SEKALI lagi Tbe Washington Post (AS) terjerembab. Dalam kolom
gosp The Far, koran itu menyinggung bekas Presiden Jimmy
Carter. Menjelang Ronald Reagan (Januari) dilantik sebagai
presiden, Carter dikisahkan memasang alat penyadap percakapan di
Blai House, Wisma Negara di Washington.
Dari rekaman percakapan sadapan tersebut, demikian The Ear (5
Oktober), Carter mendengar bahwa Nancy (istri Reagan)
menginginkan agar dia menyingkir secepatnya dari Gedung Putih.
Konon Nancy bermaksud segera memperbarui dekorasi gedung itu.
Kisah itu rupanya sudah beredar luas, dan The Ear mengutipnya
dari seorang sahabat kental Rosalynn (istri Carter).
Hampir delapan tahun lalu, ketika berusaha membongkar skandal
Watergate yang melibatkan para pembantu Presiden Nixon, koran
itu memakai sebutan Deep Throat untuk sumber berita yang tak
ingin dikenal. Sampai saat terakhir wartawan Post Bob Woodward
dan Carl Bernstein membongkar skandal tadi, Benjamin Bradlee,
Pemimpin Redaksinya, tetap tak mengenal Deep rhroat
sesungguhnya.
Tetap Tak Puas
Namun sekali ini, sumber berita koran terkemuka di Washington
itu tidak bisa diandalkan (not realiable). Buktinya, Post (14
Oktober) dalam tajuknya menulis bahwa "sama sekali tak mungkin
bisa dipercaya" gosip tentang Blair House disadap ketika Nancy
dan Reagan tinggal sementara di situ menjelang pelantikan.
Menyadap percakapan orang lain, tulisnya lagi, bukanlah menjadi
gaya Jimmy Carter. Karenanya "kami yakin bahwa desas-desus (yang
ditulis dalam Tbe Ear) sama sekali tak mungkin bisa dipercaya."
Tajuk rencana tersebut muncul sesudah Carter mengancam akan
menuntut koran tadi ke pengadilan. Menyertai ancaman tadi,
Carter juga meminta agar koran itu mencabut tulisan dalam
gosipnya. Pemimpin Redaksi Ben Bradlee dan Ketua Dewan Penerbit
Post Donald Graham konon menekan Meg Greenfield, redaktur
editorial page, agar menulis permintaan maaf dalam tajuk rencana
koran itu.
Sesudah membaca tajuk rencana itu Carter ternyata tetap tidak
puas. "Jelas The Washington Post memutuskan tak mau mencabut
cerita tersebut dan mengajukan permintaan maaf," katanya. "Tajuk
itu hanya menyatakan kisahnya yang keliru. Padahal kesalahan itu
sudah mereka ketahui sejak awal sebelum cerita tersebut
diterbitkan."
Pernyataan Carter tersebut kemudian ditanggapi. Merasa posisinya
lemah, Post (22 Oktober) menurunkan tulisan pemintaan maaf dari
Ketua Dewan Penerbit Donald E. Graham di halaman pertama.
Graham mengatakan bahwa korannya menerima informasi "dari sumber
yang kami yakin bisa dipercaya dan diandalkan." Tapi "kami kini
percaya cerita yang disampaikan kepada kami adalah salah, dan uk
ada penyadapan di Blair House selama pemerintahan anda
(Carter)." Graham juga mengirimkan surat permintaan maaf senada
kepada Carter.
Bagai gayung bersambut, Carter akhirnya membatalkan niatnya
menuntut Post karena dianggap menyebarkan fitnah. Kendati
demikian, dia mengkritik keputusan mencabut artikel tersebut
dilakukan tujuh belas hari kemudian. Dalam pernyataannya, Carter
mengecam koran yang begitu terkemuka itu masih mau menulis
berita gosip yang tak bertanggungawab.
The Ear semula suatu rubrik feature populer di koran sore Tbe
Washington Star yang sudah mati (7 Agustus). Sejak September,
Post (oplah 730 ribu) mengambil alih The Ear menjadi suatu kolom
gosip. Upaya tersebut dikecam George . Will, kolomnis Newsweek,
dalam suatu diskusi di televisi. "Kehadiran kolom gosip dalam
suatu koran berpengaruh, seperti Post, tidak konsisten dengan
misi dan martabatnya," katanya.
Sesungguhnya kolom gosip, demikian Pemimpin Redaksi Bradlee,
adalah "industri terbesar" di Washington. Tapi buat kedua
kalinya, kredibilitas koran itu nyaris rontok. Post pernah jadi
bulan-bulanan ketika artikel Jimmy's World (28 September 1980)
yang ditulis Janet Cooke, wartawannya, ternyata merupakan cerita
bohong belaka. looke yang sudah dinyatakan mendapat Pulitzer
(April lalu) karena rulisan itu akhirnya mengembalikan hadiah
tertinggi di bidang jurnalistik tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini