Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gelandangan Sinting Di Mana-Mana

Suatu operasi penangkapan gelandangan dilancarkan serentak di hampir semua daerah di Indonesia. Yang tergolong gelandangan psikotik di rawat gratis di rumah sakit jiwa. Daya tampung RSJ terbatas.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGIAN gelandangan di kota-kota besar mengidap penyakit jiwa. Mereka ditangkapi. Rumah-rumah sakit jiwa pun penuh sesak, sernentara fasilitas serba terbatas. Operasi penangkapan gelandangan sakit jiwa dilancarkan sejak April lalu di hampir semua daerah seluruh Indonesia. Rumah-rumah sakit jiwa di 14 kota -- Medan, Palembang, Jakarta, Bogor, Cimahi, Semarang, Magelang, Yogyakarta, Klaten, Sala, Surabaya, Malang, Bangli dan Ujungpandang--disiagakan. "Operasi itu sengaja tidak diumumkan secara luas, khawatir hasil penangkapan akan terlalu banyak," kata Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro, Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan. Soalnya, kapasitas rumah-rumah sakit jiwa itu terbatas, sementara dana yang tersedia serta jumlah perawat psikiatri belum memadai. Para gelandangan yang ditangkapi di malam hari itu umumnya yang berada di tempat-tempat umum--diutamakan yang tidak cacat fisik terlalu berat dan berusia produktif (18 - 55 tahun). Setelah diseleksi, yang waras disalurkan lewat Dinas Sosial untuk dikembalikan ke masyarakat, setelah dibekali ketrampilan tertentu. Yang sinting dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ). Mereka mendapat perawatan gratis. "Sebagai pendatang di kota besar, apalagi tanpa ketrampilan yang memadai, gelandangan itu tersisih dari masyarakat. Mentalnya juga kurang siap, akibatnya jiwanya pun terganggu. Gangguan tak datang terus-menerus tanpa upaya pengobatan, hingga semakin parah," kata Kusumanto. Mereka disebut juga gelandangan psikotik. Dalam perawatannya golongan ini mencakup juga para korban pemasungan. Sabun & Shampoo Untuk menanggulangi semakin banyaknya gelandangan psikotik itu, tiga orang Menteri (Kesehatan, Sosial, Nakertrans) mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) dengan menelurkan proyek Peningkatan dan Pembinaan Usaha Rehabilitasi Pasien Mental serta Penanggulangan Gelandangan Psikotik dan Korban Pasung." Untuk seluruh Indonesia proyek itu menargetkan bisa menjaring hampir 4000 orang gelandangan psikotik setiap tahun -- disesuaikan dengan kapasitas RSJ di 14 kota tadi. Dari jumlah itu, 10-20% di antaranya korban pemasungan. Menurut Kusumanto, penderita pemasungan paling banyak terdapat di luar Jawa, khususnya Sumatera. RSJ Grogol di Jakarta sejak Juli sampai Oktober 1981 menampung 100 gelandangan psikotik hasil operasi itu. "Umumnya mereka baru tingkat schizophrenia yaitu penyakit jiwa yang belum terlalu gawat. Pada taraf ini pasien baru bertingkah-laku aneh-aneh, masih mudah diobati," kata dr. Nyoman Segel Sugianta, Direktur RSJ Grogol. Menurut Nyoman, gelandangan psikotik yang terjaring dalam operasi itu, umumnya berpakaian compang-camping dan kotor. "Pakaian itu terpaksa dibakar untuk menghilangkan bakteri yang menempel," katanya. Repotnya pihak ,RSJ pula yang harus menangani soal-soal kecil seperti mencukur rambut dan memandikan mereka. "Untuk itu perlu sabun dan shampoo," tambahnya. Belum lagi kalau ternyata mereka mengidap penyakit tertentu. Di Yogya dari 140 gelandangan yang digaruk, 20 orang di antaranya sakit jiwa. Sedang di Klaten dari 225 gelandangan yang ditangkap, 52 yang menderita gangguan jiwa. Yang mengejutkan, jumlah korban pasung di Yogya tak kurang dari 60 orang. "Dengan adanya proyek ini, pasien rumah-rumah sakit jiwa bertambah banyak," kata dr. Driyana, Direktur RSJ Klaten. Sejak adanya proyek tersebut ada belasan gelandangan psikotik dirawat di RSJ Kotamadya Medan. Tapi Direktur RSJ tersebut, dr. Djamaluddin, belum dapat mengungkapkan persentase pasien yang sembuh, "karena proyeknya sedang berjalan " Di Surabaya, proyek gelandangan psikotik baru akan dilancarkan dua bulan mendatang. "Sekarang kami sedang mempersiapkan gedung baru, setelah itu baru melancarkan operasi," kata dr. R. Moeljono Notosoedirdjo, Direktur RSJ Menur, Surabaya. Di Ja-Tim ada dua RSJ, di Sumber Porong (Lawang, Malang) dan di Menur, Surabaya. Masing-masing berkapasitas 1.200 dan 140 orang, "sekarang semuanya sudah penuh," umbah dr. Moelono. Di Ujungpandang dan Padang, operasi terhadap gelandangan psikosis belum dimulai. Tapi Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya Padang, dr. Syahrial Ismail, memang sudah bersiap-siap untuk menampung para pasien baru. Kesulitan pelaksanaan operasi ini memang mudah kelihatan, seperti diakui beberapa pimpinan RSJ. Pasien-pasien RSJ terkenal alot, lama baru dapat disembuhkan. Sementara itu, melalui operasi ini, pasien-pasian baru pun berjejal. Beberapa RSJ agaknya belum cukup siap menampung hasil operasi gelandangan psikotik ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus