SEBAGIAN gelandangan di kota-kota besar mengidap penyakit jiwa.
Mereka ditangkapi. Rumah-rumah sakit jiwa pun penuh sesak,
sernentara fasilitas serba terbatas.
Operasi penangkapan gelandangan sakit jiwa dilancarkan sejak
April lalu di hampir semua daerah seluruh Indonesia. Rumah-rumah
sakit jiwa di 14 kota -- Medan, Palembang, Jakarta, Bogor,
Cimahi, Semarang, Magelang, Yogyakarta, Klaten, Sala, Surabaya,
Malang, Bangli dan Ujungpandang--disiagakan.
"Operasi itu sengaja tidak diumumkan secara luas, khawatir hasil
penangkapan akan terlalu banyak," kata Prof. Dr. Kusumanto
Setyonegoro, Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen
Kesehatan. Soalnya, kapasitas rumah-rumah sakit jiwa itu
terbatas, sementara dana yang tersedia serta jumlah perawat
psikiatri belum memadai.
Para gelandangan yang ditangkapi di malam hari itu umumnya yang
berada di tempat-tempat umum--diutamakan yang tidak cacat fisik
terlalu berat dan berusia produktif (18 - 55 tahun). Setelah
diseleksi, yang waras disalurkan lewat Dinas Sosial untuk
dikembalikan ke masyarakat, setelah dibekali ketrampilan
tertentu. Yang sinting dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ). Mereka
mendapat perawatan gratis.
"Sebagai pendatang di kota besar, apalagi tanpa ketrampilan yang
memadai, gelandangan itu tersisih dari masyarakat. Mentalnya
juga kurang siap, akibatnya jiwanya pun terganggu. Gangguan tak
datang terus-menerus tanpa upaya pengobatan, hingga semakin
parah," kata Kusumanto. Mereka disebut juga gelandangan
psikotik. Dalam perawatannya golongan ini mencakup juga para
korban pemasungan.
Sabun & Shampoo
Untuk menanggulangi semakin banyaknya gelandangan psikotik itu,
tiga orang Menteri (Kesehatan, Sosial, Nakertrans) mengeluarkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) dengan menelurkan proyek
Peningkatan dan Pembinaan Usaha Rehabilitasi Pasien Mental serta
Penanggulangan Gelandangan Psikotik dan Korban Pasung."
Untuk seluruh Indonesia proyek itu menargetkan bisa menjaring
hampir 4000 orang gelandangan psikotik setiap tahun --
disesuaikan dengan kapasitas RSJ di 14 kota tadi. Dari jumlah
itu, 10-20% di antaranya korban pemasungan. Menurut Kusumanto,
penderita pemasungan paling banyak terdapat di luar Jawa,
khususnya Sumatera.
RSJ Grogol di Jakarta sejak Juli sampai Oktober 1981 menampung
100 gelandangan psikotik hasil operasi itu. "Umumnya mereka baru
tingkat schizophrenia yaitu penyakit jiwa yang belum terlalu
gawat. Pada taraf ini pasien baru bertingkah-laku aneh-aneh,
masih mudah diobati," kata dr. Nyoman Segel Sugianta, Direktur
RSJ Grogol.
Menurut Nyoman, gelandangan psikotik yang terjaring dalam
operasi itu, umumnya berpakaian compang-camping dan kotor.
"Pakaian itu terpaksa dibakar untuk menghilangkan bakteri yang
menempel," katanya. Repotnya pihak ,RSJ pula yang harus
menangani soal-soal kecil seperti mencukur rambut dan memandikan
mereka. "Untuk itu perlu sabun dan shampoo," tambahnya. Belum
lagi kalau ternyata mereka mengidap penyakit tertentu.
Di Yogya dari 140 gelandangan yang digaruk, 20 orang di
antaranya sakit jiwa. Sedang di Klaten dari 225 gelandangan yang
ditangkap, 52 yang menderita gangguan jiwa. Yang mengejutkan,
jumlah korban pasung di Yogya tak kurang dari 60 orang. "Dengan
adanya proyek ini, pasien rumah-rumah sakit jiwa bertambah
banyak," kata dr. Driyana, Direktur RSJ Klaten.
Sejak adanya proyek tersebut ada belasan gelandangan psikotik
dirawat di RSJ Kotamadya Medan. Tapi Direktur RSJ tersebut, dr.
Djamaluddin, belum dapat mengungkapkan persentase pasien yang
sembuh, "karena proyeknya sedang berjalan " Di Surabaya, proyek
gelandangan psikotik baru akan dilancarkan dua bulan mendatang.
"Sekarang kami sedang mempersiapkan gedung baru, setelah itu
baru melancarkan operasi," kata dr. R. Moeljono Notosoedirdjo,
Direktur RSJ Menur, Surabaya.
Di Ja-Tim ada dua RSJ, di Sumber Porong (Lawang, Malang) dan di
Menur, Surabaya. Masing-masing berkapasitas 1.200 dan 140 orang,
"sekarang semuanya sudah penuh," umbah dr. Moelono.
Di Ujungpandang dan Padang, operasi terhadap gelandangan
psikosis belum dimulai. Tapi Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya
Padang, dr. Syahrial Ismail, memang sudah bersiap-siap untuk
menampung para pasien baru.
Kesulitan pelaksanaan operasi ini memang mudah kelihatan,
seperti diakui beberapa pimpinan RSJ. Pasien-pasien RSJ terkenal
alot, lama baru dapat disembuhkan. Sementara itu, melalui
operasi ini, pasien-pasian baru pun berjejal. Beberapa RSJ
agaknya belum cukup siap menampung hasil operasi gelandangan
psikotik ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini