Penampilan TEMPO setelah terbit kembali berbeda. Hanya karena sudah ditiru? Itu bukan persoalan karena TEMPO—kalau diikuti sejak terbitan pertama—secara berkala mengubah desainnya, termasuk logo. Sudah lebih dari enam kali logo TEMPO berganti, sejak terbitnya tahun 1971. Perkembangan teknologi percetakan dan kreativitas dunia desain adalah salah satu alasannya. Yang lain, tentu kami pun bisa bosan kalau selalu disuguhi kemasan yang itu-itu saja. Bahwa ada yang meniru-niru perwajahan TEMPO, kami semestinya berterima kasih. Peniruan adalah sebuah pujian.
Pada sampul, kami menghilangkan garis merah yang berada di pinggir itu. Kami tak mau lagi dibelenggu, angin kemerdekaan pers di Indonesia harus disambut dengan lega dan lapang. Dengan kelapangan itu pula, logo TEMPO kami buat lebih kurus dari sebelumnya. Lebih cerdas.
Kami juga tak pernah mematok apakah gambar sampul itu foto, ilustrasi, gaya komik, karikatur, atau sekadar permainan warna. Apa yang menurut kami pas, tidak mengorbankan kepentingan estetika namun juga dimengerti apa maksudnya oleh pembeli majalah yang kurang menaruh minat pada dunia seni, ya cukuplah. Kini, warna sering ditafsir aneh-aneh. Kadang didominasi warna merah, sebagian pembaca berkomentar: wah, TEMPO condong ke PDI—ini pun masih harus kami tebak maksudnya, PDI biasa atau PDI Perjuangan. Lain waktu, ada dominasi warna biru, dan orang berkomentar: TEMPO kok memihak PAN, ya? Hanya ketika ada dominasi warna hijau, komentar tak ada: barangkali karena begitu banyaknya partai yang dasar warna benderanya hijau, sehingga sulit mau dikaitkan dengan partai mana.
Rubrikasi majalah juga secara berkala kami tinjau, ada atau tak ada pembredelan. Di TEMPO sekarang ini, misalnya, tak ada ditemukan rubrik Kriminalitas, padahal sebelum dibredel rubrik itu termasuk banyak pembacanya. Apakah tak ada peristiwa kriminalitas di Tanah Air sekarang ini? Tentu saja ada, dan bahkan semakin merebak. Kami hanya menyederhanakan persoalan, sebuah peristiwa kriminal yang terjadi di dalam negeri adalah juga peristiwa nasional.
Ada rubrik hilang, ada rubrik baru. Internet dan Komputer, misalnya, ini rubrik baru. Pembaca tentu sudah paham bagaimana pesatnya kemajuan dunia komputer, kami ingin membagi informasi tentang ini. Juga begitu meriahnya dunia internet, kami ingin menginformasikan kepada pembaca apa saja yang terjadi di dunia maya ini, bagaimana menemukan situs yang bertebaran. Banyak pembaca yang senang dengan adanya rubrik Internet ini, karena mereka bisa langsung mengklik situs yang kami pilihkan—dengan begitu menghemat pulsa untuk melacak sendiri.
Opini dan Monitor juga rubrik baru. Kami, sebagai bagian dari masyarakat yang punya pendapat, tentu ingin juga menyalurkan pendapat itu. Kami tak ingin merasuki pemberitaan dengan menyelundupkan pendapat. Berita adalah fakta, terlepas apakah kami setuju atau tidak. Nah, lewat Opini kami memberikan pendapat tentang sesuatu yang tidak—atau yang—kami setujui, berikut saran-saran, kalau punya. Akan halnya pendapat masyarakat, yang jarang sekali didengar selama Orde Baru, kami mencoba menampung dalam rubrik Opini.
TEMPO yang terbit "tidak sekadar kembali" itu tetap kami pertahankan sebagai majalah yang enak dibaca, dan perlu. Karena itulah perubahan tetap dimungkinkan, kapan saja. Untuk itu, pada penerbitan ini, kami juga menyertakan angket pembaca. Kami mohon partisipasi Anda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini