Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUANG VIP Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu pagi dua pekan lalu, menjadi saksi pertemuan empat mata itu. Begitu bersua, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Amien Rais, pendiri Partai Amanat Nasional, bersalaman.
Hanya mereka yang tahu apa sesungguhnya isi pembicaraan 12 menit itu. Selanjutnya, Yudhoyono kembali ke Istana Negara untuk berangkat ke Malaysia sore harinya. Adapun Amien terbang kembali ke Yogyakarta. Sehari kemudian, Amien bercerita kepada wartawan bahwa dalam pertemuan itu Yudhoyono yang memulai pembicaraan.
”Mas Amien, kalau selama ini banyak perkataan saya yang tidak mengenakkan, saya tentu minta maaf,” kata Yudhoyono sebagaimana diceritakan Amien Rais. ”Saya sambut: Mas Bambang, kalau banyak pernyataan saya yang tidak mengenakkan saya juga minta maaf,” jawab Amien.
Saling memaafkan ini terjadi setelah perseteruan tajam antara Yudhoyono dan Amien selama dua pekan, akhir Mei lalu. Bermula dari pengakuan Rokhmin Dahuri saat disidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Selatan. Dia dituduh menyelewengkan dana nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan senilai Rp 15 miliar, April lalu.
Bekas Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengatakan bahwa dana itu sebagian disalurkan untuk para calon presiden dalam pemilu 2004. Amien Rais berterus terang menerima Rp 200 juta. Jika dianggap bersalah dia menyatakan siap menerima risiko. Bekas Ketua MPR ini mengajak calon presiden lain untuk mengaku. Bahkan dia menduga ada calon presiden menerima bantuan Washington—maksudnya, Pemerintah Amerika Serikat.
Menanggapi pernyataan Amien, Yudhoyono secara khusus menggelar konferensi pers di halaman tengah Istana Kepresidenan Jumat dua pekan lalu. Dia menyatakan, ketika kampanye pemilihan presiden dia tak menggunakan dana nonbujeter Departemen Kelautan. Dia juga menepis tuduhan tentang bantuan Washington itu. ”Keterlaluan, fitnah yang kejam,” katanya.
Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa menengahi. Dia berinisiatif merancang pertemuan. Sabtu sore dua pekan lalu, pengurus PAN ini menghadap Presiden Yudhoyono. ”Pak Hatta menyarankan ada baiknya kalau saya bisa bertemu dengan Amien Rais. Setelah saya pertimbangkan, saya setuju,” kata Yudhoyono kepada wartawan.
Amien mengaku menerima telepon selepas magrib, saat bersantai di rumahnya di Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta, Sabtu itu juga. Dia tak menyebutkan siapa yang meneleponnya. ”Apakah Pak Amien bersedia bersua Pak SBY,” kata Amien meniru si penelepon. ”Saya katakan, mengapa tidak, asalkan di tempat netral.” Disepakati lokasinya di Bandara Halim Perdanakusuma pada Minggu pagi.
Amien bilang dia ke Jakarta dengan Garuda. ”Tepatnya, Garuda GA 201 yang terbang pukul 06.30 pagi,” kata Catur Sapto Edi, pengurus PAN. ”Dia bersama putranya, Ahmad Muntas.” Catur menjelaskan, di Jakarta Amien mengenderai mobil pribadinya dari Cengkareng menuju Halim. ”Yudhoyono sudah menunggunya,” kata Catur.
Di sinilah mereka menghentikan ”acara berbalas pantun” soal dana nonbujeter DKP dan bantuan Washington itu. Keduanya khawatir akan ada yang menari jika kasus itu digendangkan di wilayah politik. ”Kami sepakat diselesaikan dalam ranah hukum saja,” kata Amien.
Pertemuan ini ternyata menjadi komoditas politik pula, sebab kisah empat mata itu kini sedang dikocok pesan pendek. ”SMS yang ke saya mengatakan Pak Amien menemui SBY, Pak Amien minta maaf,” kata Amien. ”Saya juga diberi tahu pesan pendek yang sampai ke Pak SBY mengatakan SBY menemui Amien Rais, SBY minta maaf.”
Nurlis E. Meuko, dan Syaiful Amin (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo