ADA mayat tergeletak di rel kereta, perlu ditolong atau tidak? Seminarkan dulu. Ini bukan banyolan, tapi kisah nyata di jembatan Sungai Cemoro. Jembatan itu terletak di perbatasan tiga kecamatan: Boyolali, Karanganyar, dan Sragen, Jawa Tengah. Dan sejak pagi tubuh kaku dengan wajah berlumur darah itu bukan sekadar jadi tontonan, tapi juga bahan debat. Sementara mereka bersitegang urat leher, lalu lintas macet. Sebab, jembatan itu berdampingan dengan jalan raya jurusan SoloPurwodadi, dan para pengendara ikut-ikutan berkerumun. Menurut cerita seorang penduduk kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO, dalam kasus begini seperti ada perjanjian tak tertulis di masyarakat setempat. Misalnya, jika kejadiannya memang di daerah Boyolali, ya, Boyolali yang harus mengurusnya. Dari saku korban ditemukan KTP: namanya Bagong, umur 25 tahun, penduduk Desa Kedungjati, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan Purwodadi. Tentang penyebab kematian, belum diketahui persis. Yang berkerumun saling menduga. Misalnya, ada yang bilang lantaran jatuh dari kereta. Tapi, melihat tubuhnya utuh, ada yang menduganya sebagai korban pembunuhan. Setelah jelas si korban bukan penduduk sekitar situ, mereka sepakat melapor kepada polisi. Cuma, kesepakatan itu buyar karena mereka bingung harus melaporkannya kepada polisi daerah mana. Sebab, posisi mayat itu berada di titik sentral tapal batas tadi: kakinya masuk daerah Karanganyar, tubuh dan tangan kirinya masuk Boyolali, dan bagian kepala berada di daerah Sragen. Harap maklum, yang namanya garis batas itu bukan seperti Tembok Berlin, melainkan hanya berupa sungai. Di Sungai Cemoro itu membentang sang jembatan, tempat si mayat tergeletak. Ada mayat asing di situ bukan kali ini terjadi. Tapi dulu- dulunya penduduk cepat menggesernya ke daerah yang jelas. Maksudnya, supaya jangan jadi urusan daerah mereka. Tapi sekali ini, boleh jadi ada orang yang sengaja bikin problem, dan memindahkan si mayat persis di tengah jembatan. Akibatnya lumayan merepotkan pejabat di tiga kecamatan tersebut, yakni dandim, dokter puskesmas, kapolsek, kades, dan camat. Mereka juga hadir di situ. Sementara sang mayat belum dijamah apalagi diurus perdebatan yang nyaris berketiak ular itu sempat berjalan dua jam lebih. Kejadian awal Mei silam itu kemudian mencapai kata putus: karena kepalanya berada di sebelah utara, pihak utaralah, yakni Sragen, yang harus mengurusnya. Ini segera dikerjakan petugas dari Kepolisian Sektor Kalijambe, Sragen. Dan korban diserahkan kepada keluarganya. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini