Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Tarian Pisau Bedah di Rumah Mewah

Sejumlah orang menjadi pasien bedah plastik yang dilakukan seorang dokter umum dan istrinya yang bukan dokter. Si dokter disebut-sebut telah berpraktik "bedah plastik" sejak 1990-an.

4 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Suasana klinik di kawasan Puri Jimbaran, Jakarta, 3 Agustus 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
material-symbols:fullscreenPerbesar
Suasana klinik di kawasan Puri Jimbaran, Jakarta, 3 Agustus 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Sejumlah pasien bersaksi soal dugaan praktik bedah plastik ilegal di Ancol, Jakarta Utara.

  • Pelaku tercatat sebagai dokter umum di daftar IDI, sementara istrinya bukan dokter.

  • Pelaku sempat diperiksa petugas suku dinas kesehatan pada Juni lalu.

JAKARTA — Yanti—bukan nama sebenarnya—masih hafal detail dua rumah besar di Ancol Timur, Jakarta Utara, yang dia sambangi awal tahun ini. Dari lingkaran pergaulannya yang punya hobi perawatan kecantikan, dia mendapati griya di perumahan elite itu merupakan tempat praktik seorang dokter senior pakar bedah plastik sejak pertengahan 1980-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sejak dulu, Yanti mengumpulkan informasi soal dokter yang mahir melakukan blepharoplasty—operasi memperbaiki bentuk dan struktur kelopak mata. Perempuan berusia 30-an tahun itu yakin kecantikannya akan bertambah jika kelopak matanya memiliki lipatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berbeda dengan klinik lainnya, lokasi praktik Dokter Gatot—juga bukan nama sebenarnya—tak memiliki petunjuk atau keterangan apa pun. Pasien baru mendapat petunjuk lokasi rumah tersebut setelah berbincang melalui WhatsApp dengan nomor pribadi istri Gatot—sebut saja Yulia. Menurut Yanti, saat tiba, Gatot langsung menuntunnya menuju sisi basement rumah yang terletak di belakang garasi utama.

Dia menjalani konsultasi dan membuat kesepakatan operasi berbiaya Rp 25 juta di sebuah ruang besar dengan meja panjang. Uang muka Rp 5 juta dibayarkan saat itu. Operasi berlangsung tiga hari kemudian. “Pada hari-H, saya dibawa ke satu ruangan di lorong yang berada di sisi kiri ruang konsultasi utama itu,” kata ibu rumah tangga warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, tersebut kepada Tempo, beberapa waktu lalu.

Di kamar tersebut, Gatot dan istrinya memulai rangkaian operasi dengan memeriksa kondisi tubuh dan tekanan darah. Mata Yanti pun mulai ditutup setelah mendapatkan suntikan bius lokal di dekat kelopak. Selama satu jam pisau bedah menari-nari, Gatot dan Yulia tidak banyak bicara.

Ilustrasi praktik bedah lipatan mata. Shutterstock

Seusai operasi, Yanti hanya diminta sekali kembali ke rumah tersebut untuk mencabut benang jahitan. Menurut dia, hasil operasinya kurang memuaskan. "Mata saya seperti selalu melotot dan berasa ada ganjalan di kelopak," ujar dia.

Awalnya, Yanti menerima nasib. Dia beranggapan bahwa hasil blepharoplasty setiap orang dari setiap dokter memang berbeda-beda. Namun dia naik darah ketika mendapat informasi bahwa Gatot bukanlah dokter spesialisasi bedah plastik. “Kami cek di data KKI (Konsil Kedokteran Indonesia), dia dokter umum. Bahkan istrinya, yang ikut melakukan operasi, tak tercatat sama sekali sebagai dokter,” kata dia.

Mantan pasien lainnya, Lucinta, 40 tahun, mengatakan Yulia-lah yang banyak berperan sepanjang proses konsultasi dan operasi. Gatot lebih banyak diam serta mengamati istri dan pasiennya. Bahkan, kata dia, Gatot sempat terlihat kebingungan saat menanggapi sejumlah istilah bedah plastik kontemporer. “Saya pikir, mungkin karena sudah tua, jadi tak update. Istrinya yang lebih muda lebih paham. Jadi wajar kalau lebih dominan,” kata ibu rumah tangga asal Kelapa Gading, Jakarta Utara, tersebut.

Lucinta, yang menjalani operasi pada pertengahan 2019, menangkap kejanggalan lain saat proses konsultasi. Misalnya, tarif dipukul rata. Biaya operasi Rp 25 juta, entah itu membuang kantong mata maupun memancungkan hidung. Namun dia buru-buru membuang kecurigaan itu karena popularitas Gatot yang disampaikan orang dekat dan keluarganya. Mereka menyebutkan Gatot telah berpraktik "bedah plastik" sejak 1990-an. “Paman saya sudah lebih dulu operasi di sana dan hasilnya bagus. Saya dapat nomor dia (Yulia) pun dari tante saya,” kata Lucinta.

Walaupun sama-sama tidak puas atas hasil operasi, Yanti dan Lucinta tidak melaporkan Gatot dan istrinya ke polisi. Meski demikian, sebuah laporan tentang dugaan praktik bedah plastik ilegal dikirim seorang tanpa nama ke Lapor.go.id di bawah Kantor Staf Kepresidenan pada 2 Juni lalu. Portal aduan masyarakat itu kemudian mengirim pesan rekomendasi kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk memeriksa terlapor.

Berdasarkan penelusuran Tempo, tiga petugas suku dinas menyambangi rumah Gatot pada 3 Juni sore. Gatot disebutkan menyambut para petugas dengan ramah dan mempersilakan mereka memeriksa rumah dan kamar praktiknya. Tuan rumah menunjukkan surat izin praktik yang berlaku hingga Juni 2022. Selama pemeriksaan, Gatot membantah jika disebut telah melakukan tindakan di luar kompetensinya sebagai dokter umum.

Dalam laporan yang sama, petugas menyatakan tak menemukan tanda-tanda yang mengarah pada adanya praktik bedah plastik di rumah di Ancol Timur tersebut. Mereka hanya mendapati sejumlah alat pelindung diri yang masih tersimpan rapi. Ruangan pemeriksaan pasien pun diklaim serupa dengan banyak lazimnya kamar periksa dokter umum di rumah pribadi.

Kepala Seksi Pelayanan Masyarakat Bidang Klinik Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Wahyu Laksono, menolak berkomentar soal laporan pemeriksaan di rumah dokter Gatot. Dia hanya mengatakan Suku Dinas telah menindaklanjuti laporan di situs Lapor.go.id. “Tanggung jawab kami merespons laporan masyarakat. Sudah kami sampaikan hasilnya,” kata dia kepada Tempo di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, dua hari lalu.

Petugas Suku Dinas juga meminta Gatot membuat surat pernyataan perihal pemeriksaan itu. Dalam surat bertulis tangan dan bermeterai Ro 10 ribu tersebut, Gatot menyatakan tidak melakukan tindakan di luar kompetensi sebagai dokter umum dan membantah tudingan berpraktik "bedah plastik" serta menjalankan klinik kecantikan di rumahnya.

Kenyataannya, Tempo menerima laporan dari seorang calon pasien yang berkomunikasi dengan Yulia untuk konsultasi operasi blepharoplasty pada pertengahan Juli lalu. Dia mengurungkan niat bedah kelopak mata setelah mendapat kabar miring soal praktik Gatot itu dari sebuah forum di Internet yang berisi pengakuan mantan pasien pasangan tersebut.

Hingga tenggat tulisan ini tadi malam, Tempo tak kunjung mendapatkan konfirmasi dari Gatot dan Yulia. Upaya mendatangi rumah keduanya di Ancol Timur tak membuahkan hasil. Seorang asisten rumah tangga perempuan mengatakan Gatot menolak berbicara. Upaya menghubungi dan mengirim surat wawancara ke nomor pribadi Yulia pun tak direspons.

Sesuai dengan aturan Ikatan Dokter Indonesia, dokter bedah plastik mendapat izin praktik jika mendapat rekomendasi dari kolegial, yaitu Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi). Irena Sakura Rini, Ketua Cabang Jakarta dan Banten, mengatakan semua dokter bedah plastik di Indonesia pasti menjadi anggota perhimpunan itu. Total terdapat 88 dokter bedah plastik di Jakarta dan Banten. “Tak ada nama (nama asli Gatot dan Yulia) di daftar anggota kami,” kata Irena.

FRANSISCO ROSARIANS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus