Perebutan di jalan raya

SELAIN sempit, Kota Bandung sering diganggu kemacetan lalulintas. Kendaraan terus bertambah, sementara panjang jalan di seluruh kota tetap saja 400 km. Malahan pihak balaikota terakhir mencatat jumlah penduduk (1,4 juta) dan jumlah kendaraan bermotor (240.000-di luar milik ABRI) telah berbanding 1-6. Kemacetan lalulintas lebih-lebih lagi karena sekitar 60% dari panjang jalan yang ada digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Kendaraan-kendaraan merayap di sela-sela jalan sempit, sementara di kiri kanan tercogok mobil-mobil yang parkir, terkadang malang melintang. Pemandangan begitu lebih jelas lagi misalnya di sekitar pasar, bioskop bahkan beberapa jalan protokol. Melebarkan jalan agaknya usaha yang terus dilakukan pihak Balaikota Bandung meskipun dengan sedikit hati-hati. Mungkin karena tindakan begitu selalu menelan korban oleh pengguuran. Sehingga ketika dua pekan lalu Walikota Husen Wangsaatmadja mengumumkan rencananya untuk membangun tempat parkir khusus, taklah begitu mengherankan. Untuk tahap pertama tempat parkir itu akan didirikan di dekat Pasar Cikapundung. "Ini masih jauh dari mencukupi," kata Walikota Husen, "karena itu akan ada tempar parkir serupa di tempat lain . " Husen memang mengakui pembuatan tempat parkir serupa itu sudah terlambat. Sehingga berakibat seperti sekarang ini jalan-jalan di sekitar pasar-pasar dan bangunan-bangunan umum lainnya disita untuk tempat parkir. Peraturan tentang keharusan membuat tempat parkir sendiri bagi bangunan, memang baru kemudian dibuat, yaitu setelah masalah perparkiran menjadi penyakit utama la lulintas di kota ini.