Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunda revitalisasi trotoar di Jalan Haji Agus Salim-lebih dikenal dengan nama Jalan Sabang-Jakarta Pusat. Dinas Bina Marga baru merencanakan revitalisasi trotoar itu pada tahun depan. "Jadi, Jalan Sabang belum direvitalisasi tahun ini," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, kemarin. Dia menjelaskan, untuk tahun ini, revitalisasi trotoar diprioritaskan di kawasan integrasi angkutan umum. 
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, sejumlah penduduk dan pengusaha di Jalan Sabang menolak rencana revitalisasi trotoar itu. Mereka khawatir pembangunan trotoar bakal mengurangi penghasilan. Sebab, pelebaran trotoar dinilai dapat mengurangi ruang parkir untuk kendaraan pengunjung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penolakan makin menguat karena pemerintah DKI berencana menempatkan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Sabang. Apalagi para pengusaha dan warga di sana tidak dilibatkan dalam rencana pembangunan trotoar tersebut.
Hari menjelaskan, revitalisasi trotoar di Jalan Sabang bakal mengusung konsep complete street, yaitu melengkapi trotoar dengan sejumlah fasilitas, di antaranya jalur penyeberangan, pohon pelindung, hingga ubin pemandu bagi penyandang disabilitas. "Ada jalur sepedanya (juga)," tuturnya.
Menurut Hari, kawasan Jalan Sabang akan menjadi kawasan kuliner seperti Thamrin 10, Jakarta Pusat. Penataan para pelapak di tempat itu akan melibatkan Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya serta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah DKI.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengatakan pemerintah ingin merevitalisasi trotoar di Jalan Sabang agar menjadi lebih tertata. "Jadi, antara PKL (pelapak) dan parkiran teratur, serta tidak menutupi kios pedagang," katanya setelah beraudiensi dengan Paguyuban Pengusaha Sabang di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, kemarin.
Menurut Irwandi, pembentukan sentra kuliner di Jalan Sabang masih dalam pengkajian. Adapun kajian itu digarap konsultan yang dipilih berdasarkan hasil lelang. Namun Irwandi menyayangkan konsultan tersebut membuat perencanaan tanpa melibatkan masyarakat setempat.
Trotoar di Jalan Sabang, kata Irwandi, tidak mungkin dibentuk seperti trotoar di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, yang lebarnya mencapai 6 meter. Sebab, lebar Jalan Sabang lebih kecil dibanding Jalan Kramat Raya.
Irwandi menilai perputaran ekonomi di kawasan Jalan Sabang mulai meredup dalam beberapa tahun terakhir. Dengan dasar itu, pemerintah ingin menghidupkan lagi sentra kuliner di sana melalui revitalisasi trotoar. "Kami ingin kegiatan ekonomi di sana bangkit kembali," ujarnya.
Pemilik restoran Natrabu, Ganefo Dewi Sutan, khawatir penghasilan rumah makan Padang miliknya tergerus jika revitalisasi trotoar itu dilaksanakan. Sebab, pemerintah bakal mendatangkan pelapak baru setelah pembangunan trotoar rampung.
Kuasa hukum Paguyuban Pengusaha Sabang, Nasatya Danisworo, mengatakan trotoar yang makin lebar akan membuat pelapak baru berdatangan. "Nanti kalau ada PKL baru, malah makin semrawut," katanya.
Wakil Ketua DPRD Zita Anjani menilai penambahan pelapak baru sebaiknya tidak dilakukan di lokasi yang telah ada toko atau rumah makan. Ia khawatir akan muncul praktik premanisme jika pelaku bisnis baru di Jalan Sabang terus ditambah. "Ada PKL crowded, (parkir) mobil, dan sepeda motor, nanti pasti ada preman. Kalau sudah ada preman, sudah enggak aman," ujar politikus PAN itu. IMAM HAMDI | GANGSAR PARIKESIT
DKI Tunda Revitalisasi Trotoar Jalan Sabang
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo