Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Gulungan Api dari Sabun Batangan

Bahan peledak di JW Marriott adalah karya Azahari. Bagaimana dia memompa kekuatan bomnya?

16 November 2003 | 00.00 WIB

Gulungan Api dari Sabun Batangan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TIDAK berlebihan jika Dr. Azahari dijuluki demolition man—kalau pengakuan sumber-sumber tulisan ini berkata benar. Sebagai "sang penghancur", dia bisa beraksi dengan bahan-bahan yang tidak pernah Anda pikirkan: bumbu dapur dan sabun cuci. Ditambah perkakas remeh-temeh yang lain, di tangan Azahari bahan-bahan sepele itu bisa menjelma menjadi trigger sebuah ledakan yang meluluh-lantakkan apa saja. Kecanggihan rakitan Azahari ditunjukkannya di Hotel JW Marriott, 5 Agustus 2003, menurut pengakuan Tohir dan Ismail kepada polisi pekan lalu.

Dua nama itulah yang membantu sang jawara bom asal Malaysia tersebut merakit bahan peledak. Kedua orang yang ditangkap polisi di Cirebon tersebut mengaku merakit sirkuit mematikan itu selama beberapa minggu. Bahan baku bom Marriott, kabarnya, merupakan sisa bom Natal 2000, kata sumber di kepolisian. Seperti telah diberitakan, serangkaian ledakan di sejumlah kota Indonesia terjadi pada waktu itu. Rupanya Azahari juga yang merakitnya.

Di Marriott, Azahari memakai bom yang beratnya "hanya" 120 kilogram. Dia memakai campuran bubuk TNT (trinitrotoluene), kalium klorat, aluminium bubuk, dan belerang. Berat bom ini jauh lebih enteng ketimbang yang diduga polisi saat menyelidiki tempat kejadian perkara empat bulan yang lalu. Polisi dari Pusat Laboratorium Forensik menduga total bahan yang diledakkan mencapai 650 kilogram—mengingat dahsyatnya kerusakan yang menewaskan dua belas jiwa itu.

Rupanya ini juga kelihaian Azahari dalam memompa daya ledak bom rakitannya. Campuran bahan peledak berdaya besar dan berdaya kecil yang diraciknya dimasukkan dalam tiga wadah plastik bertutup kedap udara ukuran 40 x 30 sentimeter—jenis yang biasa dipakai ibu-ibu untuk menyimpan makanan. Setelah itu, tiap kotak diisi dengan satu detonator. "Kotak plastik itu rupanya terbakar hancur dan meleleh sehingga tak ditemukan sisanya di tempat kejadian," kata sang petugas.

Setelah ledakan terjadi, polisi sempat terkecoh. Polisi mengira dua bahan berdaya besar dan kecil itu dipisahkan. Disangka bahwa serbuk TNT dimasukkan ke sebuah galon air mineral, sementara 6 jeriken acetyl glacial diisi campuran bahan berdaya rendah, dan sebuah jeriken berisi bensin diletakkan di tengah-tengah rangkaian bom. Cerita kedua tersangka ternyata berbeda dengan versi polisi. Menurut tersangka, tiga kotak plastik kedap udara tadi diisi bahan peledak penuh-penuh, lalu untuk menambah daya ledak diletakkan tiga galon wadah air mineral yang diisi beberapa puluh liter bensin. Rangkaian maut itu masih "diperkuat" dengan tiga jeriken acetyl glacial.

Kelihaian Azahari sebenarnya telah dicium Pusat Laboratorium Forensik sejak empat bulan lalu. Forensik menemukan empat sirkuit pemicu ledakan yang berangkaian dalam bom Marriott yang diduga keras racikan Azahari. Dia rupanya sangat berhitung: jika rangkaian pertama melempem, rangkaian kedua masih bisa diledakkan dengan pemicu lain. Dan pemicu pun berlapis-lapis: mulai dari pemicu anti-angkat, timer, pemicu pada rem tangan mobil, dan pemicu yang tersambung ke sebuah telepon genggam. Polisi sampai saat ini belum berhasil mengetahui mana pemicu bom yang menjebol Marriott.

Yang ada baru dugaan. Semula polisi menduga bom itu meledak setelah Asmar Latin Sani, pengemudi mobil Kijang yang meledak di Marriott, mengaktifkan sakelar dengan cara menarik rem tangan. Ketika "bangkai" mobil itu diperiksa, ditemukan tuas rem tangan sempat ditarik separuh. Namun polisi belum yakin bahwa gara-gara Asmar menarik rem tangan itu mobil meledak—yang berarti Asmar sengaja bunuh diri. "Kita masih belum yakin, apakah ini bom bunuh diri atau bukan," kata Kepala Bagian Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng, pada awal masa investigasi Marriott.

Tohir, komplotan Azahari yang tertangkap, berkisah bahwa ledakan bom di depan Hotel Marriott itu dipicu oleh sambungan telepon Azahari ke telepon genggam yang ditempelkan di bagian depan rangkaian bom. Jadi, Azaharilah eksekutornya. "Asmar hanya menarik rem untuk menghentikan mobil, bukan untuk meledakkan bom," kata Tohir sebagaimana ditirukan seorang penyidik.

Kemahiran Azahari yang lain adalah soal mendongkrak daya ledak. Ia hanya perlu sabun cuci batangan untuk membuat bom meledak lebih kuat. Kiatnya ini diketahui dari cerita Tohir kepada polisi. Katanya, puluhan sabun batangan berwarna kuning dan hijau ditempelkan di bagian luar galon air mineral, juga di luar jeriken-jeriken acetyl glacial, dan diletakkan di sekitar rangkaian bom.

Bahan sabun itu tidak terdeteksi petugas forensik. Azahari rupanya cermat menghitung bahwa campuran logam natrium dan asam lemak dalam sabun dapat menaikkan suhu. Dan itulah yang kemudian terjadi: sesaat setelah ledakan di dalam mobil di Marriott, terjadilah kebakaran hebat yang cepat merambat.

Semua ini sudah dirancang dengan kejelian yang tinggi. Begitu bom meledak, bensin yang disiapkan pasti terbakar dan mengenai sabun. Bahan sabun segera meleleh dan suhu lelehan itu bisa membuat gulungan api yang mencapai beberapa ratus derajat Celcius. Ledakan bom juga melemparkan lelehan sabun yang terbakar ke segala penjuru. Begitu menempel di banyak tempat, bahan sabun itu pun segera habis terbakar dan bekasnya sulit dilacak. "Efeknya seperti bom napalm," kata sang perwira polisi. Bola api bergulung-gulung ini sempat terekam kamera televisi pengawas Marriott yang dipasang di teras hotel.

Lalu, mengapa bom begini besar bisa lolos dari keamanan hotel dengan pengamanan maksimum itu? Ini juga trik Azahari. Rangkaian bom itu diletakkan di bagian belakang Kijang beralas tripleks dan ditutup rapi dengan tripleks. Ketika petugas keamanan hotel melongok ke dalam kabin kijang yang dikendarai Asmar, mereka hanya melihat permukaan atas tripleks yang tidak mengundang curiga. Padahal, serangkaian pencabut nyawa siap meledak di dalamnya.

Tapi bagaimana bom karya Azahari ini juga yang melontarkan kepala Asmar Latin Sani sampai ke lantai lima? Itu yang belum terjawab. Sama halnya dengan apakah Azahari masih "berendam" di sekitar Bandung atau sudah kabur entah ke mana.

Hanibal W.Y. Wijayanta


Eksekusi Bom Marriott

Juli - Awal Agustus 2003

  • Mobil Toyota Kijang B-7462-ZN dibeli dari Soni, warga Jalan Cempaka, Cibubur, Jakarta Timur, oleh Tohir dan Ismail. Sepeda motor Honda Supra X nomor polisi B-4526-AH juga disiapkan Tohir
  • Dr. Azahari dibantu Tohir, Ismail, dan Noordin M. Top mencampur bahan peledak, merancang bom, dan merakit alat pemicu di rumah kontrakan Jalan Kemuning, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
  • Semula sasaran adalah Kedutaan AS. Namun, karena dinilai sulit, sasaran diputuskan untuk dialihkan ke bangunan dan kepentingan AS
  • Tiga kali Azahari datang sendiri ke Hotel JW Marriott dengan kendaraan berbeda-beda untuk mengecek lapangan

5 Agustus 2003

  • Asmar membawa mobil Toyota Kijang B-7462-ZN keluar rumah kos menuju kawasan Kuningan. Dengan sepeda motor Supra X B-4526-AH, Azahari berboncengan dengan Tohir menguntit Kijang yang dikendarai Asmar
  • Iring-iringan Kijang dan sepeda motor berhenti di masjid tua di belakang Gedung Danamon. Diduga mereka sempat salat duhur.
  • Pukul 12.44, Kijang memasuki lobi Hotel Marriott dan berhenti kurang lebih tiga meter dari Restoran Syailendra. Kijang berhenti di dekat restoran yang sedang dipenuhi orang makan siang. Petugas keamanan hotel hendak menegur karena mobil berhenti di tempat yang salah.
  • Asmar melanjutkan perjalanan sendiri mengendarai Kijang, Azahari dan Tohir memantau di masjid
  • Saat itu Noordin M. Top dan Ismail sudah berada di Bandung. Noordin membeli TV kecil untuk memantau berita
  • Azahari menghubungi HP merek Motorola yang terangkai dengan bom. Bom meledak.
  • Azahari dan Tohir kabur naik motor.

Bahan Baku Bom

  • 3 galon untuk air mineral dan 3 jeriken warna biru acetic glacial, semua berisi bensin (jeriken dan galon ditemukan di lokasi kejadian)
  • 3 kotak Tupperware ukuran 40 x 30 sentimeter, berisi campuran TNT bubuk, kalium klorat (KClO3), belerang (S), dan aluminium bubuk (Al) berat 120 kilogram
  • 30 meter sumbu peledak berisi PETN
  • 19 detonator
  • Puluhan sabun batangan yang dilekatkan dengan selotip pada bagian luar galon, bagian luar jeriken, dan diletakkan di sekeliling rangkaian
  • Sumbu peledak terhubung ke 19 detonator dan alat pemicu dengan empat sirkuit pemicu: sistem timer, antiangkat, rem tangan, dan remote HP
  • Sumber daya 5 baterai 9 volt merek HiWatt buatan India
  • HP Motorola

Sumber: polisi berdasarkan pengakuan Tohir dan Ismail

Hanibal W.Y. Wijayanta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus