Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TERBANG jauh dari London, Direktur Eksekutif International Coffee Organization Roberio Silva ingin menyampaikan kabar penting: dunia menunggu kopi Indonesia. Dia menjelaskan, perdagangan kopi periode 2015-2016 di Bursa Komoditas London baru berakhir. Di sana tercatat permintaan kopi dunia mencapai 151,3 juta karung (per karung 60 kilogram). Sedangkan pasokannya hanya 148 juta karung.
Silva juga percaya Indonesia paling berpotensi menambal kekurangan itu. Penjelasannya, Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar keempat dunia di bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Saat ini produktivitas kebun kopi kita masih 700 kilogram per hektare per tahun. Jumlah ini masih bisa digenjot. Lahan potensial untuk dijadikan kebun kopi pun masih banyak.
Di Brasil dan Vietnam, produktivitas kopi sudah mentok di kisaran 1,5 ton per hektare tiap tahun. "Karena itu, penting bagi Indonesia untuk meningkatkan luas lahan dan produktivitas kebun kopi," kata Silva di Trade Expo Indonesia di Kemayoran, Jakarta, medio Oktober lalu.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan produktivitas kebun kopi di Tanah Air terhitung rendah karena kebanyakan kebun kopi masih dikelola secara tradisional. "Sedikit sekali kebun kopi yang dikelola secara profesional oleh badan usaha," ujarnya.
Bambang berjanji meningkatkan produktivitas petani kopi dengan Kredit Usaha Rakyat. Selain itu, pemerintah akan memfasilitasi sertifikasi indikasi geografis untuk menambah nilai jual kopi petani.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda memastikan berapa pun kopi yang dihasilkan pasti terserap di pasar dunia. "Hanya, kami ingin meningkatkan ekspor untuk produk yang bernilai tambah, bukan hanya yang mentah," ucap Arlinda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo