Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ekspor Mobil Toyota Terganggu Aturan Baru Vietnam

Ekspor mobil tahun lalu mencapai total 220 ribu unit kendaraan. Pasar otomotif Vietnam menyerap 20 persennya.

12 Februari 2018 | 13.58 WIB

20_ekbis_ekspormobil
Perbesar
20_ekbis_ekspormobil

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), ekspor mobil ke Vietnam seharusnya bisa menjadi ceruk mendulang pemasukan. Sepanjang tahun ini, nilainya diprediksi menyentuh Rp 3 triliun. Namun, sebelum pergantian tahun 2018, Toyota terpaksa mencoret angka tersebut dari proyeksi pendapatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyebabnya, pabrik TMMIN di Karawang, Jawa Barat, sudah tak lagi mengirimkan produknya ke Vietnam. “Perwakilan Toyota di sana belum berani mengambil barang dari kami lagi,” kata Direktur Administrasi dan Perencanaan Korporat TMMIN Bob Azam kepada Tempo, Kamis, 8 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ini terjadi setelah negara yang terletak di timur Semenanjung Indocina itu merilis Surat Keputusan Perdana Menteri (Decree) Nomor 116/2017/ND-CP. Keputusan pada Oktober tahun lalu itu membuat hubungan dagang antara Indonesia dan Vietnam menghangat.

Baca: Ekspor Toyota 2017 Tertinggi sejak 1987, 2 Mobil Ini Paling Laku

Beleid yang berlaku per 1 Januari ini menetapkan sejumlah syarat baru. Produsen mobil yang mengirimkan produknya ke Vietnam, misalnya, harus menyertakan dokumen pemeriksaan kualitas dan mutu dari pabrik asal. Dokumen hasil uji tipe—semacam sertifikat uji kelayakan—yang diterbitkan otoritas di negara asal produsen wajib dilampirkan.

Bukan cuma itu. Pasal 6 surat keputusan itu menyebutkan setiap mobil yang baru tiba di pelabuhan tujuan harus diperiksa otoritas Vietnam. Pemeriksaan dilakukan secara acak dengan mengambil sampel dari setiap rumpun (batch) pengiriman. Jika sampel yang diperiksa gagal memenuhi standar kualitas gas buang dan keselamatan teknis, importir harus mengekspor balik semua mobil pada pengiriman di batch tersebut.

Simak: Gaikindo: Ekspor Mobil Indonesia Kalah dari Thailand

Ketentuan itu membuat Toyota enggan mengambil risiko. Bob Azam khawatir dokumen yang diterbitkan pabrik dan balai pengujian di Indonesia tidak diakui Vietnam. Akibatnya, produk yang sudah telanjur dikirim harus dipulangkan. Padahal salah satu mobil buatan TMMIN, yakni Toyota Fortuner, memiliki ceruk pasar yang bagus di sana.

Manajemen TMMIN kemudian mengadu ke Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Gaikindo menilai masalah ini bukan persoalan bisnis biasa, melainkan urusan antar-pemerintah. Karena itu, pada awal November tahun lalu, pengurus Gaikindo bertamu ke Kementerian Perdagangan.

Simak: Vietnam Batasi Impor Mobil, Menperin: Harus Siap Alternatif Pasar

Vietnam cukup penting bagi industri otomotif Tanah Air. Seperti dilaporkan majalah Tempo edisi 12-18 Februari, dari total 220 ribu unit kendaraan yang diekspor dalam setahun, pasar otomotif di sana menyerap 20 persennya. Toyota adalah pengekspor terbanyak dengan jumlah rata-rata mencapai 24 ribu unit per tahun. Permintaan mobil di negara itu bisa lebih tinggi karena pertumbuhan ekonomi Vietnam diprediksi di atas 7 persen pada tahun ini.

Praga Utama

Lulusan Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada 2011. Bergabung dengan Tempo di tahun yang sama sebagai periset foto. Pada 2013 beralih menjadi reporter dan saat ini bertugas di desk Wawancara dan Investigasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus