Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ekspedisi Kayak Wanadri Mengarungi Lautan Flores

Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara Flores Sea Kayak Expedition dari tim Wanadri. Dua bulan berkayak mengelilingi Pulau Flores.

5 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tim Wanadri di hari ke 52 pendayungan mengelilingi Flores, di hadapan Pulau Mules, NTT, 27 September 2023. Dok. DJN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tim Wanadri Dayung Jelajah Nusantara Flores Sea Kayak Expedition menyelesaikan ekspedisi mengelilingi Pulau Flores.

  • Sepuluh anggota tim menjelajah pesisir Pulau Flores dalam waktu hampir dua bulan.

  • Sambil menjelajah, mereka juga mengamati kekayaan flora-fauna dan lingkungan serta tradisi setempat.

CUACA saat itu cerah. Rasa deg-degan menjalar di jantung Moli setelah mendengar informasi dan arahan komandan lapangan, Derry Juliansyah, ketika mereka masuk Selat Gonzalo di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Saat itu arus laut deras seperti aliran sungai di arus utama. Arus masuk dari utara ke selatan, mendorong kayak Moli dan anggota tim Dayung Jelajah Nusantara Wanadri. Kayak terdorong dengan cepat. Di beberapa pertemuan arus, biasanya ada pusaran air sehingga sempat memutar arah kayak ke arah sebaliknya saat melaju, baik sedang didayung maupun tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami memang terdorong, tapi berusaha menghindari arus itu karena terlalu deras. Jadi kami mengambil posisi di antara arus utama dan bagian pesisir selatan,” ujar Moli—panggilan akrab I Gusti Ayu Laksmi—kepada Tempo. Ia satu-satunya perempuan yang dinilai cukup mumpuni terlibat dalam ekspedisi, meskipun pemula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Moli masih mengingat pengalaman yang membuat jantungnya berdegup cukup kencang ketika rombongan dalam perjalanan di etape Maumere-Ende. Saat itu tantangan alun lautan serta arus telah mulai terasa di ujung Tanjung Bunga, yaitu Tanjung Kopong Dei, lalu di Selat Gonzalo. Tim harus menyiasati perjalanan dayung melalui selat dengan arus yang sangat kuat. Belum lepas berjibaku mendayung di arus deras, mereka kembali memasuki Laut Sawu yang terhubung dengan Samudra Hindia.

Keberangkatan tim Wanadri dari Labuan Bajo, NTT 7 Agustus 2023. Dok. DJN

Nelayan Flores menyebutnya sebagai “Laut Laki-laki” karena ombak, alun, dan arusnya yang lebih menantang. Dan tantangan kembali datang di sepanjang rute perjalanan menuju titik akhir ekspedisi. Terutama ketika mereka berada di wilayah Mauponggo, saat terdorong ombak dan beberapa dari mereka hampir celaka.

Selama 7 Agustus-5 Oktober 2023, tim Dayung Jelajah Nusantara Flores Sea Kayak Expedition yang diketuai Yoppi Rikson Saragih sukses menuntaskan misi mereka mengelilingi Pulau Flores dalam waktu 57 hari. Jarak yang mereka tempuh lebih dari 1.050 kilometer. Yoppi dulu memimpin tim 7 Summits yang tersohor itu. Dia yang paling senior di antara anggota tim yang terdiri atas Priyo Utomo Laksono, Derry Juliansyah, I Gusti Ayu Laksmi, Sandi Subandi, Nicolas Apriadi, Teguh Waspada, Abdullah Syafei, Muhamad Dzuhron, dan Agustinus Huar.

Tim Wanadri mencoba mendarat di Enabara, NTT, 21 September 2023. Dok. DJN

Mereka membagi tim menjadi dua, tim Segara yang terdiri atas enam orang dan sisanya di tim Nusa. Tim Segara menempuh perjalanan dengan kayak dari Labuan Bajo hingga Larantuka, lalu kembali ke Labuan Bajo. Adapun tim Nusa menerobos jalan darat dan perbukitan mengiringi tim Segara mengelilingi Pulau Flores di tepian.

Untuk bersiap dalam perjalanan ini, mereka menempa diri selama sembilan bulan dalam program pendidikan dan latihan dasar. Mereka mempelajari teknik dasar berkayak di Danau Saguling, Bandung, Oktober 2022. Setelah itu, mereka berlatih kayak laut selama Oktober-Desember 2022, yang meliputi teknik dasar mendayung, penyelamatan diri, ketahanan, dan simulasi perjalanan berjarak 135 kilometer dengan rute Teluk Jakarta-Mayangan, Subang, Jawa Barat, selama lima hari dengan jarak tempuh 30 kilometer per hari. Mereka juga melatih diri berkayak di perairan berombak di Batu Karas, Pangandaran, Jawa Barat, serta beberapa lokasi di Banten dan Laut Utara Jawa.

Kriteria latihannya antara lain tinggi gelombang maksimal 2 meter serta melewati tanjung, teluk, dan selat. Selain itu, terdapat alternatif area berbivak, pasir pantai, dan hutan mangrove. Kecepatan angin juga di bawah 10 knot. Perjalanan simulasi ekspedisi ini menempuh 185 kilometer dalam waktu delapan hari. Selama persiapan itu pula mereka menyiapkan pantauan angin, gelombang, ombak, serta perkiraan tempat mendarat yang aman dan nyaman. Mereka pun berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait. Setelah berlatih, tibalah hari penting itu. Mulailah mereka mendayung kayak masing-masing yang berwarna merah dan kuning.

Tim Wanadri disambut kelelawar di Pesisir Kabupaten Nagekeo, NTT, 15 Agustus 2023. Dok. DJN

Memulai perjalanan dari Labuan Bajo, mereka menyisir perairan di pesisir utara melalui tujuh kabupaten, yakni Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, dan Sikka. Di pesisir utara Pulau Flores, tantangan terbesar bagi tim ekspedisi adalah arah angin yang bertiup dari timur. Hal ini membuat pendayungan menjadi lebih berat karena melawan arah angin. Tim disuguhi pemandangan pegunungan vulkanis, bukit tandus yang sesekali hijau, dan rimbunnya hutan mangrove. Ribuan kalong Sunda flying fox menjadi penunggu hutan mangrove yang subur itu. Di area lain, tim berjumpa dengan burung dara laut dan jenis burung lain.

“Pengamatan habitat fauna dan flora serta kegiatan lain kami lakukan dalam ekspedisi ini,” ujar Priyo Utomo yang didapuk menjadi koordinator untuk publikasi. Di Etape Maumere-Ende-Medan, tim menyusuri pesisir bertebing, bergelombang, dan alun yang menghantam tebing lalu memantul balik sehingga turbulensi air menghasilkan gelombang pendek yang tajam. Ini tak memungkinkan tim untuk agak menepi. Sepanjang Ende-Labuan Bajo, tim harus lebih berhati-hati dan berjibaku dengan ombak. “Pesisirnya dibentengi zona ombak,” ucap Derry Juliansyah. Dia yang bertanggung jawab dalam perjalanan dan memastikan tim mendayung tak lebih dari 25-30 kilometer. Mereka berhenti di 40 titik persinggahan.

Tim Wanadri di Laut Sawu, NTT, 7 September 2023. Dok. DJN

Tim darat dan laut punya tantangan besar untuk mendapatkan tempat pendaratan dan membuka tenda. Tapi yang paling utama adalah memperhitungkan interval ombak baik saat hendak mendarat maupun saat berangkat. Kemampuan individu, dukungan tim, dan mental sangat diuji. “Kami pernah salah menghitung. Waktu itu kami sudah menghitung jeda ombak. Saya lihat Moli ragu-ragu, tapi dia bisa masuk. Nah, saya ikut masuk. Namun, pas ombak datang, kayak saya terbalik,” kata Yoppi. Hal yang sama terjadi saat kayak Moli terbalik. Saprol—panggilan Sandi Subandi—hendak menolong Moli, tapi dia tertangkap ombak dan ikut terbalik. Ujung kayak Saprol menukik tajam.

Titik pendaratan seperti ini memang menjadi tantangan bagi tim. Tim Segara sulit merapat, sedangkan tim Nusa yang mencari titik teraman kadang-kadang sulit mendekat karena bentang alam. Teguh, yang menjadi ujung tombak pencarian tempat pendaratan, mengiringi di darat. Bersama tiga orang lain dengan sepeda motor dan mobil, dia menerobos hutan dan Lembah. “Ada kalanya juga kami tidak bisa bertemu karena lokasi tidak bisa diakses dengan motor atau mobil atau tidak terjangkau sinyal,” ujar Teguh. Akibatnya, tim Segara harus mencari tempat berkemah secara mandiri.

Tim Nusa di Lembor, Manggarai Barat, 27 September 2023. Dok. DJN

Ia bersama satu anggota lain yang biasa menapis semua logistik, dokumen, dan titik lokasi juga harus mengangkut dan mengangkat segala keperluan dengan sepeda motor jika mobil tak bisa diandalkan. Mereka menyebutnya “tim kolesterol”. Tim darat ini yang menjadi ujung tombak titik pendaratan. Mereka mengetuk pintu warga atau kepala suku sampai memantau area yang rawan buaya dan komodo di darat dan muara sungai. Selain memantau ke balai konservasi sumber daya alam setempat, mereka bertanya kepada penduduk setempat. “Kami masuk dulu mencari info ada buaya dan komodo atau tidak. Kami komunikasikan ke tim Segara untuk terus jalan agak menjauh di jalur mereka,” ucapnya. “Penting mencari lokasi yang nyaman, terutama aman bagi tim,” tutur Teguh lagi.

Yoppi adalah yang paling senior. Namun dia mengaku sebagai pemula dalam ekspedisi ini. Pengalaman manajerialnya memimpin tim 7 Summits telah terbukti. “Karena kami belum berpengalaman, tantangannya adalah menjalankan rute sebaik-baik dan setepat-tepatnya. Satu kuncinya, taat standard operating procedure,” ujarnya. “Namun, dalam kondisi tertentu, persiapan banyak yang over, terlalu antisipatif.”

Ia mengaku ikut keder ketika melihat Priyo yang paling berpengalaman soal kayak agak gemetar. Derry dan Moli juga merasa tegang saat kayak masuk laut bergelombang tinggi. “Tapi saya nikmati saja situasi itu, ajak Moli nyanyi dulu,” tuturnya, lalu tertawa kecil. Dengan pengalamannya, ia membawa timnya dalam situasi yang menyenangkan untuk mengatasi kebosanan, kelelahan, dan kondisi emosi anggota tim.

Tim Segara saat melintas di Laut Sawu, Flores Timur, 7 September 2023. Dok. DJN

Pengalaman tim tak hanya urusan dayung serta menyiasati ombak dan alun, mendarat selamat di area pasir berbatu, dan menghindari buaya. Mereka juga mendapatkan kehangatan atau bantuan dari penduduk yang mereka temui di persinggahan saat mendarat. Tim biasanya mulai mendayung pukul 07.00 waktu setempat dan berusaha mendarat pada pukul 14.00 untuk beristirahat. Dari koordinasi dengan tim Nusa, di darat mereka berinteraksi dengan masyarakat dan suku-suku di Flores.

Mereka menikmati sajian kuliner tradisional yang bahkan tak pernah tersaji dalam keseharian warga, juga mengenal tenun, tarian, dan tradisi setempat. Sambil mendayung, mereka mendokumentasikan kekayaan hayati di laut, pesisir, dan daratan. Pengalaman berinteraksi, kejadian lucu, dan unik seperti suguhan kuliner kucing hutan, bulu babi, dan beragam sopi (sejenis arak lokal) membawa mereka memahami kekayaan tradisi setempat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kayak Wanadri Mengarungi Lautan Flores"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus