Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Generasi milenial atau yang dikenal juga dengan istilah generasi Y adalah generasi yang tumbuh seiring perkembangan teknologi. Generasi ini lahir antara tahun 1980-2000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak bisa dipungkiri eksistensi generasi milenial saat ini mendominasi dunia kerja. Bahkan, Creative Enterpreneur dan penulis buku Yoris Sebastian mengatakan 50 persen orang yang produktif di dunia kerja adalah generasi milenial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, generasi ini memiliki citra buruk dalam dunia pekerjaan. Mereka disebut generasi yang suka berpindah-pindah kerja atau kutu loncat. Yoris mengatakan hal ini wajar lantaran generasi milenial memiliki hati yang lebih sensitif.
Artikel terkait:
Generasi Milenial, Apa Sih Kelebihannya?
Generasi Milenial Senang Berganti Pekerjaan, Ini yang Dicari
4 Kiat buat Generasi Milenial untuk Menghindari Depresi
Aneka Gangguan Mental Menyerang Generasi Milenial, Apa Sebabnya?
Ia mencontohkan, saat dimarahi atasan, generasi nonmilenial akan masuk kuping kanan dan keluar lewat kuping kiri. Namun pada generasi milenial, mereka cenderung memasukkan semuanya ke dalam hati.
“Finansial bukannya tidak penting tetapi lingkungan kerja sangat mempengaruhi. Selain finansialnya bagus, mereka ingin hatinya juga bagus. Ini menentukan performa mereka,” terang Yoris di Jakarta, Rabu, 17 Juli 2018.
Selain masalah kenyamanan, soal gengsi juga menjadi salah satu pemicu generasi milenial suka berpindah-pindah pekerjaan. Dalam hal ini, generasi milenial cenderung lebih memilih untuk bekerja di kantor dengan gedung yang bagus atau gaji yang lebih besar. Ditambah, pengaruh media sosial juga menjadi pemicu lain generasi milenial menjadi kutu loncat di dunia kerja.
“Ada gengsi, dia pingin kerja di kantor yang keren. Selain kantor keren, pengaruh media sosial. Melihat temannya atau orang yang enggak dia kenal promosi lagi, itu jadi pressure buat dia,” jelas Yoris.
Kendati begitu, Yoris sendiri memberikan dukungan bagi generasi milenial untuk pindah-pindah kerja sebab menjadi kutu loncat memiliki kelebihan sendiri.
Ia mencontohkan dengan berpindah kerja mereka bisa mengembangkan diri lebih jauh namun dengan catatan untuk tetap berada pada jalur dan kemampuannya. Jika tidak, ini tidak akan memberikan perubahan yang lebih baik bagi mereka.
Sama halnya dengan mereka yang tetap memilih untuk bertahan pada satu perusahan juga memiliki keuntungannya sendiri. Untuk mereka, ini akan mempermudah untuk mencapai jenjang karier yang lebih tinggi.
Ilustrasi Generasi Milenial. jonathanbecher.com
“Biasanya kalau yang dinaikan jabatan adalah orang yang sudah lama bekerja di kantor itu,” katanya.
Yoris melanjutkan, untuk membuat para kaum milenial ini betah bekerja di satu tempat harus memiliki trik khusus. Ini mengingat generasi milenial ada yang suka tantangan dan berkarya.
Usahakan setiap kantor selalu memberikan tantangan kepada para karyawan secara rutin agar tidak monoton. Tidak ketinggalan juga, komunikasi yang baik antara atasan dan karyawan adalah kunci terpenting untuk membuat generasi milenial bertahan pada satu perusahaan.
“Bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan generasi ini dan menyesuaikan diri dengan generasi milenial. Milenial sekarang ini tidak gampang diatur. Jika tidak, mereka cenderung mundur perlahan,” tutur Yoris.