Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gubernur Tjokro tentang Jakarta

31 bulan sudah tjokropranolo menduduki kursi gubernur dki jakarta. kali ini ia bicara soal penduduk, condet, kendaraan umum, wadam & tempat hiburan. (kt)

22 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA puluh satu bulan mengelola Jakarta, Gubernur Tjokro tak banyak berubah Tetap santai dan apa adanya. Berikut ini beberapa pendapatnya entang masalah ibukota yang dikelolanya. Penduduk Jakarta yang kini telah meningkat menjadi sekitar 5,4 juta, memerlukan daerah pemukiman baru. Di tahun 1977/78, telah disediakan tanah seluas 250 ha di pinggiran kota, mulai dari Pondok Bambu sampai Cengkareng. Tahun mendatang, daerah Cengkareng direncanakan dijadikan tempat pemukiman yang lebih luas lagi, yaitu 300 ha. Yang menjadi masalah ialah tanah-tanah yang ada di dalam kota yang termasuk kategori Konsesi Barat (eigendom). Jumlahnya ada 17.000 bidang pemilikan dan hak eigendom itu akan terakhir pada tanggal 24 September, 1980. Condet Daerah Condet seluas 8.020 ha 3 April 1976 diresmikan jadi kawasan cagar budaya. Nasibnya kini tidak jelas, apakah Condet akan jadi semacam "museum alam" atau tergolong proyek MHT yaitu perbaikan kampung. Sementara itu, rumah-rumah gedung di daerah ini makin bertambah, juga kebun buah-buahan seperti salak atau duku telah berubah menjadi kebun anggrek. Sawah-sawah pun telah hilang diganti bangunan. Kata Tjokro: "Ada beberapa pertimbangan. Pertama kami juga harus mengingat bahwa penduduk asli Condet pun tidak boleh dilarang untuk merubah jalan hidupnya, misalnya petani buah-buahan kemudian menjadi pekerja pabrik. Mustahil untuk tidak berubah, sementara lingkungannya begitu berlainan. Kedua: kalau memang kita berniat untuk melestarikan dan mencagar-alamkan Condet, DKI harus membeli kawasan itu. Kemampuan beli itulah yang tidak ada. Kalau saja ada uangnya, DKI bisa memagari kawasan itu dan dilestarikan." Diduga, akhir Pelita III (83/84) penduduk Jakarta akan meluap sampai sekitar 7 juta orang. Tahun ini baru ada 2.645 buah bis kota, 533 bis mini 5.207 taksi dan 9.588 buah angkutan ke-lV. Pemandangan setiap hari sekarang orang-orang berderet menunggu bis yang telah padan Apalagi oplet-angkutan yang lebih praktis --akan dihapus. Jawaban Tjokro "Bukan dihapus, tapi akan diremajakan secara bertahap. Kapan, kami juga belum menentukan waktunya. Tetapi dari 3.005 oplet yang terdaftar di DKI, baru ada 1.800 yang mendaftarkan diri untuk turut meremajakan kendaraannya. Kepastian atau peraturan tentang hal ini juga belum ada. Sekarang sedang diajukan prototype bentuk oplet yang baru di Departemen Perindustrian. Kami mengajukan model pick-up yang nantinya akan dijadikan station wagon. Tentu akan ada peraturan kredit ringan, seperti halnya metromini. " "Sudah pasti, kakilima tidak bisa dihilangkan begitu saja," ujar Tjokro, "dan saya juga tidak berniat untuk menghilangkan, tetapi menertibkannya. Mereka yang dikejar-kejar oleh Kamtib adalah kakilima liar." Area kakilima yang sudah resmi antara lain sepanjang Jalan Surabaya, Jalan Kendal. Kalau dulu ada ungkapan "Yang kaya membantu yang miskin" dengan adanya pusat-pusat pertokoan mewah, rupanya kini "yang kaya tetap menjadi penghasil pajak yang besar untuk membantu pedagang kecil. Misalnya bantuan modal untuk kakilima yang ada di Tanah Abang atau Pasar Inpres Senen. "Saya ingin menaikkan gengsi pedagang kakilima ke pasar. Kalau dulu dia pengecer, mudah-mudahan bisa jadi grosir." Perhatian Gubernur DKI tampaknya banyak tertumpah pada industri kecil yang dikelola di rumah-rumah. Sepatu buatan (daerah) Karet terpajangdi kamar tamunya. "Sebaiknya, orang Jakarta ini jangan hanya jadi penduduk yang konsumtif melulu. Tetapi juga memproduksi. Tidak usah besar-besaran. Setiap orang yang mempunyai usaha industri kecil, asal dia mengajukan rencananya dengan baik, kami akan sokong dengan kredit. Bukan minta duit dulu, baru bikin rencana." Tambahnya lagi: 'Jakarta kini telah meng"ekspor" barang-barangnya ke daerah lain. Pakaian jadi, telur, bahkan tanaman yang kini saya perbolehkan pedagang tanaman di sepanjang trotoar, mulai dibeli oleh orang luar Jakarta." "Jumlahnya hanya sebagian kecil saja dari seluruh penduduk Jakarta. Saya tahu di siang hari mereka juga punya pekerjaan. Jadi tidak melarat betul. Karena itu, saya tidak mentolerir adanya lokalisasi atau merestui eksistensi mereka. Sebab akibatnya bisa bertambah jumlahnya. Yang sedikit itu biar saja ditangani para psikolog," kata Tjokro tentang para banci. Di Jakarta kini, ada 82 lokasi bilyar steambath tinggal 15 buah, diskotik ada 6, klub malam ada 18 buah, 3 buah kasino dan 3 lotto-fair. Izin mereka biasanya hanya setahun-setahun. Steambath misalnya, tidak lagi mengalami zaman keemasan. Bahkan banyak yang senen-kemis nafasnya. "Steambath itu didiamkan saja, lama-lama nanti 'kan mati sendiri. Baru saja, tiga steambath almarhum. Pengunjung semakin sepi, katanya masseum-nya tua-tua." Masalah mahyong yang pernah heboh, Tjokro berpendapat "Karena ribut, ya sudah, nggak jadi kami lokalisir. 8karang saya biarkan itu Kamtib menadakan penggerebekan di rumah-rumah di Glodok dan sekitarnya." Perlu diketahui, pendapatan pajak judi adalah tetap yang terbesar. Tahun Anggaran 1979/80, diharapkan akan berhasil meraih Rp 7.125 juta dari judi, tetapi realisasinya bahkan berhasil menggondol Rp 8 milyar lebih. Tentang ditutupnya tempat mandi uap dan tanpa adanya penyaluran para pegawai (wanita) ke lapangan kerja yang lain, Tjokro berpendapat "Dari pada para pemilik steambath yang katanya mau menolong para wanita itu, tetapi bahkan memperalat, biar saja dia lepas dari cengkraman kerja semacam itu. Kecuali, kalau pemilik steambath itu datang kepada saya dan berkata dia akan membuka pabrik kaos misalnya. Itu justru akan saya bantu penuh. Terlantar sebentar tidak apa, dari pada sama sekali kecemplung di pekerjaan begituan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus