekkan. Dan banyak memori kecakapan dilakukan dengan sangat baik tanpa pemikiran yang sadar. Para ilmuwan menjelaskan memori yang terbagi dua ini dengan menyebutkan bahwa sistem primitif, termasuk memori kecakapan, tidak terbuang bila otak berkembang. Sistem yang lebih canggih, seperti memori fakta, dibentuk di atas yang lama dan kemudian bekerja sama dengannya. Sebagaimana halnya dengan sistem-sistem yang paling berkembang, memori fakta bisa muncul kemudian dalam kehidupan seseorang daripada sistem memori yang lebih primitif. Mishkin dan Jocelyne Bachevalier di NIHM menunjukkan bahwa meskipunbayi monyet dilahirkan dengan memori kecakapan, kapasitas memori fakta mereka tidak menjadi dewasa sebelum mereka berusia setahun. Daniel Schacter dan Morris Moscovitch dari .Universitas Toronto dalam penelitiannya mengenai perkembangan anak yang belum rampung menyatakan hal yang sama terjadi pula pada manusia. Penelitian-penelitian ini membantu menjelaskan mengapa kenangan orang pada masa awal kehidupannya begitu samar. Freud dulunya menduga ini disebabkan karena represi, dan para teoretisi kemudian menyatakannya karena kekurangmampuan berbahasa sewaktu masih bayi. Tetapi ilmu saraf modern memberikan penjelasan yang lebih sederhana: anak kecil yang baru belajar berjalan mungkin memerlukan pertumbuhan beberapa tahun untuk bisa mengembangkan perlengkapan saraf yang lengkap bagi memori fakta. Fungsi perlengkapan saraf ini juga menjelaskan rahasia memori yang lain. Para ilmuwan mulanya kebingungan menghadapi kenyataan bahwa pasien seperti H.M. dan mereka yang menderita kehilangan ingatan setelah menjalani terapi elektroshok, tak hanya lupa pada waktu sejakperawatan tetapi juga pada periode sebelum mendapat kecelakaan itu, beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kini sedikit terungkap, fenomena ini mungkin disebabkan oleh caranya memori itu disusun dalam pikiran manusia. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa fakta-fakta baru dikenal dengan mencocokkannya pada suatu jaringan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Pengertian "kenari" misalnya bisa diingat dengan mengaitkannya dengan "burung", "kuning", dan "lagu". Konsep yang sudah ada sebelumnya ini, menurut dugaan para ilmuwan, disimpan dalam cortex otak - permukaan luar otak yang beralur, yang merupakan bagian otak manusia yang paling besar dan berkembang paling tinggi. Tapi Squire, Cohen, dan Psikolog Lynn Nadel berpendapat bahwa hubungan pertama antara konsen vant sudah ada sebelumnya dan fakta baru barangkali terjadi dalam hippocampus (bubungan di sepanjang tepi bilik otak). Ini berupa kumpulan jaringan saraf sebesar jari tangan terlipat di dalam salah satu kerutan di bagian bawah otak. Para ilmuwan ini memperkirakan hippocampus berfungsi sebagai papan wesel telepon, yang menghubungkan daerah cortex yang jauh dengan semacam panggilan bersama ketika memori untuk pertama kalinya tersusun. Tapi setelah beberapa lama, daerah cortex belajar"berhubungan langsung" yaitu mereka mengadakan hubungan secara independen di antara mereka - tanpa.memerlukan weselbor lagi. Proses "konsolidasi" ini menjelaskan mengapa penyakit amnesia H.M. bermula jauh sebelum operasi yang mengangkat hippocampus kiri dan kanannya. H.M. tak hanya kehilangan kemampuannya menyusun memori baru, tetapi juga memori yang belum terkonsolidasi sepenuhnya - dan karena itu tidak menjadi bagian pengetahuan yang permanen. "Kita melihat konsolidasi sebagai proses yang dinamis dan kompetitif," kata Squire. "Apabila sebagian memori hilang, sebagiannya lagi menjadi bertambah kuat." Ini bisa menjelaskan mengapa orang yang berusia lanjut mengeluh mereka bisa mengingat hal-hal dari 50 tahun yang lalu tapi tidak yang terjadi pekan lalu. Kenangan pada masa lebih muda bisa lebih kuat karena sudah terkonsolidasi selama puluhan tahun. Dalam bentuk apa memori tersimpan dalam otak? Inilah pertanyaan mahapenting. Para ilmuwan menjawab pertanyaan ini dengan melihat kepada binatang menyusui, dengan sistem saraf mereka yang rumit, dan binatang yang sistem sarafnya lebih sederhana. Eric Kandel dari Universitas Columbia di New York City dibantu rekan-rekannya berhasil menggambar diagram pengenalan sel demi sel pada siput laut Aplysia yang memiliki sistem saraf yang terdiri atas 20.000 sel saja. Kandel menemukan bahwa pengenalan terjadi apabila sel-sel saraf tertentu dalam suatu sirkuit mulai mengeluarkan sedikit atau banyak zat yang dikenal sebagai neurotransmitter. Menurut Kandel, setiap hari mekanisme molekul digunakan untuk aktivitas mental, tetapi dengan cara yang baru. "Ini membantu menyingkapkan rahasia proses pengenalan," katanya. Dalam penelitian lain, Daniel Alkon dari Laboratorium Biologi Laut Woods Hole dan Joseph Farley dari Universitas Princeton menggunakan siput laut lain, Hermissenda, untuk membuktikan apa yang bisa disebut pengenalan buatan. Mereka menusukkan mikroelektroda ke dalam sel-sel saraf siput laut itu dan menirukan isyarat saraf yang akan timbul apabila siput itu dilatih menurut teknik conditioning Pavlov yang klasik untuk mendekat atau menjauh dari cahaya. Ketika siput itu dilepaskan, ia bereaksi pada sumber cahaya seakan-akan ia berbuat demikian selama berjamjam dalam keadaan yang wajar. Pada siput Aplysia dan Hermissenda, kata Alkon, seluruh rangkaian peri laku tampaknya terletak - paling tidak secara potensial - pada hubungan saraf yang ada. "Pengalaman binatang itulah," katanya, "yang menentukan jaringan mana yang diperkuat dan mana yang diperlemah, sesuai dengan apa yang dilakukan binatang." Jaringan sederhana seperti itu tentunya tidak memadai untuk menjelaskan perangai hewan yang tingkatannya lebih tinggi. Tapi Kandel dan Alkon berpendapat bahwa jaringan yang lebih rumit bisa dibuat dengan menggunakan jaringan yang sederhana sebagai blok-bloknya - sama seperti susunan komputer yang berupa gabungan rangkaian tombol bertransistor yang sederhana. Ada bukti sangat menarik bahwa pengenalan pada tingkat yang lebih tinggi memberikan ciri biokimiawi tertentu pada pengenalan yang lebih sederhana. Kandel mendapatkan bahwa neurotransmitter yang disebut serotonin (dalam konsentrasi yang relatif tinggi terdapat pada beberapa daerah pusat saraf) sangat penting bagi proses pengenalan pada Aplysia. Sementara itu seroto nin, yang tak diketahu langsung terlibat dalam memori mammalia, hor mon pemberi energi yang disebut adrenalir (suatu persenyawaan kimia), tampaknya me mainkan peranan meng atur yang penting. Tiku yang disuntik dengan a drenalin mengenal lebi cepat dan mengingat lebih baik. Hormon itu bahkan menyebabkan tikus yang lebih tua pulih kembali ketajaman mentalnya (binatang pengerat, dan barangkali juga manusia, makin berkurang menghasilkan adrenalin kalau mereka makin tua). Studi ini membantu menjelaskan kenapa peristiwa yang menggembirakan atau yang mengejutkan.seperti upacara lulus sekolah atau suatu peristiwa huru-hara - tetap bertahan dalam ingatan seseorang. Pada saat-saat itu adrenalin mengalir deras melalui sistem itu. "Kita paling baik mengingat atau mengenal sesuatu ketika kita dalam keadaan waspada, mendapat motivasi. atau diranesane." kata seorang peneliti. Namun, upaya mendapatkan obat untuk memperbaiki memori dipusatkan bukan pada adrenalin, melainkan pada neurotransmitter yang disebut acetylcholine yang tampaknya menyusut pada banyak kasus penyakit Alzheimer. Kondisi ini, yang sering disebut senility(keadaan uzu r karena usia tua) merupakan penyebab paling umum hilangnya ingatan. Dokter kini mengobatinya dengan memberikan obat yang merangsang produksi acetycholineatau mencegah kemundurannya. Sayangnya, pengobatan ini hanya memperlambat atau menunda hilangnya fungsi mental - itu pun kalau obat itu ada khasiatnya. Sebabnya ialah, sementara penyakit Alzheimer berkembang, sel-sel otak yang menghasilkan acetylcholinemati perlahanlahan. Sebuah studi baru yang dilakukan David Olton dan Dr. Joseph Coyle di Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa perusakan dengan sengaja sel-sel ini menyebabkan terjadinya amnesia seperti yang diderita H.M. barangkali karena memberikan acetylcholine pada hippocampus, tempat dibentuknya memori baru. Maka, kata Dr. Peter Davies dari Sekolah Kedokteran Albert Einstein di New York City, jenis obat-obatan sekarang ini - yang hanya mempertinggi kemampuan otak menghasilkan acetylcholine secara wajar tidak berbuat sesuatu pun kecuali memerangi upaya bertahan penyakit itu. Para ilmuwan kini perlu mengetahui mengapa sel yang menghasilkan acetylcholine itu mati, dan menemukan beberapa cara mencegahnya. Satu aspek yang lebih memberi harapan pada pengertian memori secara biologis yang baru ialah bahwa hal itu mungkin clapat menjelaskan hubungan antara mengingat kembali (rekoleksi) dan indera penciuman. Menurut Gary Lunch, "Penciuman merupakan satu-satunya indera yang letaknya hanya beberapa hubungan neuron jauhnya dari hippocampus. Semua indera lainnya diproses lebih dulu melalui otak kecil dan cortex." Bahwa bau mempunyai hubungan langsung pada sirkuit pembentukan memori mungkin menjelaskan mengapa bau tertentu pada setiap orang menimbulkan kenangan tertentu. Hirsh dan Mishkin dari NIMH malah mengemukakan bahwa pengertian baru tentang memori bisa menyelesaikan perdebatan lama antara sarjana kelompok behavioris dan kognitivis. Kaum behavioris mengatakan bahwa pembawaan manusia dapat dimengerti sebagai akibat banyaknya reaksi sederhana dan tak disadari sangat mirip dengan serangkaian memori kecakapan. Kaum kognitivis membantah dengan mengatakan bahwa manusia dan binatang membentuk citra mental dunia - yang bisa disebut memori fakta - dan bertindak sesuai dengan itu. Karena kedua sistem memori berfungsi beriringan dalam otak, kedua pihak bisa benar. Teori-teori baru tentang memori tetap membuat banyak pertanyaan tak terjawab. Apakah kapasitas memori manusia terbatas atau tidak? Jika sesuatu terlupakan, apakah memang informasinya yang hilang, atau semata-mata "tak ditemukan" tempatnya dalam otak? Apakah ada hubungan antara konsolidasi memori dan mimpi, sebagaimana yang dikemukakan beberapa psikolog? Apa yang lain pada otak orang-orang yang memiliki memori fotografis? Apa landasan biologis dari deja vu (ilusi bahwa suatu pengalaman telah diperoleh sebelumnya, padahal sesungguhnya baru kali itu)? Meskipun pertanyaanpertanyaan itu sangat menggoda mereka, para ilmu wan umumnya sangatoptimistis dapat menyingkapkan rahasia di balik memori manusia. *** Meskipun Anda tiap hari baca koran tertentu, misalnya, Anda pasti tak ingat secara terperinci apa saja yang tertulis di box yang biasanya tercetak di bagian atas halaman pertama, dekat judul koran itu. Di situ biasanya tertera segala keterangan tentang koran itu, penerbitnya, nama redaksi dan stafnya, alamat, nomor telepon, dan sebagainya. Begitu juga dengan uang logam yang tiap hari kita pegangpegang dan pakai - tak banyak orang ingat secara terperinci apa saja yang tertera pada uang logam, Rp 100 misalnya. Memang, manusia tidak bisa ingat semua hal rinci, karena untuk itu perlu dilatih. Sebagai murid SD semua kita tentu pernah mengalami bagaimana susahnya menghafalkan kali-kalian, atau ilmu hayat. Tapi karena dilakukan dengan cermat dan tekun, hafalan itu sampai kini masih tetap tertanam dalam kepala dan besar manfaatnya, bukan? Mereka yang pernah belajar bahasa Belanda mengenal apa yang disebut ezel bruggetje (jembatan keledai), yaitu suatu cara untuk bisa mengingat sesuatu dengan mudah. Bagi mereka yang ingin memperkuat daya ingatnya, inilah beberapa saran oleh para ahli: Untuk mengingat ejaan kata-kata asing, uraikanlah tiap huruf kata itu menjadi satu kata tersendiri, dalam bahasa Indonesia atau bahasa aslinya, terserah Anda. Misalnya arithmetic(ilmu hitung) bisa diingat dengan menjabarkannya menjadi "Anak Rabun Ikut Tukang Hitung Menyapu Emper Toko Industri Cina". Susunan kata-kata ini dikarang sendiri menurut selera. Buatlah "jembatan keledai" yang menggunakan gambar imajinatif dan kongkret. Ada orang yang dengan mudah mengingat nama orang lain yang dijumpainya dalam pesta-pesta dengan selalu mengingat ciri khas orang tersebut. Misalnya seorang bernama Tini, selalu diingat "leontin" indah yang dipakainya atau jika orangnya kebetulan pendek atau kurus, ingat saja istilah cretin yang artinya kurang-lebih sama.... Informasi yang sukar diingat dipecah-pecah menjadi potongan-potongan yang mudah diingat. Ini dilakukan oleh Dario Donatelli, 24, petugas bagian kredit sebuah bank di Pittsburgh yang sampai usia 20 ingatannya biasa saja. Berkat latihan ProfesorWilliam Chase dari Universitas Carnegie-Mellon, ia kini sanggup mengingat rangkaian bilangan yang terdiri atas 73 angka (digit) seperti ini: 15185937655 02157841665850612 0948856867727314181861 054629748 01 294974 -965928 setelah memperhatikannya hanya kurang dari dua menit, yang merupakan rekor dunia. Caranya? Sebagai pelari yang tekun ia selalu mengaitkan kelompok-kelompok angka tertentu pada catatan waktu berlari berbagai atlet. Misalnya tiga angka terakhir (928) diartikannya 9 menit 28 detik, yang merupakan waktu yang baik untuk lari jarak dua mil. Dengan menghubunghubungkan catatan waktu lari atau bahkan tanggal suatu perlombaan penting ia bisa mengingat dengan mudah angka-angka panjang itu. Tambahkan kata-kata atau bilangan pada informasi supaya mudah mengingatnya. Misalnya, nomor mobil B 1775 AM, dijabarkan sebagai tahun 1775 (cari peristiwa penting tahun itu dalam sejarah) dan AM jadi Anak Medan. Untuk mengingat serankaian fakta atau nama yang tak ada hubungannya, jalinlah menjadi satucerita. Makin aneh ceritanya, makin gampang mengingatnya. Misalnya, supaya tidak lupa, pada hari itu Anda harus pergi ke toko besi, penatu dan penjual tanaman, rangkaikan jadi cerita seorang detektif yang memergoki pembunuhan dengan menggunakan palu (di toko besi adanya), yang ditemukan terbungkus dalam seprai bekas (penatu) yang dibuang di tempat sampah (pupuk = tanaman). Mengingat-ingat daftar yang panjang, misalnya daftar belanjaan, gunakanlah segala yang ada di sekeliling Anda sebagai pembantu . Misalnya susunan rumah: pintu pagar rumah diibaratkan daging yang harus Anda beli, lalu jalan masuknya sebagai roti tawar, pintu depan rumah sebagai gula, dan seterusnya .... Cara mengingat jumlah hari dalam 12 bulan kita sudah tahu, dengan menggunakan pangkal ke-4 jari tangan. Nah, selamat mengingat-ingat ....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini