KEBUTUHAN berkonsultasi dengan psikiater dianggap sebagai hal
yang memalukan di Uni Soviet. "Di negeri komunis itu, perawatan
jiwa lebih ditekankan pada pemberian obat daripada konsultasi
psikis," tulis Dr. Walter Reich dalam majalah New York Times,
Januari lalu.
Reich adalah anggota Institut Kennan untuk Studi Lanjutan
Masalah-masalah Rusia pada Woodrow Wilson International Center
for Scholars di Washington. Ia belum lama berselang berkunjung
ke Soviet dan berbicara dengan Dr. Andrei Snezhnevsky, kepala
Institut Psikiatri Moskow, yang terkenal karena konsepnya yang
mengejutkan tentang schizophrenia - semacam penyakit jiwa yang
lebih banyak disebabkan oleh terganggunya perasaan dan kemauan
daripada pikiran.
Meski ada perbedaan mengenai psikiatri di Soviet dan Amerika,
konsep mereka tentang penyakit jiwa, dalam beberapa hal,
menunjukkan persamaan. Jumlah penderita penyakit jiwa di kedua
negara pun kurang lebih dapat dikatakan sama. Yang berbeda
adalah definisi mereka tentang penyakit jiwa, dan kadang-kadang
dugaan sebab-sebabnya. Para dokter jiwa Amerika hampir
seluruhnya menaruh perhatian lebih besar pada penyakit yang
umumnya dikenal sebagai neurosis (sakit saraf). Sementara
rekan-rekan mereka dari Soviet menaruh minat lebih besar pada
kondisi psikiatris yang dikenal sebagai psikosis (penyakit
kesadaran jiwa atau gila).
Tahun-tahun belakangan ini ilmu kedokteran jiwa di Soviet
mencurahkan perhatian lebih besar lagi pada jenis psikosis yang
paling penting dan banyak terdapat di sana: schizophrenia. Dan
konsep Snezhnevsky tentang schizophrenia telah banyak mengubah
ilmu kedokteran jiwa Soviet. Perubahan itu terjadi bukan ka.ena
perintah dari atas, melainkan berkat bantuan para peneliti,
pengikut, dan Fara mahasiswa Snezhnevsky yang menyebar-luaskan
ajarannya ke seluruh negeri. Dengan demikian konsep dan definisi
Snezhnevsky menjadi standar dan merupakan cara pendekatan khas
Soviet untuk memahami, mendiagnosa, dan mengobati penyakit jiwa.
Sejak akhir 1960-an Soviet telah menerapkan teori-teori tentang
sakit jiwa dari Snezhnevsky terhadap kaum pembangkang di sana.
Tindakan itu mengguncangkan Barat. Mereka menuduh para dokter
jiwa Soviet menganggap kaum pembangkang yang jiwanya sehat
sebagai orang gila. Terutama sejak dinas rahasia Soviet, KGB,
mulai dipimpin Yuri Andropov, yang secara teratur mengirimkan
para pembangkang kepada dokter jiwa untuk diperiksa. Maksudnya,
untuk mencemarkan mereka sebagai orang yang jiwanya tidak sehat.
Di rumah sakit untuk orang gila itu para pembangkang disiksa
cukup berat. Mereka diberi injeksi yang menyebabkan abses, atau
sawan. Tidak jarang pula dibungkus dalam kain basah yang menciut
jika kering.
Dalam kongres ke-6 Perhimpunan Psikiatri Sedunia di Honolulu,
Snezhnevsky, yang memimpin delegasi Soviet, diserang
habis-habisan karena dituduh menyalahgunakan ilmu kedokteran
jiwa. Pada kongres ke-7 di Wina, Juli nanti, ancaman lain sudah
pula menunggu. Dua resolusi yang disiapkan Perhimpunan Dokter
Jiwa Amerika dan Inggris mengusulkan agar Soviet diskors dari
keanggotaan perhimpunan dunia itu.
Snezhnevsky sendiri diusulkan pula dipecat dari anggota
kehormatan Perhimpunan Psikiatri Amerika yang dianugerahkan
kepadanya 12 tahun lalu. Dalam karirnya ia pernah memeriksa
sejumlah pembangkang, antara lain, ahli matematika Leonid
Plyushch dan biolog Zhores Medvedev - keduanya dituduh telah
menyusun suatu sistem diagnosa yang bisa digunakan untuk
kepentingan politik.
Berdasarkan keterangan para pembangkang yang meninggalkan Soviet
- termasuk mereka yang pernah dimasukkan ke rumah sakit jiwa
sebagai orang gila dan beberapa dokter jiwa yang pernah bekerja
di rumah sakit Snezhnevsky - diperoleh kesimpulan banyak
pelajaran yang bisa dipetik dari dunia psikiatri Soviet. Antara
lain, tentang cara orang Soviet berpikir, berbicara, memandang
satu sama lain, dan bagaimana mudahnya ilmu kedokteran jiwa
disalahgunakan. Dari wawancara dan penelitian itu yang tampak
paling menonjol adalah: penggunaan teori schizophrenia
Snezhnevsky untuk mendiagnosa dan menyekap para pembangkang
Soviet di rumah sakit.
Berikut ini laporan Reich: Saya menemui Snezhnevsky di kantornya
- rumah sakit jiwa Institut luas dan ditata dengan gaya antik
sebelum Revolusi Bolsyewik. Sebuah potret ukuran besar pengarang
AS Ernest Heminway tampak menyolok di antara foto para tokoh
kedokteran Soviet yang dipasang di tembok. "Penulis kegemaran
saya," katanya. "la sangat populer di negeri kami."
Lalu saya tanya Snezhnevsky tentang penyakit jiwa yang mereka
anggap bisa dicegah. Ia menyebut kasus-kasus borderline -
orang-orang yang tidak menunjukkan gejala kehilangan hubungan
psikotik dengan kenyataan, seperti halusinasi atau delusi, yang
selama 0 tahun dikenal sebagai schizophrenia.
Snezhnevsky mengatakan ada tiga bentuk utama schizophrenia.
Bentuk yang terus-menerus. Bentuk berkala (ada saat-saat akut,
tetapi setelah tiap episode pasiennya kembali sehat). Dan bentuk
peralihan, juga ada episode-episode akut, tetapi keadaan pasien
dari tiap episode lebih buruk dari sebelumnya). Tiap keadaan
penyakit ini mengandung tingkat keparahan yang besar. Jadi tiap
orang bisa menderita bentuk schizophrenia "ganas" yang diiringi
kemerosotan mental sangat cepat, atau menderita bentuk ringan
yang disebut Snezhnevsky sebagai lembam (sluggish).
Schizophrenia jenis "lembam" inilah yang banyak diterapkan
terhadap para pembangkang - di samping dalam praktek sehari-hari
psikiatri Soviet. Yang paling mencemaskan, berdasarkan teori
Snezhnevsky, schizophrenia "lembam" dapat didiagnosakan
sedemikian rupa atas dasar tingkah laku yang menunjukkan ciri
nonpsikotik. Ciri ini bertentangan dengan definisi Barat, bahkan
bisa dianggap normal.
Untuk membenarkan teorinya, sejak menjabat direktur lembaga itu
tahun 1962, Snezhnevsky mengerahkan stafnya mengadakan
penelitian. Yang diperiksa termasuk para anggota keluarga
penderita schizophrenia, untuk mengetahui apakah mereka
menunjukkan kelainan jiwa.
Jika memang ditemukan, para peneliti hampir selalu menyimpulkan
bahwa anggota keluarga itu memang mengidap penyakit yang sama
dengan pasien - seperti dirumuskan Snezhnevsky - atau lebih
ringan.
Dengan kata lain, jika pasien pertama ditemukan menderita
schizophrenia "peralihan", dan jika ia punya keluarga penderita
schizophrenia, . maka keluarganya itu hampir selalu dinyatakan
menderita schizophrenia jenis peralihan. Dan jika ia punya
anggota keluarga, meskipun tidak schizophrenia, memperlihatkan
ciriciri kelainan jiwa, dalam beberapa hal ciri itu dinyatakan
sama dengan gejala yang menurut ajaran Snezhnevsky terdapat pada
schizophrenia peralihan.
Ratusan pasien dan ribuan anggota keluarganya, termasuk
anak-anak dari orangtua yang schizophrenia, diperiksJdalam
penelitian ini. Secara teoritis studi tersebut sangat memperkuat
konsep Snezhnevsky. Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa
bentuk-bentuk schizophrenia itu turun-temurun.
Jika benar teori ini merupakan revolusi dalam ilmu kedokteran
jiwa, banyak teoritisi Barat, terutama di Eropa, berusaha
membedakan bentuk schizophrenia berdasarkan ciri klinis pasien -
cara mereka bicara dan bertingkah laku. Tapi tak pernah bisa
dibuktikan bahwa schizophrenia merupakan penyakit turunan. Tak
pernah ditemukan, misalnya, seorang schizophrenia paranoid
mempunyai sepupu yang schizophrenia.
Saya mengecam cara penelitian staf Snezhnevsky. Studi mereka tak
dapat diterima, hasil-hasilnya terlampau sempurna, metodenya
penuh kekurangan. Dalam studi terhadap keluarga, misalnya,
psikiater yang mendiagnosa pasien asli, juga memeriksa para
anggota keluarga itu, dan tahu bagaimana hubungan mereka. Jadi
eksperimen itu tidak dilakukan secara "buta" - ini bertentangan
dengan prinsip metodologi penelitian. Lagi pula, para peneliti
itu menguji teori direktur mereka sendiri.
Kebanyakan studi itu dilakukan menurut kerangka Snezhnevsky atau
atas dorongannya sendiri. Sebagian peneliti itu bekerja untuk
mempertinggi gelar kesarjanaannya, dan ini tergantung pada
suksesnya penelitian mereka. Yang lain baru saja memulai
karirnya di lembaga itu dan . ingin menjadi staf tetap. Dengan
demikian penemuan riset itu seperti berlomba-lomba untuk
membuktikan kebenaran teori Snezhnevsky.
Tambahan lagi majalah Neuropatologi dan Psikiatri Korsakov,
satu-satunya jurnal psikiatri yang terbit di Soviet, dan karena
itu pula satu-satunya media yang menyiarkan hasil penelitian
mereka, pemimpin redaksinya adalah Snezhnevsky sendiri.
Kemudian saya bertanya tentang manfaat klinis gagasannya.
Kalaulah sistem diagnostiknya benar, kata saya, terlalu bahaya
menggunakannya. Sebab sistemnya terlalu luas, terlalu inklusif,
terlalu mudah mengakibatkan orang berpenyakit !ain dinyatakan
sebagai schizophrenia.
Barangkali, lanjut saya, beberapa anggota keluarga penderita
schizophrenia menunjukkan gejala ringan karena mereka menderita
versi ringan penyakit yang sama. Tapi bagaimana dengan orang
yang sedang keluyuran di Jalan Gorki yang menunjukkan gejala
ringan serupa tapi tak punya anggota keluarga yang
schizophrenia? Kenapa ia disebut schizophrenia? Mungkin dia itu
seniman eksentrik. Mungkin pula salah asuhan. Atau batinnya
sedang tertekan. Mungkin juga banyak atau bahkan sebagian besar
penderita, yang gejalanya termasuk kriteria schizophrenia
"lembam", tidak menderita penyakit itu, dan tidak akan pernah
menderitanya. Ciri tingkah laku yang diperlihatkannya
sesungguhnya termasuk kondisi neurotik, kepribadian yang kacau,
-atau malah normal sama sekali.
Snezhnevsky membantah peritingnya diagnostik itu. "Dokter yang
baik harus bisa membedakan schizophrenia ringan dengan kondisi
noschizophrenia,' katanya.
Teori-teori Snezhnevsky muncul selama tahun 1940-an dan 1950-an
di bawah pengaruh sejumlah gurunya dan mencapai kematangannya
awal 1960-an. Waktu itu pengiriman pembangkang ke rumah sakit
jiwa belum banyak terjadi. Teori-teori itu memang disusun
terlepas dari tujuan pemakaiannya untuk mendiagnosa pembangkang
Soviet.
Tapi tak berarti bahwa teori Snezhnevsky tidak ada hubungannya
dengan diagnosa itu. Justru kekurangan-kekurangan teori itulah
yang menyebabkannya mudah diterapkan pada kaum pembangkang.
Konsep Snezhnevsky hanyalah sebagian dari alasan mengapa para
pembangkang didiagnosa sebagai orang sakit jiwa.
Dalam beberapa kasus, pembangkang Soviet dimasukkan ke rumah
sakit jiwa karena sengaja didiagnosa demikian. Tapi ada juga
yang memang sakit jiwa. Tampak oleh saya sebagian besar
pembangkang Soviet dinyatakan sakit bukan karena perintah KGB
kepada para psikiater, dan bukan pula lantaran mereka memang
sakit. Tapi oleh sebab-sebab lain.
Dalam konteks masyarakat Soviet, para pembangkang mengandung
unsur penyimpangan. Mereka dianggap aneh karena tingkah laku dan
cara bicaranya tidak sama dengan penduduk Soviet lain. Bukankah
aneh, kalau seseorang secara terang-terangan melakukan dan
mengatakan hal-hal yang, berdasarkan kondisi kehidupan politik
Soviet, diketahui sebagai berbahaya? Berdasarkan laporan seorang
pejabat KGB yang memeriksa seorang pembangkang, para penghujat
itu sering merasakan sesuatu yang asing. Anggapan seseorang aneh
bukan tidak sering diikuti kecurigaan bahwa keanehan itu
disebabkan penyakit jiwa. Dan begitu kecurigaan itu muncul dalam
pikiran para penguasa Soviet, mereka beralasan kuat memanggil
psikiater untuk memeriksa si pembangkang.
Prosedur undang-undang hukum pidana Soviet mengharuskan
konsultasi dengan psikiater dalam segala perkara - bukan hanya
politik --jika pemeriksa kesehatan meragukan jiwa si tertuduh.
Di bawah sistem hukum Soviet yang birokratis seorang pejabat
lebih suka melindungi diri dengan meminta bantuan psikiater
daripada nantinya ditegur. Pengadilan atas pembangkang yang
dinyatakan sakit dan harus dirumahsakitkan juga tidak terlalu
repot. Karena yang memberi sebagian besar keterangan dalam
sidang adalah psikiater yang mendiagnosa penyakit tertuduh. Ini
merupakan alasan lain untuk memanfaatkan tenaga dokter jika
terdapat keraguan mengenai kesehatan jiwa seorang pembangkang.
Psikiater yang diminta memberikan penilaian diagnostiknya itu
adalah warganegara Soviet sendiri. Mereka hidup dalam kebudayaan
yang sama, dipengaruhi oleh kenyataan-kenyataan politik yang
sama, dan mempunyai persepsi sosial yang sama. Dalam menetapkan
sakit tidaknya seseorang, si psikiater sangatlah tergantung pada
asumsi tentang apa yang lazim dan diinginkan dalam
masyarakatnya. Dan ketika berhadapan dengan si pembangkang ia
mungkin akan punya perasaan aneh yang sama seperti dirasakan
agen KGB. Dan seterusnya mengira si terdakwa mungkin sakit.
Seandainya dugaan itulah yang timbul dalam pikiran psikiater,
tidaklah sulit baginya menemukan kategori penyakit untuk
dinyatakan pada si pembangkang. Dan kategori yang sering dipakai
adalah schizophrenia "peralihan" ciptaan Snezhnevsky. Dan semua
ini dilakukan si pemeriksa dengan sadar.
Snezhnevsky merengut mendengar uraian saya yang mirip ceramah.
Kendati--saya tidak mengatakan semua diagnosa sakit jiwa dalam
kasus pembangkang dilakukan oleh psikiater yang tahu bahwa
pasiennya sehat. Sebagian psikiater memang tahu bahwa
pembangkang yang mereka diagnosa sebagai sakit itu, sesungguhnya
sehat. Saya tidak pula mengatakan Snezhnevsky sengaja
menciptakan prasarana yang memungkinkan salah-diagnosa itu.
Yang saya katakan karena sifat kehidupan politik di Soviet dan
persepsi sosial yang terbentuk dalam kehidupan itu, maka
tingkah-laku membangkang benar-benar dianggap aneh di sana.
Karena sifat dari sistem diagnostik Snezhnevsky, dalam beberapa
kasus, keanehan itu disebut schizophrenia. Jadi, dalam banyak
diagnosa seperti itu, bukan hanya KGB dan pejabat lain yang
bertanggung jawab, juga karena para psikiater sendiri
sungguh-sungguh percaya bahwa para pembangkang itu sakit.
Ini bagi saya jauh lebih menakutkan daripada penyalahgunaan ilmu
kedokteran jiwa di mana para psikiater hanya menerima
perintahperintah dari KGB. Kalau hal semacam ini bisa terjadi,
apa artinya, dunia psikiatri maupun masyarakat Soviet.
Snezhnevsky terdiam. Wakilnya, dr. Martan Vartanyan, orang
Armenia yang disiapkan menjadi juru bicara profesi psikiatri
Soviet kepada dunia, dan jadi penerjemah dalam pembicaraan kami,
mencoba menengahi. "Kita perlu bicara baik-baik, dan
menyelesaikan persoalan ini untuk mencapai pengertian," katanya.
"Janganlah ini digunakan untuk tujuan politik tertentu."
Kesediaan Vartanyan mmbicarakan hal ini dengan pihak Barat
bukannya tidak mengandung risiko. Bagi pihak Barat risikonya
adalah kemungkinan melemahkan rencana mereka untuk memecat atau
menskors Soviet di Wina, Juli nanti. Bagi Vartanyan, risikonya,
paling tidak, harus bersedia mengakui bahwa memang telah terjadi
kesalahan diagnosa.
Kesediaan Vartanyan membicarakan masalah ini rasanya tak banyak
manfaatnya. Ia mengusulkan agar sarjana-sarjana Barat meneliti
berkas-berkas pemeriksaan psikiater Soviet terhadap orang-orang
yang oleh pihak Barat digolongkan masuk rumah sakit karena
alasan politik. Tapi tak ada jaminan, apakah berkas-berkas itu
bisa dipercaya kebenarannya. Apalagi kaus siapa-siapa saja yang
akan diteliti, ditentukan oleh pihak Soviet.
Rencana perhimpunan psikiater Amerika dan Inggris untuk
menskcrs Soviet di Wina nanti, juga tidak akan menyelesaikan
soal. Kalau usul itu tidak disetujui kongres, berarti Soviet
beroleh kesempatan untuk menyatakan kepada dunia tentang sahnya
praktek-praktek penyalagunaan psikiatrinya selama ini. Sedangkan
kalau Soviet benar-benar dipecat dari keanggotaan organisasi
psikiatri internasional itu akan tertutuplah jalan bagi dunia
luar untuk mengetahui seluk-beluk praktek psikiatri negeri
tersebut. Paling tepat tampaknya Perhimpunan Psikiatri Sedunia
mengesahkan resolusi mengirim utusan untuk memeriksa orang-orang
yang dikabarkan "dirumahsakitkan" karena alasan-alasan politik.
Dengan demikian akan terbuka kemungkinan memaksa Soviet
mengizinkan pemeriksaan kembali para pembangkang yang diduga
telah jadi korban salah-diagnosa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini