Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Washington Post Makin Ceroboh

Kredibilitas koran the Washington Post menurun. Setelah cerita bohong yang memenangkan hadiah Pulitzer membina kolom gosip (the ear), kini berurusan dengan bekas presiden Carter.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI lagi Tbe Washington Post (AS) terjerembab. Dalam kolom gosp The Far, koran itu menyinggung bekas Presiden Jimmy Carter. Menjelang Ronald Reagan (Januari) dilantik sebagai presiden, Carter dikisahkan memasang alat penyadap percakapan di Blai House, Wisma Negara di Washington. Dari rekaman percakapan sadapan tersebut, demikian The Ear (5 Oktober), Carter mendengar bahwa Nancy (istri Reagan) menginginkan agar dia menyingkir secepatnya dari Gedung Putih. Konon Nancy bermaksud segera memperbarui dekorasi gedung itu. Kisah itu rupanya sudah beredar luas, dan The Ear mengutipnya dari seorang sahabat kental Rosalynn (istri Carter). Hampir delapan tahun lalu, ketika berusaha membongkar skandal Watergate yang melibatkan para pembantu Presiden Nixon, koran itu memakai sebutan Deep Throat untuk sumber berita yang tak ingin dikenal. Sampai saat terakhir wartawan Post Bob Woodward dan Carl Bernstein membongkar skandal tadi, Benjamin Bradlee, Pemimpin Redaksinya, tetap tak mengenal Deep rhroat sesungguhnya. Tetap Tak Puas Namun sekali ini, sumber berita koran terkemuka di Washington itu tidak bisa diandalkan (not realiable). Buktinya, Post (14 Oktober) dalam tajuknya menulis bahwa "sama sekali tak mungkin bisa dipercaya" gosip tentang Blair House disadap ketika Nancy dan Reagan tinggal sementara di situ menjelang pelantikan. Menyadap percakapan orang lain, tulisnya lagi, bukanlah menjadi gaya Jimmy Carter. Karenanya "kami yakin bahwa desas-desus (yang ditulis dalam Tbe Ear) sama sekali tak mungkin bisa dipercaya." Tajuk rencana tersebut muncul sesudah Carter mengancam akan menuntut koran tadi ke pengadilan. Menyertai ancaman tadi, Carter juga meminta agar koran itu mencabut tulisan dalam gosipnya. Pemimpin Redaksi Ben Bradlee dan Ketua Dewan Penerbit Post Donald Graham konon menekan Meg Greenfield, redaktur editorial page, agar menulis permintaan maaf dalam tajuk rencana koran itu. Sesudah membaca tajuk rencana itu Carter ternyata tetap tidak puas. "Jelas The Washington Post memutuskan tak mau mencabut cerita tersebut dan mengajukan permintaan maaf," katanya. "Tajuk itu hanya menyatakan kisahnya yang keliru. Padahal kesalahan itu sudah mereka ketahui sejak awal sebelum cerita tersebut diterbitkan." Pernyataan Carter tersebut kemudian ditanggapi. Merasa posisinya lemah, Post (22 Oktober) menurunkan tulisan pemintaan maaf dari Ketua Dewan Penerbit Donald E. Graham di halaman pertama. Graham mengatakan bahwa korannya menerima informasi "dari sumber yang kami yakin bisa dipercaya dan diandalkan." Tapi "kami kini percaya cerita yang disampaikan kepada kami adalah salah, dan uk ada penyadapan di Blair House selama pemerintahan anda (Carter)." Graham juga mengirimkan surat permintaan maaf senada kepada Carter. Bagai gayung bersambut, Carter akhirnya membatalkan niatnya menuntut Post karena dianggap menyebarkan fitnah. Kendati demikian, dia mengkritik keputusan mencabut artikel tersebut dilakukan tujuh belas hari kemudian. Dalam pernyataannya, Carter mengecam koran yang begitu terkemuka itu masih mau menulis berita gosip yang tak bertanggungawab. The Ear semula suatu rubrik feature populer di koran sore Tbe Washington Star yang sudah mati (7 Agustus). Sejak September, Post (oplah 730 ribu) mengambil alih The Ear menjadi suatu kolom gosip. Upaya tersebut dikecam George . Will, kolomnis Newsweek, dalam suatu diskusi di televisi. "Kehadiran kolom gosip dalam suatu koran berpengaruh, seperti Post, tidak konsisten dengan misi dan martabatnya," katanya. Sesungguhnya kolom gosip, demikian Pemimpin Redaksi Bradlee, adalah "industri terbesar" di Washington. Tapi buat kedua kalinya, kredibilitas koran itu nyaris rontok. Post pernah jadi bulan-bulanan ketika artikel Jimmy's World (28 September 1980) yang ditulis Janet Cooke, wartawannya, ternyata merupakan cerita bohong belaka. looke yang sudah dinyatakan mendapat Pulitzer (April lalu) karena rulisan itu akhirnya mengembalikan hadiah tertinggi di bidang jurnalistik tadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus