Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Kesan penjara yang seram, kumuh, dan menakutkan hilang seketika begitu kaki melangkah memasuki areal Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tangerang atau familiar disebut Lapas Pemuda Tangerang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suasana Lapas Pemuda di Desa Buaran Indah Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang ini justru seperti dalam pondok pesantren. Betapa tidak, alunan asmaul husna (nama-nama terbaik merujuk sifat-sifat Allah SWT) dilantunkan para warga binaan dari masjid dalam hotel prodeo itu sepanjang pagi hingga azan Zuhur berkumandang.
Berbagai aktivitas para narapidana terekam pada Kamis, 16 Juni 2022 saat Tempo mendatangi penjara dengan jumlah hunian 3.175 orang itu. Para narapidana berstatus mahasiswa mengikuti kuliah tatap muka di ruang kuliah yang bersih. Mereka mengenakan jas almamater, bersepatu dan berpakaian bersih laiknya mahasiswa di luar penjara.
Kampus Kehidupan di Lapas Pemuda Tangerang. TEMPO/Joniansyah Hardjono
Tak Mudah Jadi Mahasiswa Lapas
Satu di antara mahasiswa itu adalah terpidana 16 tahun kasus narkotika asal Garut Jawa Barat, Asep Anjana. Pemuda 27 tahun itu bersama 29 warga binaan lainnya nampak serius mengikuti mata kuliah Islam Nusantara di ruang kuliah Kampus Kehidupan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Tangerang.
Mereka dengan seksama mengikuti materi yang disampaikan Faiz Fiki Alfahmi, dosen pengampu dari Universitas Islam Syekh Yusuf (Unis) Tangerang. "Tidak mudah bisa masuk kuliah di sini, saya mengikuti proses tes dulu," kata Asep kepada Tempo usai perkuliahan.
Asep masuk perkuliahan di Kampus Kehidupan pada 2021 lalu. Saat itu, ia yang merupakan tahanan Rutan Salemba mengikuti tes kuliah bersama 14 narapidana lainnya. "Dari 14 orang, hanya 9 yang lolos, termasuk saya," kata tamatan Madrasah Aliah (MA) itu.
Selanjutnya: Menjemput asa dalam penjara
Menjemput Asa dalam Penjara
Karena mengikuti kuliah di Kampus Kehidupan, Asep akhirnya pindah dari Rutan Salemba ke Lapas Kelas II Pemuda Tangerang. Dia mengaku sengaja mengambil jurusan Fakultas Pendidikan Agama Islam karena bercita-cita menjadi guru agama setelah bebas dari penjara nanti. "Saya ingin menjadi orang baik. Berharap selepas dari penjara ini benar-benar berguna," kata Asep tentang pilihan ingin menjadi guru Agama Islam.
Asep merasakan perubahan besar terjadi pada dirinya selama dalam penjara tersebut. Ia mulai sadar dan mengambil hikmah dari pengalaman buruk yang menggiringnya ke dalam jeruji besi itu. "Dalam Lapas ini begitu banyak kegiatan dan fasilitas yang lengkap, saya bisa kuliah, pesantren, berlatih seni hingga bela diri," kata Asep yang meraih juara MMA antar mahasiswa belum lama ini.
Dengan aktivitas yang padat tersebut, Asep bercerita bisa sedikit melupakan kerinduan dengan orangtua dan keluarga yang tak bisa menjenguknya selama pandemi Covid-19.
Asep Anjana, mahasiswa Kampus Kehidupan Lapas Pemuda Tangerang. TEMPO/Joniansyah Hardjono
Ahmad Sobari, 35 tahun, mahasiswa lainnya mengatakan Kampus Kehidupan dalam penjara itu memberikan jalan dan ilham baginya untuk menjadi pendakwah. "Saya punya dasar sekolah pesantren sebelumnya, alhamdulillah dalam Lapas ini saya bisa kuliah dengan jurusan yang saya inginkan," ujar Ahmad yang divonis 8 tahun karena kasus asusila.
Warga Poris Plawad, Kota Tangerang ini mengaku masuk ke dalam Lapas tersebut pada 2020 lalu dan kini sudah semester IV Fakultas Pendidikan Agama Islam di Kampus Kehidupan.
Asep dan Ahmad adalah dua dari 123 narapidana yang kuliah di Kampus Kehidupan itu. Kampus ini berada di Blok F Lapas Pemuda. Terletak di gedung berdekatan dengan dapur bersih. Adapun bangunan memanjang di Blok F, tepatnya berseberangan dengan dapur bersih merupakan blok hunian yang dihuni para mahasiswa Kampus Kehidupan.
Dalam lingkungan kampus ini dilengkapi berbagai fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, ruang perkuliahan dan lainnya. Para mahasiswa bisa fokus belajar tanpa terganggu dengan narapidana non mahasiswa lainnya. "Semua gratis, biaya kuliah, hingga alat tulis," kata Asep.
Selanjutnya: Demi mengubah citra penjara
Demi Mengubah Citra Penjara
Kepala Lapas Kelas II Pemuda Tangerang Kadek Anton Budiarta mengatakan kampus di dalam Lapas ini dibuka tahun 2019 lalu, bekerjasama dengan universitas dan pendidikan tinggi di Tangerang.
"Kampus ini dinamakan Kampus Kehidupan, pada Oktober 2022 tahun ini akan menggelar wisuda perdana meluluskan 33 sarjana dengan berbagai jurusan,"kata Kadek.
Di Kampus Kehidupan ini ada empat fakultas yaitu Fakultas Hukum, Pendidikan Agama Islam, Teologi, dan Pendidikan Agama Budha dengan program sarjana (strata satu).
Kadek mengungkapkan, Kampus Kehidupan merupakan salah satu fasilitas dan upaya lembaga pemasyarakatan dalam mengubah persepsi penjara yang kelam dan negatif. "Karena tidak mudah mengubah kesan penjara dengan masalah yang kompleksitas," ujarnya.
Kepala Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang, Kadek Anton Budiarta. TEMPO/Joniansyah Hardjono
Apalagi, kata Kadek, penghuni Lapas peninggalan Belanda yang beroperasi sejak 1924 itu kini dihuni 3.175 narapidana. "Ini jauh melampaui kapasitas 1.200 orang, sebanyak sudah overload," ucapnya.
Selain overkapasitas, permasalahan dalam Lapas adalah terbatasnya sumber daya manusia, anggaran dan fasilitas penunjang. "Dengan keterbatasan SDM, 206 pegawai kami dibagi menjadi bagian administrasi dan pengamanan. Pengamanan dibagi 4 regu dengan jumlah 15 orang per shift dan harus menghadapi 3 ribu lebih narapidana. Perbandingannya 2 orang petugas menjaga 2 ribu orang," kata Kadek.
Untuk itu, kata dia, Lapas Pemuda melakukan penguatan internal dan menggandeng berbagai mitra dalam mengatasi masalah dalam penjara yang sangat kompleks. "Komitmen harus sama. Semangat dan konsistensinya harus sama," kata Kadek.
Lapas Pemuda akhirnya menggandeng pemerintah daerah, penegak hukum, berbagai lembaga pendidikan dan keagamaan untuk mengubah kesan negatif penjara. "Kami melakukan perubahan pola pelayanan, warga binaan dan masyarakat. Meningkatkan kualitas, kesehatan, makanan, pembinaan agama, pendidikan dengan menggandeng mitra kerja," kata Kadek.
Saat ini, Lapas Pemuda Tangerang menjadi pusat pendidikan formal maupun non formal. Selain kuliah, para narapidana bisa mengenyam pendidikan melalui kejar Paket A, B, dan C, kursus bahasa inggris hingga baca tulis Alquran. "Kami juga menggandeng sejumlah pengasuh pondok pesantren,"kata Kadek.
JONIANSYAH HARDJONO